First Snow pt.2

57 10 3
                                    

Aku mengangguk, "Aku mau. Tunggu sebentar aku akan mengambil jaket."

Aku mengambil jaketku dan keluar menemuinya lagi.

"Kajja!*"
(Ayo!)

❄️

Slurp slurp

"Woahhhh.. Daebak! Ramen disini benar-benar enak, kan?" Tanya Jin Young padaku dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

Aku terkekeh melihat tingkahnya.

"Eh?? Wae? Kenapa kau menertawaiku?"

Aku menggelengkan kepalaku tanpa menghilangkan senyuman di bibirku, "Iya, ramennya benar-benar enak. Terima kasih untuk makanannya, Jin Young-ssi."

"Aihh kau benar-benar manis," katanya lalu mencubit pipiku.

Pipiku memerah melihat apa yang baru saja ia lakukan pada pipiku.

"Kenapa pipimu memerah? Apa ramennya terlalu pedas?" Tanyanya polos dengan mata bulatnya itu.

Tentu saja karenamu, pabo*.
(Bodoh)

"*E-Eoh," aku membenarkannya saja untuk menutupi alasan yang sebenarnya.
(I-Iya)

Kami menghabiskan ramen dengan sesekali mengobrol untuk saling mengenal satu sama lain. Caranya tertawa saat mendengar leluconku, benar-benar membiusku. Dan caranya saat berbicara padaku, bertanya, atau terkejut karena mendengar kisahku, bagiku itu semua seperti candu.

Apalagi tadi saat ia mengajakku agar berfoto bersamanya. Ketika ia mendekatkan dirinya ke arahku untuk berfoto bersama. Kurasa jantungku ini langsung berdetak tak sesuai ritmenya dan ada sesuatu di dalam perutku yang rasanya ingin membuncah.

Kami berdua mengabadikan momen kebersamaan kami di ponselku dan miliknya. Untuk kenang-kenangan dan agar kami bisa melihat kebersamaan kami di ponsel kami masing-masing adalah alasan yang dia berikan.

Manis bukan?

Dalam hati aku bertanya, apakah mungkin jatuh cinta pada orang yang baru kukenal sehari?

"Kau kenapa?" Tanya Jinyoung seketika menyadarkanku dari delusi.

Aku menggelengkan kepalaku, "Aku hanya..ingin pulang."

"Baiklah. Tunggu sebentar aku akan membayar ramennya dulu," katanya yang disambut anggukan olehku.

Aku mengambil ponsel di tasku untuk mengecek jam berapa saat ini. Jam 11.34 rupanya. Aku datang ke sini pukul 7 malam dan kami menghabiskan waktu 4 jam. Selama itukah kami bercengkrama?

Tak lama dia kembali dan langsung mengulurkan tangannya padaku, "Ayo pulang!"

Aku menyambut uluran tangan Jinyoung. Dia menggandeng tanganku saat keluar dari kedai ramen. Pandanganku terfokus pada tanganku yang ditautkan dengan tangannya. Hangat. Itu yang kurasakan. Bahkan pipiku juga kurasa ikut menghangat.

"Kalau kau menatap ke bawah terus, nanti kau menabrak dinding, lho. Dan aku tidak ingin membantumu jika itu terjadi," ucap Jinyoung tiba-tiba.

FeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang