[Chapter Five]

6.6K 507 52
                                    

Disagreement.
●___________________________●

Author POV

"Sudah selesai?" ucap orang tersebut yang sudah kesal bukan main dengan Zack.

Dengan wajah yang tak percaya dan sangat terkejut Zack tak mengira kalau orang yang tadi ia injak dan tendang adalah kakaknya sendiri. Tamat riwayatmu, Zack Christopher Witterson.

Kemarahan Merry takkan ada yang bisa menandinginya sekalipun itu orang tuanya, maupun sifat dingin Zack.

"Selamat datang di Neraka, Zacky." cekam Merry seraya membalikkan badannya dan menampakkan wajah menyeramkan.

Kini Zack tak bisa berbuat apa-apa. Meminta maaf? Itu bukan gayanya. Mundur dan kabur? Pengecut namanya. Serba salah. Namun, dengan segala cara, sebisa mungkin Zack tetap menampilkan wajah khasnya itu agar tak nampak raut ketakutan yang terhias di wajahnya.

Bungkam. Ya, Zack tak berbicara sedikitpun di depan kemarahan kakaknya itu. Padahal Merry sedari tadi sudah mengepalkan kedua tangannya kearah wajah tampan Zack.

"Jangan layangkan tangan baumu itu kearah wajahku." sindir Zack dengan wajah yang nampak santai saja.

Kau telah memasuki kandang singa yang kelaparan Zack. Siap-siaplah wajah tampanmu hancur lebam oleh tinju Merry.

Lantas kemarahan Merry semakin menjadi-jadi. Yang tadinya Merry hanya ingin memukul sekali, kini ingin meninjunya habis habisan. Oh, jangan lupakan balas dendam untuk adik iparnya yang sudah di perlukan semena-mena.

"Minta maaflah, sebelum tangan bau ini menghancurkan tubuhmu!" ancam Merry untuk yang terakhir kalinya kepada adik kandung nya yang menyebalkan itu.

Tak ada jawaban dari Zack, hanya diam memandangi wajah mulus nan halus sang kakak. Seperti, Zack sudah akan mau menerima tinju-an sang kakak.
Tanpa memperdulikan akibat dari pukulan Merry.

Teresa hanya melihat diam antara perseteruan adik kakak ini, dia tak bisa melakukan apa-apa. Mungkin jika dia ikut campur, akan membuat pertikaian adik kakak ini akan semakin menjadi-jadi.

"Teresa! Mengapa kau diam saja! Tolonglah matemu itu! Ini kesempatanmu!" ujar Claudia yang sedikit membuat Teresa terkejut.

"Apa? Apa mungkin aku bisa menolong Zack? Tap-tapi aku tak enak dengan kak Merry. Dia yang merawatku sejak sore tadi." balas Teresa yang bingung, ingin dan siapa yang akan dia bela dan dukung.

"Pikirkanlah matang-matang!" ujar Claudia seraya memutuskan mindlink.

Teresa semakin kebingungan, jika dia membela Zack maka kak Merry akan membencinya. Sebaliknya jika Teresa membela kak Merry maka Zack akan semakin menjauhinya.

Teresa tak bisa membela keduanya, itu akan terlihat sangat aneh. Apabila dia hanya melerai mereka berdua, Teresa akan semakin mendapat masalah karena akan dianggap ikut campur.

Ia tak bisa terus-terusan diam dan mengikuti semua perintah. Ia harus berusaha dalam hal ini. Benar yang di katakan Claudia, ini kesempatannya membuktikan bahwa ia bisa menjadi Luna yang baik bagi Pack dan keluarga Zack. Tapi bagaimana? Itu yang membuatnya bingung.

Teresa harus cepat mendapatkan sebuah ide, tapi semua ide takkan bisa berjalan dengan mulus apabila dikerjakan dengan terburu-buru. Dia harus cepat dan matang dalam mengambil kesempatan ini.

"Bersiaplah. Zacky." ucap Merry yang tangannya seraya siap meninju tepat di wajah tampan Zack.

Lantas Teresa terkejut dan seketika semua ide yang telah ia siapkan hilang dalam sekejap, tanpa berpikir panjang Teresa berlari kearah kedua adik kakak tersebut tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan tergesa-gesa Teresa berlari kearah Zack dan Merry, dengan cepat ia menghalangi Zack dengan badannya tanpa mengetahui bahwa kepalan tangan Merry sudah berjarak hanya beberapa centi saja.

Dengan kekuatan penuh Merry menonjok kuat orang yang berada di depannya. Tepat di perut orang itu, tak ia sadari bahwa yang ia pukul adalah adik iparnya sendiri.

Buk!

Pukulan berhasil tepat mengenai perut halus Teresa. Dan beberapa tetes darah berhasil juga keluar dari mulut Teresa. Rasa sakit yang amat dalam langsung menusuk di daerah perutnya. Seluruh badannya mati rasa, dan beberapa tulang rusuk atasnya hampir retak.

Uppercut yang di lakukan Merry cukup membuat Teresa terluka. Dengan beberapa tetes darah di mulut.
Air mata terus berlinang dan deras membasahi pelupuk mata dan pipi Teresa.

Seketika badannya langsung terjatuh lemas. Masih sedikit tenaga yang ia punya untuk mendapat sedikit jawaban dari Zack yang telah ia tunggu-tunggu.

Namun bukan rasa iba yang Teresa dapatkan, melainkan sebuah umpatan yang cukup menusuk hati kecilnya.

"Bodoh." umpat Zack yang seraya meninggalkan Teresa yang tergeletak dengan mulut penuh darah.

Inikah jawaban yang di terima oleh Teresa? Ia semakin tak percaya kalau Zack masih punya rasa cinta kepadanya. Ia baru menyadari kalau saat pertama kali bertemu, Zack memang tak mencintainya.

"Teresa. Aku kecewa kepadamu. Mengapa kau membela adik brengsek itu. Hmph." lagi-lagi dan sekali lagi Teresa mendapat lontaran kalimat menyakitkan. Merry, kakak iparnya telah salah paham terhadapnya.

Merry pun juga meninggalkan Teresa sendiri di kamarnya. Bukan ini yang Teresa inginkan, bukan hal ini yang Teresa mau. Apakah ini takdir yang diberikan Moon Goddess olehnya? Ini sudah melampui batas kemampuannya.

Teresa hanya bisa menangis dan menangis, badannya sudah sulit untuk bergerak. Mau tak mau Teresa harus menggeret tubuhnya menuju ke ranjangnya.

Darah terus turun dari mulutnya, penglihatannya mulai mengabur dan pandangannya juga mulai menggelap. Apakah Teresa akan mati? Tak mungkin. Tak mungkin Teresa selemah itu, namun tak ada yang bisa mengubah takdirnya.

Seharusnya memang Teresa tak perlu hidup, buat apa hidup hanya untuk membuat hidup orang lain susah.

Di kala mata Teresa yang mulai mengabur, terlihat seorang lelaki tinggi yang membawa sebuah tongkat seperti tombak berwarna merah di jendela kamarnya. Matanya berwarna merah terang. Seakan akan akan siap mencabut nyawanya. Siapa kah itu? Apakah malaikat pencabut nyawanya?

"Mine." ujar lelaki itu sebelum seluruh pandangan Teresa menghitam.

Tbc.

Ulala, siapa kah lelaki misterius itu?

See in next chapter. Bye~

The Bastard Alpha [Story#1 Zegna.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang