[Chapter Three]

6.8K 504 97
                                    

Another Hewolf
●________________________________●

Author POV

"Cukup!!" teriak Teresa yang cukup mengagetkan Zack.

Mungkin dengan mencoba membentak Zack akan membuatnya diam. Sayangnya kau salah besar Teresa, kau melakukan kesalahan yang besar. Rupanya hal tersebut tak mempan terhadap Zack.

Hal ini membuat Zack semakin geram dan kesal dengan tindakan yang dilakukan oleh Teresa.

Dengan emosi yang memuncak dan kemarahan yang tak terkendali, Zack dengan paksa mencengkram tangan Teresa dan menariknya kuat keluar.

Terlemparlah Teresa dan terjatuh di depan matenya sendiri. Meninggalkan  luka memar di siku dan pipi Teresa.

Tentu saja Teresa merasakan sakit di fisik. Tapi bagaimana dengan hatinya? Mungkin sudah retak.

"DASAR TAK BERGUNA!" geram Zack seraya membanting pintu kamarnya kuat dan meninggalkan Teresa sendiri di lorong.

Air mata terus turun mengalir dari kedua mata Teresa. Dia tak bisa melakukan apa-apa. Apakah ini mate yang diberikan Moon Goddess kepadanya? Seorang Alpha yang menganggap matenya sendiri bagaikan sampah.

"Rejectlah aku!! Rejectlah aku Zack!!!" teriaknya di depan pintu kamar Zack dengan air mata yang tak dapat berhenti keluar dari matanya.

Dia sudah lelah, baru dua hari. 2 Hari! Dia sudah diperlakukan semena-mena oleh Zack. Jika saja dunia bisa kembali mundur sebelum saat Teresa bertemu dengan Zack.

Tak ada jawaban dari Zack. Sepi. Sunyi. Para omega dan warrior tak berani mendekati sang Luna. Mereka takut akan dianggap ikut campur dalam rumah tangga pasangan tersebut.

Tak ada rasa iba sedikit pun dari sang Alpha. Membiarkan matenya menangis tersedu-sedu.

Di waktu yang tepat sekali. Sang kakak heboh baru saja masuk mansion. Dan langsung melihat Teresa sedang menangis terduduk di depan pintu kamar sang Alpha.

"Astagaa!! Ada apa?!!" terkejutlah Merry melihat Teresa dan berlari-lari di lorong menuju wanita cantik itu.

"Ka-kau kenapa?? He-hei!!" tanya Merry seraya menghapus kedua air mata Teresa.

Tak ada jawaban dari dirinya. Seperti hatinya telah kosong dan tak ada lagi yang dapat ia percayai.

Dengan sigap Merry mengangkat badan Teresa dan menggendongnya menuju kamarnya. Tapi tunggu, Merry tak tahu dimana kamar wanita ini. Apa dia harus bertanya kepada warrior? Mungkin itu ide yang bagus.

Mungkin suatu kebetulan atau apapun, warrior tepat berada di depan Merry.

"Hei kau!"

Lantas sang warrior tersebut langsung mendekati Merry dan membungkukkan hormat kepadanya.

"Ada apa, nona Merry?" ucap sang warrior hormat.

"Apa kau tahu dimana kamar wanita ini?" tanya Merry seraya mengeser badannya agar sang warrior dapat melihat wajah Teresa.

"Ah. Luna. Kamarnya tepat di pojok, dekat pembuangan." jawab sang warrior seraya menunjukkan tangannya ke arah kamar Teresa.

Dengan sekali anggukan Merry se mengerti. Namun langkahnya terhenti ketika ia menyadari sesuatu.

"Tunggu-tunggu. Apa?! Ini Luna kita?!" kembalilah terkejut Merry dan hampir saja ia melepaskan tangannya. Kalau tak, mungkin Teresa sudah jatuh.

Apakah ini hari terkejut untuk Merry? Berbagai hal beberapa hari ini yang baru ia ketahui sejak diberitahu sang warrior. Astaga, apa karena ia terlalu fokus dengan Instagramnya?

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang