19. Pertunjukkan

531 90 19
                                    

- Hidup ini hanya soal pertunjukkan, bukan? -

--

Happy Reading and Sorry for typos

--

19. Pertunjukkan

"Akan aku putuskan dan aku kabari setelah mendengar jawaban mereka, kau tidak perlu khawatir."

Sooji menutup panggilan bersamaan dengannya yang mentup pintu taksi agak keras. Kemudian, menaikkan pandangan pada bangunan yang berdiri tegak dan megah. Rumah seorang pengusaha memang tidak mengecewakan, siapapun akan berusaha tinggal di rumah sebesar ini.

Tertawa kecil karena pikirannya yang acak menyerang tiba-tiba. Menolak pintu gerbang sesaat dia menekan tombol bel. Setidaknya meski kali terakhir Sooji menginjakkan kaki di tempat ini tiga tahun yang lalu, dia masih dikenali oleh penghuni rumah ini. Sepertinya sang ibu bekerja dengan orang yang sama.

"Coat Anda, Nona."

Sooji menggeleng, "tidak perlu, aku hanya mampir sejenak. Dimana ibuku?" tanyanya yang dipatuhi dengan segera. "Nyonya berada di ruang makan untuk makan malam, Nona Soo Ji," jawab perempuan paruh baya yang Sooji kenali sebagai salah satu pekerja sang ibu.

"Baiklah, terima kasih. Aku akan ke dalam."

Sooji mengulum senyum simpul sebelum bergegas pergi menemui sang ibu. Dari kejauhan Sooji bisa mendengar gelak tawa sang ibu cukup kuat. Sepertinya, ibunya ditemani oleh orang lain.

"Sooji, kau datang," sapa Hee Ae begitu melihat sang putri, sedikit terkejut.

"Apa aku mengganggu kalian?"

Sooji melempar pertanyaan, jari telunjuknya bergerak menunjuk orang lain. Ada Soojung dan juga ayahnya.

"Tentu tidak, kau sudah makan malam? Ayo bergabung," ujar Jung Tae Oh sembari tersenyum hangat. Sayangnya, Sooji tidak berkesan dengan usaha pria baya itu. Rasa menghargai tidak pernah ada dalam benaknya sejak ia tahu bahwa dua orang tua itu menjalin kasih.

"Bergabung? Yang benar saja," gumam Sooji dengan suara pelan yang tidak bisa didengar, sedetik kemudian dia tersenyum. "Tidak, terima kasih. Ada yang perlu aku bicarakan dengan Ibu, tak masalah kalau tuan rumahnya aku pinjam sebentar bukan, Ahjussi?" tanya Bae Sooji dengan nada sakarsme. Dia muak.

"Sooji, dia ayahmu."

"Ayahku sudah meninggal, Ibu."

Kim Hee Ae menghelakan napasnya kasar. Suasana hatinya sedang baik, Sooji tidak perlu berbuat sejauh ini hingga menghancurkan suasana hatinya.

"Kita bicara di ruang lain."

Sooji mengangguk, dia tersenyum simpul dengan wajah sok sopan kepada lelaki yang menatapnya dengan rasa bersalah. "Apa kau dan ayahmu resmi tinggal di sini, Jung? Wah, aku benar-benar ditinggalkan rupanya," komentar Sooji bernada riang.

"Bae Sooji, ikut aku!"

Sooji tertawa sebelum bergegas mengikuti langkah kaki si wanita yang berstatus sebagai ibunya. Mereka siap untuk perang.

ManiakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang