Pekerjaan rumah telah selesai. Ia duduk di teras untuk membaca buku, mengenai ayam ras. Bukunya mudah dimengerti, dilengkapi gambar yang besar-besar. Waktu bergulir, anak-anak seusianya berjalan menuju masjid. Zyx menghentikan bacaannya.
Ini hari pertamanya, Zyx akan belajar mengaji. Ia menggunakan celana panjang berwarna biru malam dan baju panjang senada. Tangannya menggenggam iqra baru. Tiba di tepi jalan, ia tertegun sendiri. Ia belum punya kerudung.
"Hai, Zyx!"
"Zao? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Pak Dani juga di sana, berdiri tegap di belakang tuan muda.
"Sudah kuduga, kamu akan membutuhkannya. Ini, ambillah." Zao menyerahkan sebuah kresek belanja.
"Dari mana kamu mendapatkannya?"
"Pak Dani yang membelikannya." Mengeluarkan sesuatu dari saku celana. "Ini untukku, peci biru. Bagus, kan?"
"Tapi kukira kamu ..."
"Ayo sambil jalan!" Zao tahu pikiran Zyx. "Pak Dani boleh pulang. Terima kasih, Pak."
Pak Dani membiarkan keduanya berjalan, baru ia pulang dengan mobil.
"Kamu harus menjelaskan semua ini."
"Sebenarnya, aku juga tidak mengerti. Mama dan Papa tidak memiliki agama, tetapi mereka percaya keberadaaan Tuhan. Yang kutahu, mereka mempelajari beberapa agama. Mereka bilang, suatu hari, aku harus memilih jalan hidup. Mereka berjanji tidak akan mempermasalahkan apapun keputusanku. Orang tuaku sibuk bisnis. Sejak di Bandung, Pak Dani dan istrinya yang mengurusku. Mereka muslim. Aku memerhatikan keseharian keluarga sederhananya. Aku tertarik dan ikut ke masjid diam-diam."
"Begitu. Jadi kamu sekarang sedang diam-diam juga?"
"Mereka tidak terlalu peduli denganku. Biasanya papa di rumah hanya sebulan sekali, paling lama tiga hari. Mama selalu mengurus butiknya di kota, jarang bermalam di rumah." Ia berusaha membuat Zyx mengerti.
"Mereka belum tahu?" Bertanya sekaligus menyimpulkan.
"Aku tidak tahu. Sejauh ini, aku belajar yang baik-baik."
"Bagaimana kalau mereka mengetahuinya?" Zyx sedikit khawatir.
"Mereka akan mengajakku berbicara."
"Apa mereka akan menghukummu?"
"Tentu saja, tidak. Mereka menyayangiku."
"Kamu beruntung."
Tidak ada yang menyangka jika Zao sungguh berani. Zyx pikir, semua yang dilakukan temannya itu mendapat izin orang tua. Ia mendapat inspirasi. Seseorang bisa mengubah dirinya sendiri. Itu dia. Melakukan sesuatu yang diyakininya benar dan baik.
***
Masjid berdinding kayu, dicat putih. Ruangannya dibagi dua dengan kain panjang berwarna hijau. Seseorang tidak dapat melihat orang lain di baliknya. Di bagian belakang, anak-anak duduk rapi bersama meja panjang. Iqra terbuka dihadapan masing-masing. Anak laki-laki berada di barisan depan, sementara anak perempuan duduk di barisan belakang. Laki-laki tua dengan peci hitam lagi pudar berlalu-lalang, mengatur anak-anak
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam pak Taufik.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Serempak anak-anak menyambutnya senang.
"Anak-anak, kita kedatangan teman baru. Sekarang, dengarkan mereka memperkenalkan diri."
"Dia teman sekolah kami, Pak," sahut yang berkoko hijau muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAOLIN: Mencintai Jalan Kehidupan
Fiksi UmumBaginya, kehidupan dunia merupakan perjalanan yang perkaranya terus berganti. Kecuali, ada sebuah masa yang abadi. Namun, ia masih bingung akan pilihan-pilihan kepala kecilnya. Banyak lakon kejam telah dihadapinya. Sekuat apapun, ia manusia yang sam...