XI [ s a m b e l ]

671 92 3
                                    

Sana's

Aku berlari menembus salju. Berlari asal tanpa tahu akan menuju. Hembusan putih nafasku terlihat jelas kala aku berlari.

Dia menciumku.

Aku membencinya. Sungguh membencinya. Seharusnya aku selalu membencinya ketika kita pertama bertemu.

Aku membenci debaran bodoh jantungku karenanya.

Aku langsung lari begitu saja ketika acara itu selesai, tanpa memberi salam perpisahan pada orang-orang di sana.

Kakiku melemas. Aku tak kuat berlari lagi. Sambil terengah aku mengambil ponselku.

20 : 37
Fri, Dec 29th 2017
Seoul -6° C

Yang benar saja. Mana bisa seorang gadis berkeliaran pada waktu yang telah larut dan kondisi suhu cuaca di bawah nol derajat celcius?

Aku meraih tiang halte sebagai penyangga dan berniat untuk beristirahat sejenak.

Namun ku rasa beristirahat pada halte dalam kondisi seperti ini adalah kesalahan. Bahkan kursi tunggu pada halte lebih dingin dari es dalam kulkas.

Aku menunggu bus datang. Aku ingin pulang.

Untuk apa aku pulang? Ayah bahkan tidak berada di rumah. Dan ibu...

Aku meringkuk, memeluk tubuhku kasar. Memejamkan mataku menghiraukan dinginnya malam yang bahkan bagaikan menembus hingga kerangka tubuh.

Hingga aku tak sengaja membuka mata dan sesuatu menarik perhatianku.

Toko kue?

Aku berjalan gontai sambil menggosokkan tanganku dengan camel brown blazer milikku.

'Klincing'

Aroma kue yang manis dan kehangatan di dalam toko kue seolah mendekapku begitu aku membuka pintu toko.

Aku mengedarkan pandanganku ke segalam penjuru toko. Soft Dessert, bolu, bahkan permen memenuhi toko. Namun aku tertarik dengan apa yang ada dalam etalase toko di ujung.

Birthday cake.

Bentuknya minimalis, creamnya memadukan warna amethyst purple dengan gradasi orchid-lavender yang menawan, serta hiasan bulan purnama berwarna blue azure.

Telapakku menyentuh etalase kaca toko. Menunjukkan rasa ingin terhadap kue itu.

"Tolong kue ini satu," dengan sumringah aku memesan.

Aku meraih tasku untuk mengambil dompet. Hanya tersisa dua puluh ribu won.

"Lima belas ribu won, agassi,"

"Ini. Ambil kembalinya huh.." suara deep husky seorang lelaki membuat tubuhku kaku.

Kim Taehyung. Pria yang ku benci.

Aku bergerak mundur, menjaga jarak antara aku dengannya. Ia menatapku tepat pada manik mataku dengan nafasnya yang tak beraturan.

Ia mengejarku?!

Ia berdiri di sampingku, menyelesaikan transaksi. Ia membawa kue pada kantung kresek abu-abu itu dan menarik tanganku kasar.

Aku memberontak. Berusaha melonggarkan genggamannya. Ah tidak. Cengkramannya.

"S-sunbae! Tolong le-lepaskan!"

Bagus ia tak menggubrisku.

"S-sunbae!" ia tetap menarikku, "Kim Taehyung!"

Existence [ K t h ; J j k  +  M s n ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang