Seungwan menangis di tengah hujan deras yang mengguyur kota metropolitan itu. Ia menarik koper berwarna hijau tosca-nya. Ia sudah berjalan hampir satu jam, hanya berlapis dengan kaos peach yang dilapisi sweater oversized dan celana jeans panjangnya.Ia tidak tahu harus ke mana, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Meski pun ia naik taxi, ia tetap saja bingung dengan tujuannya. Mau ke mana malam-malam begini? Harus tidur di rumah siapa? Ia tidak punya teman seperti Wendy. Ia seorang diri sekarang.
"Hiks ..." Suara isakannya. Ia kedinginan dan lapar. Ia tidak punya tempat berlindung dan tidak memiliki tujuan.
Apa ia salah jika mengharapkan seseorang datang menolongnya sekarang? Mungkin, Sehun? Akankah pria itu menyelamatkannya saat ini? Ia tidak bisa menelepon Sehun karena ia tidak memiliki nomor pria itu. Di dalam ponselnya hanya ada lima nomor.
Wendy, ayah, ibu, sally dan supir pribadinya.
"Aku harus ke mana?" lirihnya sambil menggigit bibir bawahnya.
Seungwan menarik napasnya dalam-dalam, sebelum menghembuskannya dengan berat. Langkahnya hendak berjalan lebih jauh, mencari sebuah tempat di mana ia bisa berteduh sebentar dari derasnya hujan ini. Namun, baru saja ia ingin melangkahkan kakinya, jalannya dihadang oleh beberapa orang bertubuh kekar.
Seungwan lantas memundurkan langkahnya spontan. Tubuhnya menegang ketika melihat seringai mereka yang mengerikan. Mengisyaratkan sesuatu yang buruk untuk Seungwan. Oh Tuhan, harinya sudah sangat buruk hari ini. Apakah Seungwan harus melewati malam yang buruk juga sekarang?
Seungwan pun memutar haluannya, namun nyatanya, di belakangnya juga terdapat beberapa pria yang menghadang jalannya. Gadis itu terjebak. Ia tidak bisa kabur lagi dan semakin menangis. Ia tidak ingin berakhir menyedihkan seperti ini.
Seseorang, tolong dia sekarang juga.
"A –apa, yang kalian inginkan? A –aku tidak punya uang." Seungwan bergetar dengan suara pelannya. Ia benar-benar takut setengah mati.
"Hahaha. Uang? Aku rasa, kami tidak membutuhkan uang jika menemukan sesuatu yang lebih baik," sahut salah satu pria dengan tampang sangar dan menakutkan.
"Aku tidak me –memiliki apa pun. To –tolong jangan ga –ganggu aku." Seungwan mengepalkan tangannya. Bagaimana caranya ia pergi dari sini?
"Oh, jangan merendah seperti itu cantik. Kau memiliki wajah dan ..." Pria itu menjeda kalimatnya sebentar lalu memandang Seungwan dari atas hingga ke bawah dengan smirk-nya, "kau memiliki tubuh yang bagus," lanjutnya membuat mereka tertawa bersama.
Dan sekarang, Seungwan merasa mereka semakin dekat padanya. Gadis itu terus memundurkan langkahnya, berharap ia bisa kabur ke mana pun. Namun sialnya, pria-pria itu berhasil menahan pergelangan tangannya. Seungwan meronta, namun mereka terus menyeretnya pergi.
"TOLONG! TOLONG AKU! HIKS ..." Ia menjerit dengan keras. Sungguh, ia tidak pernah berharap terjebak dalam situasi seperti ini.
Seungwan terus dibawa menjauh ke tempat yang lebih sepi. Gadis itu menangis terus. Ia hanya bisa menangis sekarang. Memangnya apa yang bisa ia lakukan? Melawan? Tidak mungkin. Punya kekuatan apa dia? Ia gadis lemah dan tidak berguna.
"To –long, lepaskan aku ...hiks ..." Seungwan terus bersuara meski tenaganya sudah sangat habis.
"DIAM!" bentak seseorang sambil menjambak rambutnya kasar.
Seungwan merasa mereka membawanya ke sebuah gudang tua yang tidak terpakai lagi. Bekas terbakar dan suara tikus di sudut ruangan membuat Seungwan tahu, jika tidak mungkin ada orang yang lewat di sini. Ya Tuhan, jangan biarkan Seungwan menjadi santapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Lean On Me | Wendy (Slow Update) ✔
Hayran KurguCompleted "It's all about revenge." ___________ Vange Park © 2017