Mommy Baru (2)

886 92 9
                                    

"Bang... lo cepet bangun dong! Lo udah ketinggalan banyak ulangan loh. Buruan bangun. Gue ga mau naik bus kesekolah. Gue maunya berangkat sama lo naik motor." Jennie menggenggam tangan Jongin seolah menyalurkan kekuatan.

Sudah 3 hari Jongin belum sadar. Selang infus menancap di tangan kanannya. Tubuh atletis nya di balut pakaian rumah sakit.

"Jennie..." lirih Jongin. Jennie tersentak, "Bang... lo udah sadar?" Jongin mengangguk tersenyum simpul.

Tiba-tiba pintu ruangan inap Jongin terbuka.

"Sudah sadar kamu rupanya..." Sooman bersedekap dada. Kemudian Chenle memasuki ruangan. Dia kesini naik sepeda polyg*n nya. Pasalnya kakak-kakaknya masih sibuk dengan urusan masing-masing. Kembarannya sedang les. Dan dia bosan sendirian di rumah. Jadi Chenle memutuskan menyusul Jennie ke rumah sakit.

Sooman berjalan mendekati ranjang Jongin. "Rupanya kamu masih sangat tekanak-kanakan Jongin. Bahkan kamu melakukan tindakan sebodoh itu hanya karena urusan sepele. Dan kamu pikir, Daddy akan merubah keputusan Daddy hanya karena kamu?"

"CUKUP!!! Jennie muak sama Daddy. Bisa-bisanya Daddy bilang seenaknya gitu di depan Jongin yang hampir mati!!" Pekik Jennie.

"Oh, jadi sekarang kamu juga ikut-ikutan? Dasar anak-anak jaman sekarang. Kalian harusnya bersyukur! Daddy seperti ini karena perhatian dengan kalian."

"Sejak kapan? Sejak kapan Daddy perhatian sama kami? Bahkan terakhir kali Daddy ada di rumah pas natal tahun lalu. Dan itu Daddy cuma pulang lima menit buat ngambil berkas-berkas yang ketinggalan. Perhatian apa? Transfer uang banyak tiap bulan? Kami ga butuh itu Dad! Daddy pikir mencarikan Mommy baru buat kami, itu perhatian? See??? Daddy malah bikin Jongin kayak gini." Sooman tertegun mendengar ucapan Jennie.

"Ohhh, sekarang Jennie tahu kenapa Mommy ninggalin Daddy. Daddy egois!! Daddy cuma mikirin perasaan Daddy sendiri."  Lanjut Jennie penuh penekanan. Kemudian berlari keluar ruangan.

Chenle hanya diam seribu bahasa menyaksikan adegan itu.

"Neng....neng Jennie...." Chenle berlari menyusul Jennie.

🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️


"Eh, Zhong Chenle!! bayar tuh utang 500 rebu."

"Iya mas ....bentar... Lele belum ada duit."

"Eh Jo, tuh kamu ada di negara kakak. Bayar pajak sini!"

"Iya... ini nih..."

"BANG JONGIN!!! curang ihhh. Masa dadunya di balik tadi..." Somi sedikit berteriak.

"Enggak, ih apaan.." elak Jongin.

"Eh Somi! Jan tereak napa? Ini rumah sakit." Tegur Jennie.

"LOH MAS SEHUN!!! kan yang merah punyak Jongin. Punya mas Sehun yang kuning.." seru Jongin.

"Duhhhh gue salah pegang Jong! Santai ae elah.. sensi amat lo."

Mereka sedang main monopoli. Jongin memang belum pulih. Dia sekarang duduk di bangsalya. Monopolinya mereka mainkan di sisi bangsal Jongin yang kosong. Mereka duduk memutar dengan kursi plastik. Chenle dan Sehun membeli banyak snack di minimarket tadi. Akibatnya, ruangan inap Jongin sudah seperti kapal pecah sekarang.

Tanpa mereka sadari, seseorang mengintip dari balik pintu. Itu Sooman. Dia tersenyum miris. "Kalian baik-baik saja tanpa Daddy. Maafkan Daddy. Daddy kira kalian bahagia dengan uang."

Sooman bukanlah orangtua yang jahat. Ia sadar tidak bisa memberika kasih sayang orangtua seutuhnya untuk anak-anaknya tanpa sosok ibu dikeluarga mereka. Karena itu Sooman banting tulang berbisnis. Ia kiri anak-anaknya akan bahagia dengan itu semua. Tapi ternyata tidak. Sooman malah semakin menghancurkan keluarganya alih-alih membuat keluarganya kembali utuh.


🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️


"Daddy minta maaf ya Jongin. Daddy sudah membatalkan rencana Daddy. Jadi, kamu jangan khawatir.Sekali lagi Daddy minta maaf." Sooman merengkuh Jongin.

"Iya Dad, Jongin juga minta maaf. Jongin yang salah karena ngelakuin hal bodoh."

"Jennie, terimakasih ya, nak. Daddy juga minta maaf." Sooman memeluk kembaran Jongin itu.

"Sehun, terimakasih sudah menjadi Ayah yang baik buat adik-adik kamu." Ujarnya sambil menepuk pundak Sehun.

"Jihyo, semangat kuliahnya ya...kelak Daddy ingin mempercayakan perusahaan ke tangan mu. Jaga dirimu baik-baik." Sambil mengelus kepala Jihyo.

"Mina,..." Sooman juga memeluk nya.

"Dulu, Daddy selalu penasaran. Perempuan seperti apa kamu ketika dewasa." Sooman tersenyum, kemudian melanjutkan.

"Daddy bangga sama kamu."

Kemudian Sooman menghampiri Chenle, "Semoga berhasil dengan pubernya Son..."  Sooman melakukan tos yang mereka buat ketika Chenle berumur 4 tahun dulu.

"Somi,.." Sooman tersenyum manis kearah Somi.

"Aduhh, putri kecil Daddy..." dia menganggkat Somi. 

"Daddy, turunkan. Somi bukan anak 5 tahun lagi." Saudara-saudaranya tertawa geli.

"Sebesar apapun kamu tetap putri kecil Daddy.." Sooman manarik hidung Somi gemas.

"Daddy pergi dulu ya. Daddy janji setelah ini akan sering pulang." Sooman tersenyum hangat lalu menghilang dari balik pintu.








Episode "Mommy baru" selesai.. nantikan episode yang lebih seru selanjutnya ^-^

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang