Untitled, 8

276 59 2
                                    

Pagi kedua Youngjae di asrama enggak mancing dia untuk buat keributan. Pemandangan Taehyung yang masih ngorok di tempat tidur seberang dan suara kicauan burung membuat hati Youngjae masih kalem.

Kedua kakinya menarik badan berat Youngjae untuk berjalan menuju ruang tamu, enggak ada yang berantakan, cuman laptop kebuka dan masih ada suara lagu yang keputer. Youngjae melirik kearah pintu kamar Wonwoo dan Changkyun-masih terkunci rapat.

Berarti bukan mereka berdua.

Kedua mata Youngjae menangkap sosok laki-laki yang sibuk mencuci piring-piring kotor dan juga memasak sarapan. Sebelum Youngjae membuka suara, lelaki itu sudah membalikkan badan nya.

"Oh, udah bangun?" Dan ternyata Ten. Mungkin laptop yang ada di ruang tamu punya dia. "Lo suka telor, kan?" Tanya nya sembari melanjutkan sesi masaknya. Youngjae hanya mengangguk sembari duduk dikursi yang terdapat di dapur tersebut.

Ten hanya mengukir senyum simpulnya dan perlahan menaruh sarapan yang sudah ia masak. Ia berinisiatif untuk memasak teman-teman sekamarnya sarapan, tanpa disuruh oleh mereka.

"Sorry ngerepotin," ucap Youngjae sembari memakan sarapan nya.

"Selaw. Kita kan bakal sekamar sampai beberapa tahun kedepan," balas Ten yang juga ikut duduk dikursi. Satu suap nasi dan telur masuk ke mulutnya, "Jadi, lo mau ngomong soal masalah lo sama Doyoung?"

Youngjae tersedak, Ten yang melihat itu langsung memberinya segelas air putih. "Maaf gue lancang," ucap Ten sembari menatap Youngjae yang meneguk air putih itu dengan tatapan khawatir.

Dia takut Youngjae meninggal gara-gara kesedek doang.

"Gapapa kok," kata Youngjae sembari mengusap bibirnya, "Gue cuman gamau ngomongin soal itu lagi."

Ten mengangkat sebelah alisnya, "Terus, kenapa lo masih ngungkit itu didepan Doyoung?"

Gue cuman mau biar tu anak enggak muncul di kehidupan gue lagi, Youngjae membatin. Tapi ia tidak berani mengucapkan nya, karena Ten adalah teman dekat Doyoung. Sangat dekat malahan.

Jadi Youngjae hanya membalas, "Soalnya masalah itu selalu muncul kalo gue ngeliat dia." Ten hanya mengangguk-ngangguk saja, menandakan bahwa ia mengerti dan tidak bertanya lagi soal itu.

Mereka berdua pun berbincang tentang masa SMA masing-masing, Youngjae sebenarnya sudah mengenal Ten. Tapi karena Ten hanya sampai kelas 10 doang, terus dia pindah ke Thailand.

Youngjae tidak punya banyak teman sewaktu SMA. Dulu ada, tapi nusuk dari belakang.

Sakit gak, tuh?

Obrolan mereka awalnya baik-baik saja. Semuanya terhenti saat Ten tiba-tiba berucap, "Oiya itu ada kotak bekel. Gue enggak tau punya siapa jadi gue cuci aja. Lo tau gak?"

Kotak bekel... kotak bekel...

OH!

"Oh, itu punya-" sebut gak ya, sebut gak ya, "-temen gue. Mana kotak bekelnya?" Ten menunjuk tempat piring-piring kotor itu dikeringin. Youngjae lupa kalau dia harus balikin kotak bekel itu.

Setelah sarapan, Youngjae langsung beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

Padahal cuman balikin kotak bekel doang.

.

30 menit Youngjae menunggu Sejeong datang.

Di dekat pohon, persis tempat kemarin waktu Sejeong memaksa dirinya untuk memakan masakan nya.

30 menit juga Youngjae bolak-balik, dari ujung jembatan sampai ujungnya lagi.

Gabut emang. Untung masih pagi, kalo siang, Youngjae tinggalin itu kotak bekel. Bodoamat mau diambil sama orang atau kagak.

Siapa suruh te-

"Hai!" Youngjae membalikkan badan nya, ia mendapatkan Sejeong (dengan sepeda keranjangnya) masih terengah-engah. "Aduh, maaf, gue-bentar napas dulu," terus dia ngambil napas banyak-banyak.

Youngjae cuman cengo ngeliatnya, "Abis darimana?" Terus dia menatap Sejeong dan sepedanya bergantian, "Kan lo bawa sepeda, bukan lari marathon."

Sejeong tidak menjawab, dia masih sibuk mengatur deru napasnya. Youngjae malah dibikin khawatir, kalo dia tiba-tiba collapse gimana? (Collapse dalam bentuk pingsan, bukan salting.)

"Eh mending lo duduk dulu deh," ia berjalan mendekati Sejeong dan menariknya untuk duduk di bangku terdekat. "Lo bawa minum ga?" Sejeong menggeleng, "Bentar gue-"

Jae, lo gabawa tas. Bodoh.

"-eh gue juga ga ada minum." Sejeong seperti tidak bisa bernapas, malah ditambah batuk-batuk sekarang. Youngjae cuman bisa nepuk-nepuk pundaknya, "Lo gapapa? Jangan ngebut-ngebut kalo naik sepeda. Udah sarapan belum?"

Sejeong menggeleng. "Kok belum? Sarapan itu penting loh. Kalo lo-"

Bentar, kok dia jadi pedulian amat.

Youngjae kembali sadar kalau dia menunggu Sejeong untuk mengembalikan kotak bekel, bukan menasihatinya tentang seberapa pentingnya peran sarapan bagi manusia.

Badan Youngjae kembali tegak, kok lo jadi panikan begini. "Nih, kotak bekel lo," Sejeong menatap Youngjae sebentar. "Apa? Ambil nih kotak bekelnya. Sampe gue yang nyuciin."

Cih, pencitraan.

Sejeong menerima kotak bekelnya dari Youngjae. Lelaki itu beranjak berdiri dan berniat untuk pergi, tapi tangan nya ditahan oleh Sejeong. "Lo belum ngasih tau masakan kesukaan lo."

Youngjae membalikkan badan nya, "Kok lo kepo banget?" Ia mendekatkan diri kepada Sejeong, "Pertama, lo ngenalin diri waktu gue lagi kerja. Kedua, lo maksa gue makan masakan lo-jangan dipotong, gue lagi ngomong-dan ketiga, lo nge-chat gue tiba-tiba. Lo dapet darimana?"

"Kakak lo yang ngasih." Jackson. Youngjae harus ngobrol sama Jackson. Kakaknya yang satu itu emang enggak pernah kapok.

Jujur saja Youngjae enggak pernah ketemu sama cewek yang menatap dirinya dengan penuh harapan. Sejeong sedang menatapnya dengan tatapan seperti itu. Udah gila kali ini cewek.

"Please, kasih tau gue," pintanya. "Gue cuman mau kenalan sama lo doang-" Sejeong memiringkan kepalanya sedikit ke kanan, "-atau mungkin gue bisa masakin lo makan siang. Asrama lo isinya cowok semua, kan?"

Ya emang Youngjae tinggal di asrama siapa? Asrama cewek?

Youngjae hanya mengangguk menjawab pertanyaan Sejeong. "Yaudah, jadi gue boleh tau masakan favorit lo?" Youngjae hanya menghembuskan napas pasrah, "Daging."

Sebelum Sejeong berucap kembali, Youngjae sudah berpamitan dan langsung berjalan menjauhi perempuan itu.






























tbc.

chronicles. ㅡ cyj✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang