09

9 2 0
                                    

Sudah seminggu Aku tidak pernah bersama Adri. Semuanya tinggal mengikuti Alur waktu menunggu apa saja yang akan terjadi. Aku sengaja menjauh dari Adri karena kutau semua ini hanya salah faham tapi demi ini aku tidak mau memanfaatkan seseorang hanya karena Anan. Aku mengira bahwa aku telah menjauh sepenuhnya tetapi itu salah besar ketika di umumkan bahwa aku termasuk siswi yang lolos masuk Osis.

"Suci lo lulus tuh. Bahagia kek bukan lesu gitu" kata Anggi.

"Lo perlu perayaan gitu yah Ci? Nanti gue siram Lo air comberan hahah" kata Reza sambil tertawa. Aku hanya menatapnya dengan tatapan sedih dan kembali menaruh kepalaku di atas meja.

"Guys bisa gak gue batalin aja niat gue masuk Osis?"

Semua menatap ku dengan tatapan heran.

"Bukannya Lo yang paling mau masuk Osis. Kenapa jadi gak mau?"

"Lo punya masalah ceritain ke kita - kita aja" mendengarkan itu aku mendongak dan menatap semua sahabatku yang kini ada di depan ku.

Aku menangis meninggalkan mereka semua. Bukannya aku tidak mau menceritakannya tetapi itu sungguh masalah pribadi ku. Aku duduk sendirian di kantin dengan tidak mood aku memakan bakso dengan tidak berselera.

"Selamat yah dek" ucap Anan.

"Hah?"

"Hm, boleh duduk disini?" Tanya Anan. Suci mengangguk.

Kini satu kata dalam situasi itu, Canggung. Hanya eyes to eyes komunikasi mereka.

"Gila!! Ini kak Anan kenapa natap gue terus sih?!" Teriak dalam hati.

"Dek, Lo habis nangis?" Tanya Anan ragu.

"Emm..."

"Permisi, Gue numpang duduk disini" tanya seseorang yang membuat Suci ingin Berdiri.

"Kak, aku duluan yah" Suci berdiri dan pamit kepada Anan tetapi di tahan oleh Omongan seseorang yang membuatnya ingin menangis

"Duduk aja. Biar gue yang pergi, lagian gue cuman ngak di anggap disini" kata Adri beranjak dari duduknya.

"Kak Adri" panggil Suci mulai ingin menangis. Memang Suci mulai merasa bersalah karena sikapnya. Mau bagaimanapun masalah kemarin yah kemarin, bukan hari ini dan kedepannya.

"Jangan Rindu. Berat, kamu tidak kuat biar aku aja" kata Adri.

Sebuah sendok melayang di kepala Adri. Membuat aku terkejut dan ingin tertawa.

"Sakit nan!"

"Lo tuh omongan di jaga. Lebay amat. Bukan Rindu yang berat tapi Utang Lo yang Berat"

"Hahahahahahah" tawa Suci pecah

"Yah gitu kek ketawa, gak cemberut Mulu"

"Kak Anan Lucu banget"

Anan berdehem.

"Terus gue? Gue lucu kan?" Tanya Adri.

"Ngak! Garing banget tau" kata Suci galak.

"Yaudah gue pergi aja"

"Ih, Kak Adri mah jangan ngambek nanti Milea rindu"

"Duuhh, baper boleh gak yah? Hahaha" kata Adri. Sedangkan Anan diam saja.

"Udah udah lanjut makannya udah hampir masuk jam terakhir"

"Iya siap bos" kata Suci dan Adri.

Dewasa bagiku adalah dimana kita bisa memaafkan sesuatu dan melupakannya. Gue bahagia bisa baikan sama Adri. Dan entah kenapa Anan hari ini membuat diriku menjadi sangat jatuh cinta kepadanya. Tatapannya seakan-akan mengatakan sesuatu yang tidak aku ketahui tapi dapat membuat hatiku deg degan.


🍁🍁🍁


Pulang sekolah aku bersama Adri dan Anan berencana ingin menonton film Dilan 1990. Tapi sialnya kami kehabisan, Adri benar benar sedih soal itu. Saat aku bertanya mengapa ia sangat ingin menonton Dilan?. Diakan cowok maco gak suka nonton Film anak labil gitu.

"Kak kenapa sih galau amat. Heran sama kakak kok pengen banget nonton Dilan?"

"Gue pengen belajar dari Dilan buat gaet hati Aqila. Siapa tau gue sama Aqila adalah Dilan dan Milea di dunia nyata" gue seketika tertawa terbahak bahak.

"Film anak labil gitu biasa aja kak Adri. Lagian tuh Kak Aqila kalau cinta yah cinta jgn jadi orang lain buat pengen di cintai"

"Susi Teguh Lo dek" kata Adri.

"Ih, berhenti gak panggil gue kayak gitu" elak gue sambil mendorong Adri.

Seketika Anan menarik Suci mendekat kepadanya.

"Awas dek" kata Anan yang mencoba menarikku karena motor dari belakangku lewat.

Jantung ku berdegup kencang, dapat kurasakan aroma varfum Anan. Aku pun berusaha menjauh tetapi Anan menahan diriku.

Deg deg deg

Suara itu pasti suara Jantung Anan. Apa maksud ini? Jangan bilang Anan menyukai ku? Benarkah? Omg!!!

"Minggir gue pengen lewat" kata kak Adri memisahkan kami dengan mendorong kepala aku dan kepala Anan. Membuat jarak antara aku dan kak Anan.

"Taek kucing Lo Adri. Pala gue Lo dorong dorong" marah Anan.

"Iya nih. Pala gue jadi sakit" kata Suci.

"Sakit? Yang mana dek?" Cemas Anan mendekati Suci dan memeriksa kepala suci.

"Bisa gak kalian gausah romantis di depan gue?" Teriak Adri.

Aku dan Anan diam dan menjauhkan diri masing-masing.

"Gue juga pengen romantisan" rengek Adri

Melihat kelakuan Adri membuat ku tertawa. Aku bahagia bisa kumpul lagi bersama mereka. Aku gak peduli dengan tatapan orang lain yang berada di kantin saat ini. Seolah mereka mengataiku atau apalah aku tak tahu. Tapi kali ini aku gak bakal memikirkan kata orang lain. Aku belajar, bahwa jangan selalu mendengar kan perkataan jelek orang lain. Jika kita nyaman kenapa kita harus mengikuti perkataan nya.

All About AnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang