IX

695 94 5
                                    

Sana's

Dingin. Sangat dingin.

Aku mengeratkan kardigan hitamku tergesa. Angin yang berhembus nampak kasar menerbangkan debu dan dedaunan kering.

Waktu telah menunjukkan pukul tiga dengan jarum panjang mengarah pada angka sembilan. Beberapa saat menjelang bel kemenangan.

Aku berjalan melewati lorong menuju lapangan utama. Sengaja meninggalkan jam terakhir. Hanya ingin merasakan menjadi anak bandel dalam beberapa jam saja.

Terdengar kontras suara guru yang menerangkan dalam kelas dengan gesekan dedaunan di alam.

Aku berhenti. Menengok luar jendela. Sosok lelaki berjalan santai di halaman belakang sekolah.

Jungkook.

Ia pasti membolos lagi.

Aku tersenyum hanya dengan melihatnya. Ku percepat langkahku,mengurungkan niat menuju lapangan. Ingin menemui Jungkook.

Aku merindukannya.

Sebelum seorang gadis tersenyum di hadapannya. Sedikit merunduk tertawa.

Dia gadis yang beberapa hari lalu ku lihat dengannya. Siapa sebenarnya dia?

Jungkook tak pernah bercerita mengenai gadis kepadaku. Terakhir kali ia bercerita seorang gadis denganku sekitar tiga atau empat tahun lalu.

Itupun aku yang ia ceritakan.

Hatiku bergejolak melihatnya dengan gadis lain. Gadis lain yang tak pernah ia ceritakan sekali pun padaku.

Aku merasa terkhianati.

Dan disinilah aku. Kembali mengurungkan niat untuk mendekati Jungkook yang bersama gadis lain. Ah tidak, bukannya aku cemburu atau apa. Lagipula untuk apa aku cemburu. Aku hanya tak ingin gadis lain merasa tak nyaman mendekati Jungkook ketika ada aku.

Gadis di hidupnya bukan hanya aku saja kan?

Namun di lain sisi, aku merindukannya. Beberapa minggu ini kita tak terlalu dekat karena ia sibuk mempersiapkan turnamen Taekwondo bulan depan. Aku hanya... 

... hanya sedikit kesepian. Namun Jungkook terlihat bahagia.

Aku menunduk kecewa. Mungkin aku sangat kecewa. Bahkan hingga aku melihat kaki ku ada empat.

Ada empat?

Aku mendongak. Seseorang berada sejajar di sampingku. Menatapku. Pandangan kita menaut. Ekspresinya datar.

"Kapan kau tiba?"

"Kau tak tahu?"

"Jika aku tahu mengapa aku bertanya?"

Menyebalkan. Bodoh pula.

Ia menarik tangannya. Berlagak melihat jam pada pergelangan tangan kanannya. Padahal tidak ada apapun disana.

"Sekitar- tidak tahu," ujarnya menghina.

"Ah maafkan aku. Aku menyesal bertanya padamu," aku berbalik meninggalkannya.

"Sejak kau berdiri disini?"

Aku menengoknya.

"Memperhatikan sesuatu yang menarik di bawah sana?" Gumamnya.

Ia menopang kepalanya dengan sebelah tangannya yang terkepal. Seolah memandang sesuatu. Padahal tidak ada apa-apa. Jungkook pun juga sudah pergi.

"Kau juga membolos?" Aku mendekat padanya. Menyamakan posisi dan mengikutinya.

Existence [ K t h ; J j k  +  M s n ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang