Chapter 8

2.1K 346 145
                                    

Sorry for typo :')

***

"Being kiss unexpectedly"

Sehun menatap gadis yang sedang tidur dengan nyamannya setelah tubuhnya bersih dari kotoran laknat itu. Sungguh. Saat menggendong Seungwan tadi, Sehun bahkan hampir muntah. Baunya membuat Sehun ingin melarikan diri dan meninggalkan Seungwan saja. Namun, untung saja ia masih bertanggung jawab.

"Eung ..." Seungwan melenguh dan berakhir ia membuka matanya perlahan-lahan. Sosok jangkung yang Seungwan lihat pertama kali membuat gadis berwajah lugu itu langsung terkesiap sambil melebarkan matanya lalu memindai di mana ia berada sekarang.

Ia sadar, ini bukan kamarnya. Ini bukan ranjangnya dan ini bukan rumahnya. Jadi, ia ada di rumah siapa? Seungwan ingin mengingat lebih jauh namun kepalanya tiba-tiba sakit akibat lemparan telur-telur itu.

"Masih pusing?" tanya Sehun membuat Seungwan beralih menatap pria Oh itu masih dengan wajah terkejutnya. Seungwan diam dan tidak menjawab. Jantungnya memompa lebih cepat setiap berhadapan dengan orang yang tidak dekat dengannya. Seungwan bingung memulai percakapan atau pun untuk menjawab pertanyaan Sehun.

Dilihatnya jika Sehun menghela napasnya lalu meraih sebuah mangkuk berisi bubur yang sudah tersaji di atas nampan. Sehun menatap Seungwan sejenak lalu memberikan bubur itu pada gadis tersebut.

"Ayo dimakan," ucap Sehun namun Seungwan tidak bergeming dan masih menatap pria itu dengan tatapan aneh dan bingung.

"Aku tahu jika aku tampan." Seungwan yang mendengar ucapan percaya diri dari Sehun langsung memalingkan wajahnya ke samping. Merasa malu sekaligus sebal di saat yang bersamaan. Bahkan ia terlalu malu sampai tidak sadar Sehun menatap pipi merahnya itu. Sehun diam-diam tersenyum lalu memangku kakinya dan mengaduk-ngaduk bubur panas tersebut agar cepat dingin.

"Seungwan? Aku serius, kau harus makan," ucapnya lagi membuat Seungwan akhirnya menghela napasnya lalu menegakkan dirinya untuk bersandar pada sandaran ranjang Sehun. Gadis itu juga baru sadar jika ia hanya berbalut bathrobe putih di tubuhnya. Ya, memangnya ia mau memakai kembali seragam sekolahnya yang sudah Sehun buang ke antah berantah?

"Seragam-mu aku bakar, maaf."

"A-apa?" Seungwan gelagapan. Matanya membulat lucu seperti benoka teddy bear bagi Sehun dan lagi-lagi, wajah polos Seungwan membuat Sehun tersenyum kecil.

"Aku membakarnya. Itu bau sekali, bahkan jika kau mencucinya sampai 100 kali pun, aku jamin bau dan nodanya tidak akan hilang. Jadi, aku membelikan seragam baru untukmu," kata Sehun kemudian menunjuk sebuah maneken di dekat lemari besar Sehun yang mamajang sebuah seragam lengkap yang baru.

"K-kau ti-tidak harus me-lakukannya. A-aku bisa beli sendiri." Seungwan menghela napasnya yang terasa berat. Jika seperti ini, ia akan merasa memiliki hutang besar pada Sehun. Pria itu sudah menolongnya, merawatnya dan bahkan, membelikan seragam baru untuknya.

"Aku tidak lupa jika ayahmu orang kaya. Tapi, aku tidak yakin jika ia akan peduli padamu." Seungwan menatap Sehun dengan tatapan kecewanya. Ia sakit hati mendengar Sehun berucap demikian, seperti ayahnya memang sangat tidak peduli padanya, membencinya dan menganggapnya tidak berharga sampai mungkin, tidak akan memperhatikan Seungwan seperti ini.

Namun, meski Seungwan sakit hati dan kecewa, marah dan ingin membentak Sehun, Seungwan tahu semua perkataan itu tidak bisa ia elak. Karena, Sehun benar. Ayahnya tidak akan peduli padanya meski ia dibully.

Dan kenapa bisa Sehun tahu jika ayahnya tidak peduli padanya? Ya, salahkan Seungwan yang mempertontonkan sang ayah ketika menamparnya di ruang tamu saat Chanyeol dan kawan-kawannya datang ke rumah. Saat itu, Seungwan sangat malu dan benar-benar tidak tahu harus menaruh mukanya lagi di mana.

• Lean On Me | Wendy (Slow Update) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang