Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

4

268K 21.9K 1K
                                    

ABERCIO BAGASKARA


"SERIUS, BE?!" Untuk keempat kalinya tepukan keras mendarat di lengan gue, lalu digoyangkan sama kerasnya. "Jujur deh lo, sebelum ke sini lo udah minum alkohol dulu. Iya, kan?"

Gue mengabaikan nada nggak percaya dari sahabat sekaligus teman minum gue di Jakarta; Ronald. Gue milih menikmati Yamazaki Reserve, sembari memperhatikan bartender meracik minuman buat pengunjung lain di hidden bar favorit gue ini.

"Abercio Bagaskara!"

Kalau saja dia nggak merenggut gelas kaca berisi cairan keemasan dari genggaman, gue nggak sudi meladenin rasa nggak percaya Ronald.

Dengan malas-malasan, gue menoleh ke wajah Ronald.

"Kian beneran pulang? Beneran ada wujudnya?" tanyanya, dengan ekspresi lebih menuntut.

Fuck! Udah empat kali Ronald mengajukan pertanyaan itu-itu saja, sejak gue cerita apa yang terjadi di rumah keluarga Atmadja.

"Dari sejam lalu, gue baru minum dua gelas," sahut gue.

Gue mengajak Ronald ke bar demi merenggangkan otot-otot yang tegang sejak Kian minta gue pulang, terus meninggalkan gue di teras begitu saja. Sialannya, Ronald malah bikin gue muter terus di ingatan terburuk hari ini.

"Suer, Nald, gue belum mabuk dan masih sanggup bikin muka lo bonyok. Minimal bibir lo berdarah, lah!" Gue mengambil paksa gelas dari Ronald. "Terakhir kalinya gue jawab, jangan tanya lagi. Kian pulang. Nggak tahu siapa yang berhasil narik dia keluar dari pesembunyian, atau yah ... emang dia sendiri aja pengen memamerkan ke gue kehidupan barunya yang bahagia."

Gue meneguk cairan supaya ketegangan saraf gue mereda, lalu menaruh gelas di meja dan bersandar ke sofa. Gue mengedarkan pandangan ke setiap sudut Lock & Key Bar yang tampak sepi dari pengunjung, hanya ada enam orang digabung gue dan Ronald. Alasan utama kenapa gue suka banget datang ke sini. Tenang. Orang-orang yang datang ke sini pun nggak punya tujuan selain santai bareng teman dekat atau sendirian, sembari menikmati suasana Jakarta dari lantai tertinggi dari bangunan di tengah kota dan minuman enak racikan bartender.

Ronald bertingkah memuakkan, dengan mengajukan pertanyaan yang menggoda gue menyiram wajahnya pakai sisa cairan di gelas.

"Kian nikah, Be?"

Asu! Gue udah menceritakan dari hulu hilirnya dengan jelas.

Gue menghela napas lebih kasar lagi, dan Ronald memasang posisi siap mendengarkan apa pun yang mau gue luapkan.

"Dia udah jadi istri orang dan punya anak," ucap gue. "Gue ditipu habis-habisan sama keluarga Atmadja. Mereka selalu bilang nggak tahu di mana Kian, tapi dia bisa menikah. Nggak make sense aja Om Ryan ngebiarin anak kesayangannya nikah asal-asalan."

Desahan Ronald terdengar mengejek sekaligus simpatik. Seolah-olah sedang melimpahkan kesalahan atas kekacauan yang terjadi ke gue, tetapi di satu sisi Ronald memahami juga apa yang gue rasakan sejak Kian menghilang hingga detik ini.

"Fuck!" erang gue, sambil setengah membungkuk dan memukul pelan kening. "Gue senang banget tahu dia balik, tapi nggak gini alurnya. Berengsek. Berengsek. Bisa-bisanya dia nikah sama orang lain."

"Lo yang lari dari dia, Be."

Gue mengangkat kepala, dan Ronald kelihatan menantang. Ronald itu Kian versi laki-laki. Orang yang menemani gue tumbuh, melihat banyak hal dalam diri gue yang nggak dilihat orang lain. Ronald seperti rambu-rambu lalu lintas dalam hidup gue. Dia yang melihat lebih dulu perasaan Kian, berulang kali kasih peringatan supaya gue terhindar dari potensi melukai Kian. Dan gue, bertindak kayak orang-orang kebanyakan yang seringnya mengabaikan rambu peringatan.

Possessive PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang