Gambling.
•__________________________•Author POV
"Permisi, Tuan."
Ia mengetuk pintu kamar sang Lord seraya membawa semangkuk bubur dan secangkir teh hangat kepadanya.
Sudah berhari-hari, mungkin berminggu-minggu sang Lord berdiam diri di kamar tersebut. Archard merasa bersalah kepada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga dan membiarkan pasangannya di culik oleh orang tak bertanggung jawab.
Ia tak dapat tidur tenang, makan dengan tenang, dan seluruh pekerjaannya terlantar begitu saja. Hanya satu hal yang ia khawatirkan, Teresa.
Luke iba melihat sang Lord yang terus berdiam diri dan berharap Arthur segera menemukan pasangan sang Lord dan mengembalikan semuanya seperti sedia kala.
"Sarapan, Tuan." sahut Luke agar kali ini Archard mau makan, karena sang Lord benar-benar tak mau makan sama sekali sejak tahu Teresa menghilang.
"Mengapa.. kau terus membuang makanan itu. Sudah kubilang aku tak ingin makan!" gertak sang Lord sembari melempar makannya--lagi.
Semangkuk bubur dan teh hangat itu pun terlempar dari meja kerja Archard, menyisakan pecahan mangkuk serta cangkir dengan bubur yang telah tercecer.
Luke hanya meminta maaf di depan sang Lord dan menyuruh para Maid itu segera membersihkan tumpahan bubur dan teh tersebut.
Luke hanya bermaksud baik agar Archard tidak menyakiti dirinya dengan tak mau makan. Namun, mungkin sang Lord salah perspesi mengira Luke tak paham apa yang sedang ia alami.
Setelah meminta maaf, Luke menunduk hormat untuk pamit dan berbalik badan keluar ruangan sang Lord.
"Tunggu." ucap Archard ketika ia menyadari sesuatu.
"Di mana, Arthur?"
•○●○•
Arthur benar-benar tak sengaja menabrak pria bertudung itu, tanpa berpikir panjang ia langsung mengambil barang yang terjatuh itu dengan mengigitnya.
Rupanya barang yang terjatuh tersebut adalah obat-obatan. Arthur berpikir pasti orang ini adalah seorang tabib atau semacamnya, akan tetapi mengapa arah orang ini malah mengarah ke dalam hutan?
Arthur hanya meminta maaf setelah membantu pria itu. Namun, tak ada balasan terima kasih darinya. Arthur tak peduli, ia hanya menganggap tanggung jawabnya telah usai. Kemudian, serigala berbulu biru gelap itu pun pergi menjauhi pria itu menuju pemukiman di dekatnya.
Pemukiman yang ia lihat tak seburuk yang ia kira, sebuah menara air membubung tinggi diantara rumah-rumah warga. Banyak bangunan komersil yang berdiri kokoh seperti kafe, swalayan dan toko serba ada.
Aroma sebuah kue pai hangat menghiasi hidung Arthur. Aroma tersebut berasal dari sebuah kedai kue di dekatnya, ia menelan ludahnya dalam-dalam. Arthur sungguh menginginkan kue itu, akan tetapi jika ia shifting maka ia akan telanjang bulat.
Perutnya terus berbunyi meminta segera diisi, namun mau bagaimana lagi. Mau tak mau ia harus memakan makanan sisa dari kedai tersebut. Arthur dengan berjalan mengendap-endap, menuju pembuangan sampah di belakang sekumpulan bangunan komersil itu.
"Seorang adik Lord harus memakan makanan sisa seperti ini.. hanya demi mencari pasangan kakaknya. Kau harus berhutang kepadaku kak." gumamnya kesal seraya mengais makanan sisa dari salah satu tempat sampah.
Ia menemukan beberapa potong pizza dari kotaknya. Tak berpikir panjang, Arthur langsung melahap potongan pizza paperoni tersebut tanpa memikirkan kehigeinisan makanan itu.
Saat Arthur mulai mengigit sepotong pizza itu, sebuah kertas berukuran besar menutupi moncongnya, "Argh! Apa ini?!" geramnya sambil menjatuhkan kertas itu dari wajah dengan tangannya.
Sontak ia terkejut ketika melihat kertas itu, sebuah kertas yang bertuliskan dicari, dengan sebuah bayaran yang besar jika berhasil menemukan orang yang ada di gambar.
Orang itu adalah pria bertudung yang ia tabrak sebelumnya.
•○●○•
Zack terus berlari kearah tenggara Hutan Białowieża. Ia tak dapat menggunakan wujud serigalanya, sebab Rage sepertinya sedang tak mau diajak kerja sama.
Tanpa alas kaki ia melewati setiap medan yang tak menentu, melompati akar dan menghindari ranting pohon pinus yang besar. Walaupun pandangan Zack hanya lurus ke depan dan memikirkan pohon itu, tetapi matanya jeli terhadap halangan.
Tanpa Zack sadari, Beta Goldenmoon Pack seorang serigala abu abu putih tengah mengejar lari sang Alpha itu, dia benar-benar curiga kepada Alpha ini.
"Kau takkan bisa lari!" geram sang serigala seraya menerkam Zack dari belakang.
Zack mendengar itu dan dengan cepat berbalik kearahnya, namun semua sudah terlambat. Kedua kaki depan sang serigala segera menjatuhkan dirinya dan menahan bahunya.
Zack pun tersungkur ke tanah yang basah, tangannya mencoba menjauhkan sang serigala. Akan tetapi, kekuatan cengkraman sang serigala sangatlah kuat.
"Si-siapa kau?! Beraninya?!" teriak Zack yang benar-benar marah.
"Kau takkan bisa lari dari diriku! Segeralah mengakui kejahatanmu!"
Zack pun tersudut. Dia pun segera memikirkan cara untuk menjauhi serigala di depannya ini.
Dengan kedua kakinya, Zack pun menendang bokong sang serigala hingga tersungkur. Dengan cepat Zack hanya kabur meninggalkan sang serigala. Mungkin kalian boleh bilang ia pengecut, namun hanya karena kali ini wujud serigala Zack tak mau menampakkan dirinya.
Erick yang tak gegabah hanya menguntit kemana sang Alpha itu pergi. Namun, lam-kelamaan Erick pun menyadari kemana Zack pergi.
"Pohon itu."
Tbc..
Maafkan author. Kondisi yang sedang tak menentu membuat ide pun sulit didapatkan. Maaf juga jika chapter 17 ini dikit.
03/05/2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]
WerewolfHighest #21 in werewolf. [End] "Mate? Aku tak membutuhkannya. Aku sudah nyaman hidup menyendiri." -Zack Christopher Witterson- "Semoga mateku kali ini adalah yang terbaik. Sudah 3 kali aku di reject oleh hewolf lain. Entah apa alasannya." -Teresa An...