Problem.
•___________________________•Author POV
Awan gelap mulai menguasai langit, gemuruh angin mendorong pucuk pohon yang sudah tak terdapat daunnya, menandakan suatu fenomena akan terjadi sebentar lagi.
Kepingan demi kepingan benda halus nan putih mulai berjatuhan dari awan yang gelap itu. Satu demi satu kepingan tersebut mulai menutupi seluruh rumput yang telah melayu.
Perlahan, temperatur, dan kelembapan, mulai turun dari titik awal. Ini hanyalah setitik dari ribuan fenomena yang terjadi di bumi.
Seekor serigala muda dengan corak biru gelap dan abu-abu di punggungnya sedang berlari dan mengendus dari orang yang kakaknya cari selama ini.
Ia mulai khawatir akibat hujan salju ini, bau dari orang tersebut bisa saja hilang dengan sekejap, mau tak mau larinya harus dimaksimalkan.
Namun, baru setengah jalan yang ia lalui, bau dari orang itu sudah hilang. Dan lucunya ia pun ikut tersesat di hutan tersebut. Sepertinya ia terlalu fokus kepada bau tanpa melihat sekelilingnya.
Berada di hutan gelap nan dingin, dengan pepohonon pinus yang menjulang tinggi. Hampir semua hewan mamalia di daerah tersebut tengah berhibernasi. Hanya suara gesekan dedaunan akibat angin dingin yang bertiup dari atas tersebut.
Angin dingin terus menusuk badan serigala tersebut, walaupun kulitnya ditutupi oleh bulu yang tebal, namun sepertinya suhu di hutan tersebut sudahlah sangat dingin.
Kakinya tak lagi kuat untuk berjalan lebih jauh, sungguh dia benar-benar kelaparan, memang bodoh dirinya tak membawa perbekalan sebelumnya.
"... kau tak boleh tidur, Arthur." batinnya mencoba tidak sekalipun menutup mata.
Langkahnya semakin melambat setiap saat, ia kelaparan sekaligus kelelahan. Sebenarnya tubuhnya tak lagi kuat menahan rasa lapar dan lelah.
Berharap ada seseorang yang dapat menolongnya. Namun di sekelilingnya hanya ada tumpukan salju putih. Jarak pandangnya semakin lama semakin pendek. Ia bisa saja tercebur ke sebuah danau.
" ... B.. bert..tahanlah sedikit lagi.. tu..buhku.." batinnya mencoba terus meyakinkan dirinya.
Syukur saja, ada sebuah gua yang tak jauh dari dirinya. Dengan sekuat tenaga mencoba mendekati gua tersebut, tak melihat hal yang lain hanya bisa berfokus pada tempat itu.
Ia berlari dan terus berlari. Sayang, medan yang dilaluinya tak semulus harapannya, rupanya sebuah batu lah yang membuatnya tersungkur di tumpukan salju.
Cairan darah segar terus keluar dari sela-sela kaki kiri belakangnya. Sambil menahan sakit ia terus berjalan ke gua tersebut tanpa memikirkan kakinya yang terluka.
Ia berhenti sejenak. Kepalanya menengok ke atas, terlihat mulut gua yang besar tak sebesar yang ia kira. Ia segera masuk dan berbaring menunggu badai segera berakhir. Karena kelelahan, tanpa ia sadari ia telah kembali menjadi manusia.
•○●○•
"Percuma saja."
Zack kenal suara ini, suara yang menemaninya dari kecil. Suara yang membuatnya benci menjadi seorang werewolf sekaligus menjadi Alpha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]
Про оборотнейHighest #21 in werewolf. [End] "Mate? Aku tak membutuhkannya. Aku sudah nyaman hidup menyendiri." -Zack Christopher Witterson- "Semoga mateku kali ini adalah yang terbaik. Sudah 3 kali aku di reject oleh hewolf lain. Entah apa alasannya." -Teresa An...