Ulang Tahun Istimewa

6 0 0
                                    

Bunda Nayla membuatkan Zao kue cokelat sederhana. Sebagai hadiah untuk anak asuhnya yang mampu menyabet gelar juara dua, satu angka di bawah Zyx. Kebetulan pula bertepatan dengan hari jadi Zao yang ke tujuh, Nyonya Terraen ingin merayakannya.

Acara yang dibuat nyonya besar tidak sembarangan. Ia memesan makanan yang setara dengan sajian-sajian hotel. Menyewa koki khusus untuk menu utama. Selain ulang tahun, acara dimaksudkan sebagai wujud syukur atas capaian-capaian keluarganya. Suaminya mendapatkan kontrak baru dengan klien yang terkenal sangat kolot. Dan ia mendapat untung besar atas butik barunya di kotamadya.

Malam yang sangat istimewa bagi Nyonya Terraen. Meskipun putra pertamanya tidak hadir, setidaknya ia bertemu dengan Zao dan sang suami. Mereka sangat jarang berkumpul atau sekedar berbagi cerita.

Tiara datang bersama ayahnya. Mengenakan atasan polos dan bawahan pokadot senada. Tidak lupa boneka beruangnya ikut serta. Satu per satu teman sekelas Zao datang. Anak laki-laki yang berseragam batik dengan ibunya. Lalu anak perempuan dengan gaun hijau muda sebetis, bagian atasnya ditutupi cardigan berleher tumpuk. Kemudian tiga gadis kecil yang cantik, menggunakan gaun keluaran butik mama Zao. Berwarna cerah, didominasi oranye terang dan hijau lembut.

Nyonya Terraen senang dengan tanggapan positif undangan. Gaun rancangannya selalu menarik minat banyak orang. Sebelumnya, ia tidak pernah terpikirkan untuk memainkan warna berani berpadan lembut sebagai karakter baru butiknya. Sumber inspirasinya ialah teman Zao. Ia menemukan karakter Zyx yang kuat berlapis sikap yang manis. Produknya melejit di pasaran bahkan sebagian dikirim ke koleganya di Madrid.

Dari balik kaca yang memisahkan ruang utama, Zao menyaksikan kedatangan teman-temannya. Relasi kedua orang tuanya sedang berpesta ria dengan makanan pembuka. Namun, tamu yang ditunggu-tunggunya belum datang juga.

"Zao, ayo keluar! Malam semakin larut, kamu harus potong kue."

"Temanku belum datang semua, Ma."

"Yang kamu maksud, Zyx, kan? Mama sudah mengundang secara pribadi." Ia juga mencari-cari gadis kecil itu sejak tadi.

"Mungkin ia mendapat masalah karena gaun."

"Kebetulan Mama bawa beberapa gaun dari butik untuk dikenalkan ke teman-teman di luar. Ada yang untuk anak-anaknya juga. Nah, Zyx bisa pakai sekaligus jadi modelnya."

"Bukan begit, tadi Zao sudah belikan dia gaun baru di pasar. Masalahnya ada pada Nek Ani."

"Jangan khawatir, biar Mama yang tangani."

***

Pak Dani melesat ke satu-satunya rumah yang diterangi lampu teplok. Pintu rumah tertutup rapat. Jika misinya gagal, Nyonya Terraen akan memecatnya. Ia mengetuk pintu keras-keras.

Daun pintu menderit keras, Nek Ani muncul dengan seringai kesal.

"Ada apa?!" tanya Nek Ani ketus.

"Aku ditugaskan menjemput Bu Ani dan Zyx."

"Kalian menyusahkan saja. Kami tidak bisa!"

"Ini titipan Nyonya Terraen."

Selembar pesan tertempel di bingkisan yang diterima Nek Ani. Tulisan beraroma mawar.

Selamat malam, keluarga Bu Anira sudah begitu baik dengan anggota keluarga kami. Tanpa kehadiran Ibu, kami merasa kehilangan. Terimalah hadiah ini. Kami sangat mengharapkan kedatangan teman baik seperti Ibu di acara kami. Nyonya Terraen.

"Aku tidak bisa. Zyx saja. Ingat pulangkan dia secepatnya." Nek Ani mengambil jalan tengah.

***

Langkahnya pasti, memasuki ruangan berdekorasi mewah. Balon-balon yang membentuk nama dan usianya menjadi latar utama. Lampu biru tunggal menerangi kue cokelat berhias buah cherry dan strawberry. Semua orang sedang menunggu kehadirannya.

Para undangan merapat dan melingkari Zao dengan kuenya. Anak-anak berdiri di depan orang dewasa, turut berdiri penasaran. Maklum sebagian dari mereka belum pernah menghadiri acara semacam ini. Acara dengan makanan melimpah dan gaya hidup yang cukup aneh.

Lampu dimatikan, lilin-lilin merah dihidupkan. Orang-orang bernyanyi dipandu oleh Nyonya Terraen, disudahi dengan tepuk tangan. Mengerti atau tidak dengan acara yang berlangsung, semua turut berbahagia. Zao memotong kue, mengambil dua piring kecil dan memberikan potongan sama. Ia memberikan potongan kue pertama ke orang tuanya. Potongan kue kedua diberikan pada Pak Dani dan Bunda Nayla. Dan potongan ketiga, Zao menuju gadis kecil yang berdiri canggung.

"Makanlah, sahabatku," pinta Zao.

Simbolisasi pemotongan kue berakhir. Bunda Nayla memotong kue menjadi bagian-bagian kecil yang akan dibagikan ke teman-teman Zao. Ia harus extra sabar menghadapi anak-anak yang berebutan.

Tamu dipersilakan menikmati menu utama. Warga kampung menatap kecut pada sajian yang terlihat luar biasa tetapi asing di lidah. Satu orang mencicipi, lalu mencobakan ke orang di sebelahnya. Mereka menyukainya, melahapnya banyak-banyak. Berbeda dengan anak-anak, mencoba hidangan sesukanya tanpa peduli jenis makanan tersebut.

Teman-teman orang tua Zao tampak duduk berkelompok di sofa. Mereka mengobrol prihal pekerjaan, rencana ke depan dan keluarga mereka. Hanya beberapa orang yang berbaur dengan warga Kademan. Pak Dani dan istrinya melayani tamu dengan segenap perhatian.

"Bunda Nayla memang pintar membuat kue, benarkan?"

"Ya, ini sangat enak." Zyx menelan kunyahannya.

"Zao, selamat ulang tahun!" seru seorang tamu bersetelan rapi, seraya memberikan bungkusan besar berlapis kertas biru laut.

"Terima kasih." Zao menerimanya dengan gembira.

Menyalami Zao, lalu tamu tersebut pamit pulang.

"Oh, ya. Aku tidak bawa kado," celetuk Zyx.

"Jangan khawatir. Kado terbaikku tahun ini adalah kamu, sahabat yang telah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan." Zao merendah diri.

"Kamu hanya ingin menghiburku."

"Aku tidak bercanda."

"Benarkah?"

KAOLIN: Mencintai Jalan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang