Chapter 6

1.8K 331 92
                                    

Tidak ada yang berbeda setelah malam itu Wendy menyelamatkan Seungwan dari tamparan ayahnya. Nyatanya, paginya Wendy menjadi sosok dingin yang bahkan tidak menatap Seungwan saat mereka sarapan. Sang ayah pun juga tidak berbicara banyak seperti biasa.

"Aku berangkat," kata Wendy setelah menghabiskan susu vanilanya. Seungwan menatap saudara kembarnya sendu sambil menggigit bibir bawahnya. Ada rasa ingin memanggil Wendy agar ia bisa berangkat bersama Wendy. Namun, Wendy lebih dulu beranjak dari sana tanpa menatap mereka lagi.

"A -aku juga berangkat." Ucap Seungwan sembari menunduk dan kemudian ikut berangkat ke sekolah.

Kini tersisa tuan dan nyonya Son di meja makan. Keduanya masih menikmati sarapan mereka dalam suasana diam tanpa ingin mengucapkan sepatah kata pun. Nyonya Son hanyut dalam pikirannya sendiri hingga dirasanya, ia sudah cukup kenyang pagi ini.

Nyonya Son pun menggeser kursinya sedikit ke belakang dan hendak pergi dari sana namun pergerakan itu terhenti saat tuan Son meletakkan sendok dan garpunya ke atas meja dan membuang napasnya kasar. Sejak semalam, ia dan istrinya tidak berbicara apa pun bahkan hingga pagi ini.

"Ji Won-ah..."

"Aku tidak ingin bicara saat ini."

Tuan Son membuang napasnya kasar kemudian menatap lekat pada sang istri yang saat ini sedang meremas jemarinya sendiri sambil menangis. Wanita paruh baya itu menangis dengan sedih dan tentu saja tuan Son tahu apa alasannya.

Pria bermarga Son itu akhirnya berdiri dan menghampiri istrinya yang masih menangis. Ia ingin mendekap tubuh wanita yang tengah bersedih itu namun ia sedikit tersentak saat nyonya Son tiba-tiba menghempaskan tangannya.

"Mereka berharga bagiku. Baik Wendy atau pun Seungwan," nyonya Son menangis dengan hebat. Bahkan ia tidak peduli ketika para pelayan di rumah ini mendengar suara tangisannya. Nyonya Son seperti tidak kuat menahan beban di hatinya terlalu lama. Ia ingin mengeluarkan segala kekesalan hatinya.

"Aku tahu itu," jawab tuan Son sambil membuang napas lelahnya.

"Tidak bisakah kau membuatnya tersenyum? Dia terlahir seperti itu bukan karena keinginannya!" bentak nyonya Son hingga wanita itu kini jatuh ke lantai sambil meremas dadanya yang sesak, "kenapa kau memperlakukannya berbeda dengan Wendy? Dia juga putrimu, Son Jong Woon!" teriak nyonya Son lagi dengan histeris.

Tuan Son pun yang tidak kuat melihat wanita yang ia cintai menangis seperti itu langsung berlutut di depan istrinya dan memeluk tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Tuan Son tidak peduli ketika istrinya meronta bahkan memukul dadanya berkali-kali.

"Maaf Ji Won-ah, aku tidak bisa melakukannya. Aku hanya menginginkan Wendy dan tidak dengannya."

***

Wendy keluar dari mobil berwarna putih itu sambil mendengarkan lagu melalui earphone miliknya. Dan baru beberapa menit tiba di sekolah, mobil Seungwan juga sudah tiba di sana. Gadis bernama Seungwan itu langsung berlari mengejar Wendy dengan cepat.

Greb

Seungwan menahan tangan Wendy untuk melangkah lagi. Wendy yang tersentak seseorang menahannya langsung memutar tubuhnya untuk melihat sang pelaku. Nampak Seungwan berdiri di depannya dengan senyuman canggungnya. Dan Wendy sendiri hanya menatap saudaranya dengan tatapan datar.

"Kenapa?" ujarnya dengan suara dingin yang sedikit membuat hati Seungwan kecewa. Kenapa Wendy jadi sosok yang berbeda lagi? Kenapa Wendy tidak bisa menatapnya dengan lembut seperti malam itu?

"Eum...aku belum mengucapkan terima..." Seungwan yang baru ingin mengucapkan kalimatnya kembali bungkam ketika sosok pria jangkung beserta kawan-kawannya itu menghampiri Wendy.

• Lean On Me | Wendy (Slow Update) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang