2. Penggemar

1.8K 227 11
                                    

- Aku tertarik, bukan denganmu. Melainkan temanmu.-

------------------------------------------------------

Happy Reading and Sorry for Typos❤

------------------------------------------------------

2. Penggemar

Bae Sooji terdiam.

Selama satu tahun ia tinggal di bangunan megah ini, acara makan siang tidak pernah terasa semenyebalkan saat ini. Tenang dan damai. Atau penuh canda dan tawa, biasanya seperti itu. Setidaknya, ia selalu terlibat dalam pembicaraan yang tercipta. Atau nyaris selalu ia yang memulai. Bersam dengan daya ingatannya.

Jangan ditanya. Hanya sekedar ingatan - ingatan kejadian pria yang menunjukkan rasa tertarik untuknya. Akan tetapi, dengan senang hati diceritakan dan diterima dengan baik oleh teman - temannya, meski tidak selalu diterima.

"Jadi, apa kau bercinta dengan pria manis itu?"

Yura tersedak, tetapi pipinya merona. Mengusik Sooji yang hanya menyaksikan, di ujung deret kursi kantin. "Tidak, kami tidak segila itu." ujar Yura, nada yang diucapkan terdengar menjijikan. "Tetapi kalian seagresif itu. Jangan lupakan ciuman kalian di toilet. Aku melihatnya."

Hyeri tersenyum miring, lalu mengangkat sebelah alisnya dan mengedipkan sebelah mata. Menggoda temannya yang berbuat mesum, namun tidak pandai. Ketahuan olehnya, bahkan rekaman video telah tersimpan baik di ponsel pintarnya. Sudah diputuskan, ia akan menggunakan rekaman itu untuk hal lain. Kelak.

"Jangan menggodaku, Lee."

Seluruhnya tertawa, tetapi tidak dengan Sooji. Ia semakin menekuk wajahnya dengan bibir mengerucut. Tertawa di atas penderitaan teman itu tidak baik. Dilarang keras oleh para pencipta bumi. "Menyebalkan sekali kalian."

Menoleh, dengan cepat tentu. Setelahnya tertawa. Merasa prihatin dengan temannya. Berwajah cantik, tetapi kekasih tidak punya. Meski mereka juga tidak memiliki kekasih, tetapi pengalaman mereka cukup. Jauh lebih dari cukup. Terutama si agresif Yura.

"Aigoo, apa kau juga ingin ditanyakan perihal kencanmu dengan si lugu itu?"

Bukan pujian, atau dukungan. Melainkan ejekan. Sialan memang. Ulah si berlebihan, musuh bebuyatan Sooji, Lee Hyeri sialan. "Jangan mengejekku, bodoh. Tidakkah kencanmu lebih menyeramkan? Dua wajah dingin dengan cokelat panas? Wajahmu pasti cair dan mengkerut!"

Serangan balik. Tepat sasaran. Hyeri terpancing dan Sooji menyukai itu. Tidak untuk yang lainnya. Ini neraka dan akhir dari segalanya. Dua manusia bising adu mulut. Celaka bagi gendang telinga.

"Yya, apa kau bilang? Wajahku mencair? Coba katakan sekali lagi!"

Sooji melempar senyum terbaiknya. Lalu, melipat kedua tangan di bawah dada. Tak sungkan untuk melempar tatapan meremehkan. Untuk si Hyeri.

"Men-ca-ir."

Perfect spelling.

"Kami pergi."

ManiakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang