Kepulan asap tebal membubung tinggi setiap harinya, menjadikan bagian dalam atap nipah menghitam. Jika angin bertiup kencang, permukaan lantai akan ditutupi warna hitam. Zyx menunggui panci di dapur supaya tetap bersih dari serangan kotoran atap.
Dalam kesepian, langit adalah teman terbaik Zyx. Warna ceria selalu mengundang imajinasi dan senyuman. Ia bermaksud mengunjungi teman terbaiknya sekarang. Ia mendongak ke atas sana. Kali ini, langit tidak bersahabat. Sesaat, sesuatu tebal bergumul hitam. Semakin banyak merajai langit. Asap berasal dari seberang jalan. Zyx bersembunyi di balik jendela, menenggelamkan wajah di antara dua tangannya yang bergetar-getar.
"Zyx!" panggil Zao dari samping rumah. "Aku sudah membeli Ikan Giru yang tempo hari kamu pilih. Ayo ke rumah, kamu dapat melihatnya langsung."
"Jangan mendekat!" sergah Zyx melihat Zao yang sudah berada di tangga belakang.
"Apa yang terjadi denganmu?"
"Langit sangat hitam, ia pasti marah padaku."
"Ha ha ha, asap itu berasal dari pipa gas yang bocor di belakang rumahku. Kalau kamu ingin melihatnya, aku akan menunjukkannya. Tidak jauh, hanya beberapa meter dari rumahku." Zao beretorika menggemaskan.
"Tidak..."
"Zyx! Bau apa ini?" Tiba-tiba dapur beraroma tidak sedap.
"Oh tidak! Aku lupa mengangkat nasinya," seru Zyx ketakutan.
"Apa yang kamu lakukan sampai melupakan tugasmu, hah?" Suara mencekam itu datang tidak disangka-sangka.
"Tadi...Zyx melihat asap tebal di langit dan bersembunyi darinya, sampai lupa pada pesan nenek," kilahnya polos. Enggan berkata-kata lagi.
Tatapan Nek Ani beralih ke anak satunya. "Terraen kecil! Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku ingin mengajak Zyx melihat Ikan Giru."
"Setelah makan, Zyx harus mengumpulkan merica di kebun. Sorenya ia harus menemani nenek mencari rumput," tampik Nek Ani.
"Kalau begitu, aku ikut membantu saja."
"Kalau kamu merasa kuat," imbuh Nek Ani dingin.
"O ya, Nek Ani. Kenapa Zyx tidak pernah ke masjid, seperti anak-anak lainnya? Mereka sangat senang di sana, aku sering melihatnya dari jendela kamar." Zao membuka topik lain.
"Tempat Zyx di sini, di rumah. Dia banyak kerjaan."
"Tapi, Nek, aku juga ingin pergi ke masjid. Teman kelasku bilang, anak-anak belajar bersama di sana. Mengaji, berkreasi, diskusi. Kadang-kadang rekreasi. Pokoknya menyenangkan." Zyx menerangkan dengan semangat.
"Sekarang semua pakai biaya. Uang sekolahmu saja nenek harus banting tulang. Kamu harus memilih, sekolah atau masjid."
"Zyx akan bekerja lebih keras lagi." Zyx belum menyerah.
"Apa yang dapat kamu lakukan dengan tubuh kecil seperti itu?"
"Tapi aku bisa...."
"Sudah!" potong Nek Ani cepat.
Zao yang mengamati sedari tadi akhirnya angkat bicara, "Nek, bagaimana kalau aku yang bayar biayanya?"
Nek Ani bimbang, ada resah, ada asa. "Sampai kapan kamu akan menuruti Zyx ini, hah?"
"Nek, aku mohon." Zao memelas.
"Baiklah. Zyx harus bekerja lebih keras lagi. Mulai besok, Zyx bantu nenek membersihkan kacang hijau yang sudah tumbuh besar."

KAMU SEDANG MEMBACA
KAOLIN: Mencintai Jalan Kehidupan
General FictionBaginya, kehidupan dunia merupakan perjalanan yang perkaranya terus berganti. Kecuali, ada sebuah masa yang abadi. Namun, ia masih bingung akan pilihan-pilihan kepala kecilnya. Banyak lakon kejam telah dihadapinya. Sekuat apapun, ia manusia yang sam...