Pregnant (2)

827 91 14
                                    

"Loh, Jo. Mau kemana?" Tegur Mina melihatt Jihyo tergesa-gesa mengikat rambutnya sembari menyemprotkan parfum yang kemudian di masukkan ke ranselnya. Pakaiannya sudah rapi pula.

"Dosen pembimbing tiba-tiba nelpon kak. Mana aku belum sempet mandi lagi. Sehun mana kak?"

"Barusan aja berangkat." Jawab Mina sambil meminum air hangat.

"Sialan tu cadel! Pake ditinggal segala lagi. Mana motor lagi kempes ban nya." Umpat Jihyo.

"Pake motor kakak aja dulu."

"Makasih kak." Jihyo dengan kecepatan kilat meraih kunci motor Mina yang di gantung di ruang tengah. Memang khusus untuk tempat gantung kunci. Katanya supaya mudah dicari.

Mina menggelengkan kepala melihat tingkah laku adik-adiknya. Satu sekon kemudian, ponsel Mina bergetar. Nomor tak di kenal. Tanpa ragu ia menekan tombol hijau. Siapa tahu itu pelanggan.

"Halo..."

"Halo, dengan Sharon Mina." Suara bariton seorang pria terdengar jelas di sebrang.

"Ya, saya sendiri. Maaf anda siapa ya?"

"Saya yang kemarin memesan gaun di butik. Ternyata Ibu saya ingin dipercepat. Beliau mau pakai besok pagi. Apa bisa malam ini saya ambil? Ahh, tentusaja, saya  menambahkan harga. . Bagaimana kalau 2 kali lipat. Apa bisa?"

Tanpa pikir panjang, Mina langsung mengetujuinya. Tagihan listrik, tagihan air, uang sekolah , dan sebagainya menjadi alasan. Deadline yang seharusnya masih satu minggu maju beberapa jam. It's okay selama tip yang diberikan sepadan pikir Mina.

Hari ini para pegawai sedang libur. Jadi harus ia selesaikan sendiri pekerjaan kali ini. Meskipun sedang sakit, ia rasa ini tidak akan sulit. Apalagi menjahit adalah hobinya. Untunglah kemarin malam sudah ia selesaikan desain gaun yang di pesan.

Karena tidak ada kendaraan satupun saat ini, Mina memutuskan untuk naik taxi saja. Tak lupa Mina mengirimkan pesan singkat pada pelanggannya itu, bahwa gaun nya bisa diambil tengah malam nanti. Ya, Mina akan usahakan selesai tepat waktu. Itu bukan gaun yang sederhana.

🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️

































Kling...

Lonceng di atas pintu berbunyi. Pertanda ada orang yang masuk. Ahh, rupanya itu pria yang memesan gaun.

"Selamat datang." Sambut Mina. Pria itu tersenyum hanyat lalu berujar, "Apa sudah bisa saya ambil?"

"Ohh, iya maaf. Hanya tinggal menjahit bagian lengannya. Oiya, Silahkan duduk dulu." Pria jangkung itupun duduk si sofa tunggal yang berjarak sekitar dua meter dari mesin jahit yang sedang Mina gunakan. Sebenarnya sofa itu biasa di pakai nya saat minum kopi di sore hari. Ada meja bundar kecil disana. Taplak nya nampak cantik dengan sulaman bunga magnolia. Itu buatan tangan Mina.

Pria jangkung itu mengusap taplak didepannya. Persis seperti buatan almarhum neneknya. Neneknya suka bunga magnolia. Biasanya beliau akan menyulam di waktu-waktu pagi menjelang siang. Sorot matanya beralih pada Mina. Keringat bercucuran di dahinya. Dia nampak kelelahan.

"Kenapa sendirian? Biasanya memang jahit sendiri?" Pria itu buka suara. Mina melirik sejenak. Pasalnya ia masih menjahit.

"Ahhh, orang-orang yang biasanya bantuin saya, mereka sedang liburan. Jadi saya mengerjakannya sendiri."
Dia hanya mengangguk mendapat jawaban dari Mina.

"Nah... sudah selesai... saya bungkus dulu." seberkas senyum puas terukir di wajah pucat Mina.

Sial sungguh! Tengah malam begini. Kenapa saat di butuhkan tak ada satupun taxi yang lewat.

"Mau saya antar?"
Mina ingin menolak. Pasalnya kemarin malam dia sudah merepotkan orang ini untuk mengantarnya pulang. Dan malam ini lagi. Tapi apa boleh dikata. Dia sedang sakit dan tidak memungkinkan untuk pulang jalan kaki. Lagipula pria bernama Park Chanyeol ini baik. Mina tahu namanya karena tadi Chanyeol mengenalkan dirinya

"Saya minta maaf. Merepotkan sekali." Kata Mina tidak enak sambil menutup pintu mobil.

"Ah jangan terlalu formal. Sepertinya kita sebaya." Pria di sebelahnya ini tersenyum manis.

🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️

"Terimakasih. Maaf sekali merepotkan."

"Jangan sunkan."  Ucapannya itu membuat Mina sedikit Malu.

Kemudian ia membuka pintu utama. "Kakak kok pulang malem lagi? Bukannya lagi sakit?"

"Iya Jo, tadi ada kerjaan di butik." Baru mengatupkan bibir. Rasanya perut Mina kembali sakit. Ia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya.
Jihyo mengurut tengkuk Mina.

"Kakak ga papa? Mau aku bikinin minum?"

"Ga usah Jo. Kamu tidur aja . Ini udah malem. Kakak mau istirahat aja."

🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️




















"Iya kan? Ga biasanya kak Mina kayak gitu. Kak Mina orangnya kebal. Hampir ga pernah sakit, ya kan?" Cerocos  Jennie.

"Aduhhh kalian ini apaan sih? Rasional dikit napa?" Protes Somi.

Kini mereka sedang berkumpul di kamar Sehun. Jennie duduk di kursi kerja Sehun. Jongin duduk di meja nakas, Jihyo dan Chenle duduk di karpet, Somi dan Sehun duduk bersender di atas kasur. Sedang Mina masih tidur di kamarnya.

Sehun memeluk bantal sambil bertopang dagu. "Tau ah..."

"Tapi emang kan Hun. Kak Mina akhir-akhir ini sering pulang malem. Terus gue liat yang nganter kak Mina juga cowok. Ganteng lagi. Hemmm" ini Jihyo yang berbicara.

"Yaudah lagi... kak Mina juga udah 27 tahun. Bentar lagi juga udah 28 kan, mau ultah. Udah dewasa." Jongin nimbrug.

"Somi pergi deh. Mau bimbel." Somi melempar guling yang sedari tadi di peluknya ke arah Jongin. Ia mulai jengah dengan saudara-saudaranya yang main berteori sembarangan.

Beberapa saat kemudian terdengar suara Mina yang sedang muntah. Chenle akhirnya buka suara. "Tuh kan Mas! Jangan-jangan bener lagi kata Neng Jennie."
























      Tbc

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang