[Chapter Sixteen]

3.4K 192 43
                                    

Silly.
•______________________•

Author POV

"Apa.. kita harus berpisah?" tanyanya dengan raut wajah sedih, sembari bersandar di sebuah pohon yang rindang.

Seorang gadis dan lelaki muda tengah duduk bersama di sore yang cerah, ini adalah hari perpisahan bagi mereka berdua. Terlihat dari sudut mata sang gadis yang sedih harus meninggalkan sahabatnya itu.

Sejujurnya lelaki tersebut juga tak mau meninggalkan sahabatnya itu, namun sudah waktunya bagi si gadis untuk pulang. Karena tugas ayahnya telah usai di negara tersebut.

"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, bukan?" jawab lelaki itu, seraya melempar sebuah batu ke genangan air di dekatnya.

"Tapi.. aku tak mau berpisah darimu, kau adalah sahabat terbaikku! Aku belum pernah bertemu orang sebaik dirimu." celotehnya untuk menolak perpisahan mereka seraya mengusap air mata yang hampir mengenai pipi manisnya.

Jujur saja, ini adalah kali pertama bagi sang gadis bisa bertemu seorang yang mustahil jika dijelaskan secara logika. Ya, lelaki itu adalah seorang makhluk immortal berbulu, werewolf.

Kedua pipi lelaki tersebut memerah karena ucapan polos sang gadis, kemudian dengan spontan ia--sang lelaki memegang kedua tangan gadis itu dan berkata, "Tenanglah. Jangan menangis. Aku selalu bersamamu dimanapun kau berada."

Seketika, wajah sang gadis kembali berseri, tatapan senang dan gembira menghiasi wajahnya, lalu ia berkata, "Benarkah? Kau takkan melupakanku, kan?"

"Hm." ucap lelaki itu dengan yakin.

"Ayo kita tulis janji kita di pohon ini, seperti yang kau katakan!" saran gadis itu.

lelaki itu pun menyetujui saran sang gadis, lalu ia mencari sebongkah batu dan mereka berdua mulai memahat batang pohon tersebut dengan sebuah kalimat,

дерево это то место, где мы встречаемся снова.

•○●○•

Sinar mentari pagi mulai masuk melalui celah jendela kamarnya, para burung juga mulai bersahutan menghiasi pagi ini. Badai semalam telah berakhir dan kemarahan sang Alpha pun sudah mereda.

Zack bangun dengan kondisi linglung, Ia telah mengalami mimpi yang membingungkan, seperti telah mengalami turbulensi yang sangat dahsyat. Ya, mimpi yang benar-benar aneh.

Beberapa kali mulutnya terus menganga karena menguap, mungkin jam tidurnya kurang banyak. Walaupun sudah tidur 10 jam.

Tanpa ada kegaduhan, tanpa ada kebisingan. Terutama kepada orang yang ia benci itu. Syukur menurutnya orang itu mungkin sudah mati ditangan teman psikopatnya, Max.

Terus terang, ia juga memikirkan mimpi yang telah ia alami semalam. Itu semacam bukan mimpi menurutnya, namun seperti kenangan lama telah hilang. Karena, seolah-olah ia benar-benar pernah melakukan itu dengan seseorang.

Ya, seseorang.

Jika dikaitkan dengan ucapan Rage pada tempo hari yang lalu, bisa saja janji yang dimaksudkan olehnya adalah janji pada mimpinya. Namun, masih banyak yang janggal pada mimpi itu.

Siapa gadis itu? Bagaimana kami bisa bertemu? Apa maksud dari arti kata itu? Begitulah sederet pertanyaannya.

"Argh! Ini sungguh membingungkan!" ucapnya kesal sembari menggaruk-garuk kepalanya.

Akan tetapi, otaknya tak bisa berhenti memikirkan kata-kata tersebut, namun ia sendiri juga bingung apa maksud dari kalimat dalam mimpinya itu.

Beberapa kali ia mencoba memanggil Rage melalui mindlink, namun serigala itu terus saja seperti menolak panggilannya. Zack merasa dia diremehkan oleh serigalanya sendiri. Yah, mungkin seharusnya Zack mendapat pelajaran di mana dia dibenci bukan membenci.

"дерево это то место, где--- ah, sulit sekali mengingatnya. Seperti membaca sihir bodoh." gerutunya.

Zack tertegun. Sekilas matanya mengarah ke sebuah pohon di luar jendela. Kedua matanya terbelalak, ia teringat sesuatu. "Tempat mereka berjanji! Pohon itu!"

Tanpa mandi, tanpa sarapan, Zack langsung berlari menuju pohon tempat mereka-- dalam mimpi itu memahat pohonnya.

Jalannya yang cepat, mungkin secepat berlari membuat seluruh orang dalam mansion penasaran apa yang dilakukan oleh Alphanya ini. Dan tentu saja Erick, Betanya.

Sang Beta melihat Zack berlari dengan cepat mendahuluinya, Erick yakin pasti sang Alpha tengah merencanakan sesuatu. Sudut matanya yang curiga perlahan meninggalkan tamunya dan berjalan mengikuti Zack.

"Uh-oh! Apakah disini diadakan lomba lari pagi?" tanya Debby, Ibu Teresa yang tengah meminum secangkir teh hangat.

"Saya pamit untuk mengikutinya, Luna." pinta Mark dengan hormat seraya menunduk di depannya, lalu ia pun ikut meninggalkan Debby sendirian di ruang tamu.

•○●○•

Badai telah usai. Beberapa kepingan salju terlihat memasuki sebagian mulut gua tersebut, perlahan tapi pasti temperatur di daerah itu kembali ke posisi yang semestinya.

Di tengah gua yang hangat, seorang werewolf tengah tertidur dengan pulasnya akibat kelelahan pada tempo hari. Nafasnya yang hangat, membuatnya tetap terjaga selama 3 hari tanpa membeku.

Pria berambut coklat itu akhirnya terbangun dari tidur lamanya, bukan karena dicium oleh tuan putri seperti cerita Sleeping Handsome. Melainkan karena perutnya yang berbunyi.

Ia pun bangun, meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat terlalu lama bersandar pada dinding gua dan membiarkan sinar matahari memancarkan sinarnya ke tubuhnya.

Berjalan keluar gua, seluruh bagian hutan dan seisinya akhirnya terlihat oleh pandangannya. Akhirnya ia bisa mengenali bagian hutan ini, hutan pinus yang menjulang tinggi. Ya, Hutan Białowieża.

"Peradaban tak jauh dari sini, aku bisa menciumnya!" ucapnya dengan senang.

Dengan cepat ia kembali ke wujud serigalanya dan berlari kearah tenggara hutan tersebut, ia senang karena bau kue pie yang tak jauh darinya sedang menunggu untuk disantap.

"Mungkin jika kutanya orang orang disana, aku bisa mendapat sebuah petunjuk."

Serigala berbulu biru tua itu berlari seakan ia tak memikirkan apa-apa lagi, kecuali mengisi perutnya yang keroncongan.

Arthur melompati akar-akar pohon yang menghalanginya, dan tanpa sadar ia menabrak--lagi.

Namun, bukan batu yang ia tabrak. Melainkan seorang pria bertudung dengan keranjang berisi sesuatu.

Tidak, ini bukan cerita Red Riding Hood.

"A-ah. Maafkan aku. Aku tak melihat sekitar, tuan. Mari kubantu." ucapnya dengan panik seraya mengambil beberapa barang yang jatuh dari keranjang pria itu.

Arthur mengigit beberapa barang itu dan memberikannya pada pria tersebut, "apa kau tak apa-apa? Ini barangmu... huh? Perban? Antiseptik? Apa kau seorang dokter, tuan?"

"Apa pedulimu?" ucap pria tersebut dengan dingin, dan tanpa sengaja membuka tudungnya.

Arthur tak mengenalnya, ia hanya meminta maaf dan berlari menjauhi pria itu.

Tbc.

Aku minta maaf atas keterlambatan update. Aku akan mencoba untuk tidak mengulanginya.

28/03/2019.

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang