[Chapter Four]

6.7K 514 47
                                    

Oh No!
●__________________________●

Author POV

"Sudahlah Teresa. Tidurlah." ucap Merry serasa menarik selimut agar Teresa tak kedinginan.

Saat malam memang Rusia sangat dingin. Karena daerahnya yang terletak berdekatan dengan kutub utara.

Dengan senyuman manisnya Teresa, Merry sudah mengerti. Sekilas Merry menatap ke seluruh ruangan kamar milik Teresa. Menjijikan, Ya itu bayangan pertama yang Merry ingin ucapkan.

Sama saja bohong. Kamar besar dengan bathtub, tv, dan perpustakaan mini tetapi dekat dengan pembuangan akhir pack ini. Rasanya Merry ingin marah kepada adik yang dingin itu. Namun entah apa yang menghalanginya untuk bertemu dengan Zack.

Merry merasa iba dengan adik iparnya ini, mendapatkan mate seburuk adiknya. Mendapat siksaan terus menerus oleh adiknya. Tak dilayani selayaknya, seperti Luna kebanyakan.

"Sepertinya lebih baik aku menemaninya. Aku punya firasat buruk tentangnya." batin Merry seraya duduk di sofa kamar Teresa.

Ya walaupun kamarnya ini tak bau, mungkin karena Teresa tak membuka jendela kamar ini. Jika tidak pasti kamar ini akan sebau pembuangan tersebut.

"Ada apa denganmu, Merry?" tanya Lili, wolf Merry.

"Entahlah Lili. Aku merasa adikku ini, maksudku adik iparku ini akan mendapatkan perlakuan yang sama lagi oleh Zack." jawab Merry risau.

"Hm? Baik jika itu maumu." balas Lili seraya memutus mindlink antara Merry.

Semoga saja firasatmu itu tak benar Merry. Merry baru sadar kalau begitu kejamnya Zack kepada matenya sendiri yang notabane-nya adalah seorang Luna pack ini. Yang seharusnya bersama sama menjaga pack ini, namun hanya sang Alpha yang melakukannya.

•○●○•

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Namun, Teresa tak dapat juga bisa tidur. Ia pun bangun dari tempat tidurnya dan melihat tv-nya menyala. Dengan waspada, Teresa mengambil ancang-ancang.

Walupun sebenarnya dia takut dan ingin berteriak minta tolong kepada Zack. Sayangnya, hal tersebut takkan terjadi. Bukan Zack yang datang, mungkin malah seorang warrior.

Dengan perlahan Teresa berjalan dengan berjinjit menuju ruang tv. Sekilas ia melihat seseorang yang berambut panjang berwarna coklat gelap.

"Perempuankah? Merry?" itulah bayangan pertama kali ia dapatkan. Namun sepertinya tidak, "Tidak mungkin. Merry pasti sudah keluar sejak pertama kali ku menutup mata." ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.

Dengan perlahan Teresa mendekati sofa tersebut. Kebetulan sekali di dekat sofa terdapat sebuah raket. Dengan sigap, Teresa langsung mengambil dengan cepat dan memukul-mukul kepala orang tersebut.

"Mati! Mati kau, Zack!!" teriak Teresa seraya memukul mukul orang tersebut, dan tak menyadari kalau ia menyebut kata "Zack".

"Aarkh! Teresa apa yang kau lakukan?!" teriak orang tersebut yang tak lain adalah Merry.

Teresa terkejut bukan main, ia tak menyangka kalau orang yang ia pukul adalah Merry, kakak iparnya. Tangannya gemeteran, air matanya mulai mengalir, ia tak berani menatap Merry. Sama seperti ketika Zack memarahinya. Ya, almost sama. Sebelas dua belas dengan Zack.

"Ma-ma-maaf kak..." isak Teresa seraya mencoba menghapus air matanya walaupun sebenarnya tak bisa berhenti.

Teresa sungguh ketakutan, ia takut Merry pun akan melakukan hal yang sama kepadanya. Ya dilempar.

"Teresa. Maaf juga tak bermaksud membentakmu. Maaf. Sungguh aku kelepasan." ucap Merry yang mencoba agar Teresa tak kembali trauma akan hal yang Zack telah lakukan.

Dengan perlahan Merry memeluk erat Teresa. Mulutnya tak bisa berhenti mengucapkan kata maaf dan Teresa pun tak bisa membuat air matanya ini berhenti. Secara tak sengaja seluruh baju bagian atas Merry basah karena air mata Teresa.

"Aku takkan melakukan hal sama seperti adik yang brengsek itu." umpat Merry agar adik iparnya ini percaya kepadanya.

Dengan sekali anggukan Teresa sudah mengerti. Ia harus bisa membedakan antara kedua sifat adik kakak ini. Walaupun sudah jelas sekali kalau sifat mereka berdua berbeda, hanya Teresa yang tak dapat membedakannya.

"Kenapa kau bangun, Teresa? Ini sudah malam." tanya Merry.

Dari raut wajah Teresa yang sepertinya menampakkan wajah takut, Merry sudah mengetahuinya. Kalau adik iparnya ini tak dapat melupakan kejadian terburuk dalam hidupnya.

"Tenanglah ada aku disini." ucap Merry dengan wajah tersenyum agar Teresa tenang.

Jika saja Zack yang mengatakan hal itu, mungkin Teresa takkan takut sama sekali dengan segala mara bahaya. Sekalipun itu penyihir gelap ataupun monster. Karena Zack akan selalu melindungi dan menjaganya, namun Teresa terlalu percaya dengan ekpetasinya itu. Terjebak dalam ekpetasi, Malangnya kau Teresa.

Mungkin sesama hidupnya Teresa tak pernah sekalipun di lempar layaknya seorang Omega yang tak becus dalam pekerjaannya. Makanya sejak tadi Teresa tak dapat tidur. Otaknya terus saja memutarkan kejadian yang sama.

"Hei. Ada apa, Teresa? Mengapa kau melamun?" tanya Merry yang melihat Teresa melamun.

Seketika Teresa tersadarkan dari lamunannya, "Ma-ma-maaf kak. Aku akan segera tidur." ucapnya sambil berjalan pelan menuju kembali ke tempat tidurnya.

Jdderr!

Tiba-tiba pintu kamar Teresa terbuka dengan keras, menampakkan wajah seseorang yang ingin membalaskan dendamnya. Wajah penuh amarah dan kekesalan.

Sontak Merry dan Teresa langsung terkejut dan berbalik badan. Melihat sesosok hewolf tampan dengan wajah dingin, Zack.

Ia langsung saja melempar sebuah pakaian hitam putih beserta rok dan topinya. Ya baju Maid.

"Mulai besok kau akan menjadi maid, Teresa." ucap Zack seraya membentuk senyum miring kepada orang yang di depannya tersebut.

Zack sempat bingung, mengapa orang yang di depannya ini tak merespon apapun. Diam. Hanya itu saja yang di lakukannya.

"Oh. Sudah berani mengacangiku ya?" ucap Zack dengan wajah kesal.

Bukannya mendapatkan apa yang yang ia inginkan. Melainkan sebaliknya. Yang dia inginkan melihat Teresa menangis dan merejectnya. Itu saja.

Karena Zack sudah terlanjur kesal terhadap orang yang di depannya ini, secara sengaja Zack menendang kuat orang tersebut hingga ia terjatuh tergeletak di lantai.

"Masih tak berbicara, Teresa?" ucap Zack mendekati orang tersebut.

"Hmph."

Zack tak bisa memuaskan dirinya. Ide jahat muncul di otaknya. Ya menginjak injaknya dengan kuat.

Dengan cekatan, Zack menginjak-injak punggung orang tersebut tanpa tahu siapa orang ini.

"Sudah selesai?" ucap orang tersebut.

Zack sangat terkejut. Dia tak salah dengar bukan? Jika benar. Tamatlah riwayatmu, Zack. Karena orang ini yang tak lain adalah Merry, kakak kandungnya.

To back continue...

MAMPUS KAU ZACK. Hahaha

Penasaran? Kubutuh vote kalian jika mau ku terus apdet. Oke?

See ya.

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang