11

11 0 0
                                    

Sudah 2 hari Aku hanya diam di kamar tak ingin keluar walau hanya menghirup udara segar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah 2 hari Aku hanya diam di kamar tak ingin keluar walau hanya menghirup udara segar. Pandanganku kosong menatap langit-langit kamarku. Ponselku yang Sengajaku non-aktifkan untuk menjauh dari masalah yang telahku dapat. Pintu kamarku tidak ada habisnya di ketuk agar aku membuka pintu. Lagi-lagi air matanya menetes untuk kesekian kalinya mengingat Kak Anan.

"Ah kenapa sih gue gini"

"Gue nyesel masuk Osis sumpah"

"Gue cukup bodoh menganggap kak Anan cinta pertama gue. Gue aja terlalu pede and sokap dengan Kak Adri"

Tiba-tiba suara ketukan dari jendela menghentikan ocehan Suci. Suci menoleh dan menghampiri jendelanya.

"Kok gue denger suara jendela gue di ketuk yah?" Suci membuka jendela dan sesuatu muncul di depannya.

"Aaahh setan !" Teriak Suci sambil tangannya menampar terus tak henti.

"Anjir woi ini guee Ocan !"

"Hah?  Elo?  Kenapa ada disini sih?  Pake manjat rumah gue lagi.  Lo pengen maling yah..? " celoteh aku panjang lebar.

"Dih mulut lo tuh yah..  Udah ikut gue" kata Ocan narik tanganku tetapi aku menahannya.

"Kemana? Lo pengen culik gue yah.  Gue teriak nih baru tau rasa"

"Nih cewek bawel banget" keluh Ocan.

"Kak gimana nih? Mukul suci pake pingsan boleh gak? " kata Ocan menoleh kebawah. Aku menoleh juga ke bawah jendelanya dan menemukan sosok yang ingin aku lupakan.

"Lo pukul sekali.  Gue bonyokin muka lo" perkataan seseorang itu membuat mukaku merah padam.

"Hehehe bercanda kak.  Selow selow" cengir Ocan. 

"Kak--"

"Lo pengen ikut gue atau gue pergi nih" tanya Seseorang yang membuat perkataan ku dipotong.

"Ma mau kak tapi pakaian aku.. " aku memperhatikan pakaian yang kupakai sangat santai.

"Udah pake itu aja udah bagus"

"Mm baiklah.  Aku tunggu kakak di depan rumah"

"Udah jangan ribet.  Lewat jendela aja.  Tuh ada tangga.  Gue gak mau yang ribet"

"Iya iya tunggu aku turun nih kak"

"Ocan sono turun duluan"

"Mau gue gendong?" tanya Ocan.  Aku yang mendengarnya memutar mataku malas. Tiba-tiba tangga bergerak.

"Aaa aduh aduh gak kak bercanda doang jangan gerakin tangganya.  Nih gue turun" kata Ocan mendapat tatapan tajam.  Aku terkikih kecil.

       

                 🍁🍁🍁




Aku tak hentinya menatap seseorang yang berdiri di depanku.  Tubuhnya yang tinggi dengan bahu yang lebar.  Aku masih tak menyangka kak Anan sosok jutek yang dingin hari ini bolos sekolah dan ngajak aku keliling Trans Studio. Tetapi mengapa kak Anan tak jalan beriringan denganku?  Begini saja seharusnya aku bersyukur.  Setidaknya kak Anan menghapus rasa benci ku kepadanya.  Tak bosan menatap punggungnya dari belakang.

"Susah banget benci makhluk yang ada di depan gue ini" gumamku lalu menunduk sambil jalan.

BUUUKK 

"Aww" aku memegang kepalaku yang menabrak punggung kak Anan.

"Kenapa berhenti kak? " tanyaku heran.

"Singgah makan di A&W dulu yah..  Lapar gue" aku tertawa melihat wajah lucu kak Anan.

"Iya kak aku ngikut aja"

Aku dan kak Anan makan burger tanpa ada suara.  Canggung, itulah yang aku rasakan sekarang. Mau tidak mau aku membuka pembicaraan.

"Kakak ngak ke sekolah? "

"Ngak"

"Bolos yah.. "

"Ngak"

Udah biasa dijutekin.  Enak banget yang jadi burger lebih di perhatikan.  Uh cemburu sama burger.

"Terus kenapa--"

Kak Anan memasukan kentang goreng kedalam mulut aku yang sedang serius berbicara.

"Bawel banget sih lo dek.  Udah makan diam.  Gue pengen makan dengan tenang" aku mengangguk mengerti.

Aku pun diam lahap memakan burger.  Tiba-tiba sebuah tangan besar mendarat di kepalaku.

"Duh anak pinter" kata Kak anan lalu tersenyum.  Sumpah itu senyuman yang pertama kali gue liat dari sebelumnya.  Dan..  Tunggu ... Itu tangannya MEGANG KEPALA AKU  !

Udah deg-degan di kasi senyuman apalagi kepala di elus sama kak Anan.  Pengen Pingsan rasanya..








                        🍁🍁🍁







Selesai makan kami mulai mengikuti semua permainan.  Dari tadi kak Anan hanya diam sesekali ngomong jika perlu aja.  Aku menarik tangan kak Anan untuk memasuki rumah hantu.  Kak anan tampak tidak setuju dengan pilihanku tetapi aku tetap saja merengek. Kak Anan melihat orang sekitar yang menatap kami membuat kak Anan mengangguk terpaksa.

Aku sebenarnya takut masuk rumah hantu tetapi ini demi kak Anan supaya dia merasa seru mainnya.

"Dek yakin dengan pilihan lo??"

"Yakin kak.  Ih kenapa sih nanya mulu"

"Tuh muka lo udah pucet" kata Anan serius.

Masa sih?  Aku meraih ponsel dan bercermin dan benar muka aku pucet.  Udah aku nyerah sekarang.

"Kak batal deh.  Nanti kakak takut lagi"

"Siapa yang takut? Udah gak boleh di batalin" kata Anan sambil menjulurkan lidahnya.

Sial

"Yang mau tadi siapa hayo?  Lo kan?"

"Iya tapi--"

"Hahah let's go! " seru Anan.  Aku sepertinya menggali kuburan sendiri.



"Kau seperti pelangi setelah mendatangkan hujan dan petir kepadaku. Kini kau berubah jadi pelangi yang indah dalam sekejap lalu pergi"

All About AnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang