XXIX

146 28 4
                                    

This will be such a long ass revealing secret-pre ending chapter! 




third person's

Semenjak kejadian kemarin, Jungkook berbeda. Ia menjadi lebih manja, seolah ia tak akan bertemu lagi dengan kekasihnya setelah hari esok.

Sana tentu menyadari bahwa itu cukup lucu. Sangat jarang Jungkook berperilaku seperti adik Sana.

Seperti pagi itu, Jungkook masih mendekap erat kekasihnya itu meskipun matahari sudah terbit cukup tinggi. Bahkan Sana telah bangun sekitar satu jam yang lalu.

"Sampai kapan kau akan mengurungku seperti ini, Jeon?"

Jungkook tidak menjawab. Ia justru mengeratkan pelukannya, bahkan Sana beberapa kali memukul lengan Jungkook karena ia tak bisa bernafas.

"Jangan pergi kemana pun. Aku tidak ingin ada hal seperti kemarin terjadi lagi," ujarnya sedikit terdengar manja.

Jungkook tak pernah sekali pun bertingkah seperti ini. Ia selalu bertingkah seolah-olah ia lebih tua dari Sana. Sana tertawa cukup kencang dan melepaskan dekapan Jungkook.

Ia menangkup wajah lelakinya itu. Di lihatnya wajah bantal sang kekasih, lalu dikecupnya pelan. Jungkook terlihat sedikit terkejut, namun justru ia yang melanjutkannya lebih dalam.

Sana tersenyum di sela-sela ciuman pagi hari itu, sebelum ponsel Jungkook berdering.

"Tch siapa yang berani mengganggu pagi-- oh? Iya, halo Pak Manager?"

Raut wajah Jungkook yang kesal mendadak panik menerima telfon managernya. Sana tertawa cukup keras hingga Jungkook membekapnya dengan bantal.

Sana memandangi punggung Jungkook intens. Ia selalu tahu bahwa tubuh Jungkook memiliki proporsi yang sangat indah.

Entah bagaimana Tuhan menciptakan seorang laki-laki sesempurna Jungkook. Bagaimana bahunya yang cukup lebar dipadukan dengan pinggangnya yang ramping.

Bagaimana pula wajahnya yang terlihat awet muda itu memiliki tubuh berotot yang terbentuk.

Bagaimana pula kuat hatinya tetap mencintai gadis seperti dirinya selama ini?

Ia benar-benar merasa beruntung akan dinikahi oleh lelaki seperti Jungkook. Namun ia juga sangat takut jika di masa yang akan datang ia akan menyakiti Jungkook.

Ia tahu betul bagaimana Jungkook tidak pernah menyakitinya, bagaimana Jungkook menjaganya sepenuh hatinya, bahkan di saat ia kehilangan orang tua di usianya yang baru sebentar mengijak dunia.

Sana boleh saja lebih tua delapan bulan dibanding Jungkook, namun Jungkook bertahun-tahun lebih dewasa tentang pemikiran dan perasaan.

Memikirkannya mebuat Sana tanpa sadar tersedu-sedu hingga membuat Jungkook mematikan telfonnya.

"H-hei sayang, kau kenapa? Ada yang sakit?"

Jungkook yang panik, hendak beranjak meninggalkan Sana untuk mengambilkannya minum, namun gadis itu mencegahnya.

"...luk ak-aku.."

"A-apa? Kau butuh apa?" 

"Peluk-hik-...aku,"

Jungkook yang masih dalam keadaan bingung menarik Sana lembut dalam dekapannya. Tangannya tak henti-henti mengusap punggung Sana, berharap gadis itu kan segera tenang.

Existence [ K t h ; J j k  +  M s n ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang