Daun pepaya berguguran, menutupi rumput liar yang menyemak tinggi. Barisan semut yang teratur menjadi berantakan, bangkai rayap yang diangkat bersamaan pun terpental jauh. Zyx memandang iba para semut, mendekatkan bangkai dengan ranting kering. Sekarang ia berandai-andai, berada di antara para semut, pejuang kecil yang tak mengenal lelah. Menjadi bagian dalam membangun kekuatan. Zyx larut akan perannya di dunia semut.
"Cik! Aku datang!" seru Tiara dari tepi jalan raya.
Zyx tersentak kaget.
Dan segera saja Nek Ani bangun dari tidurnya. Duduk tegak di dipan, lalu melempar bantalnya ke arah Tiara. "Pergi! Pulang sana!"
Hampir setiap hari Tiara datang, mengajak bermain. Menceritakan kehebohan kelas dan hal-hal baru yang sangat menakjubkan bagi Zyx. Selepas kejadian tempo hari, Nek Ani selalu marah dengan siapa saja yang berhubungan dengan Pak Sajid, termasuk Tiara. Namun gadis manja itu tidak pernah lelah, keesokannya pasti datang.
Sifat Tiara yang selalu ingin didengarkan membuatnya hanya bisa berteman dengan Zyx. Sedang untuk Zyx, Tiara satu-satunya teman yang mengajaknya bermain.
***
Kalau bisa hidup dalam dunia mimpi, tentu Zyx akan betah. Ia mengimpikan dunia tanpa rasa iri, dendam dan dengki. Semua hidup tenteram. Seorang anak tidur dalam kehangatan orang tuanya, sarapan dengan nasi wangi dan susu panas, pergi sekolah, saling membantu, tidak bertengkar dan tidak merusak alam.
"Itu dunia dalam mimpiku. Kalau kamu?"
"Sebuah tempat yang luas, banyak boneka dan permen." Terdiam sejenak, "Tentunya ada kamu Zyx, menemaniku bermain."
"Kalau begitu, ajari aku membaca dan menulis, Tia. Aku akan mengunjungi dunia dalam mimpimu kelak." Ia memasang senyum sedang tangannya bergerak cepat, memilah merica.
"Mulai besok, aku bawakan buku. Kita belajar sama-sama."
Keduanya melirik ke dipan, Nek Ani mendengkur keras dan membalikkan badan. Mereka bersalaman tanda sepakat dan menaruh telunjuk di depan bibir masing-masing. Tiara lantas pulang, diantar lambaian tangan Zyx.
***
Diam-diam keduanya bertemu. Kala siang memanas, dan Nek Ani terbuai di atas dipan, mereka jongkok di bawah pohon mangga. Bertetangga dengan para semut yang sibuk mengangkut makanan. Sejauh ini sukses. Zyx pun mengenal huruf dengan baik, ia sudah bisa mengeja dengan lancar.
Pada suatu waktu yang lain namun di tempat yang sama, Tiara datang bersama ayahnya. Ia sedang demam namun bersikeras untuk belajar bersama Zyx.
Di dipan samping, Nek Ani pulas. Kedua gadis kecil itu berhadapan, meletakkan telunjuk di depan bibir sambil tersenyum geli. Mereka sekarang bertiga, jongkok di bawah pohon mangga.
"Kalau dunia dalam mimpi ayah seperti apa?" tanya Tiara.
"Hm, Ayah juga?" Pak Sajid tergelak. Matanya menatap tanah. "Dunia dalam mimpi ayah adalah surga."
"O...," sambut panjang.
Surga, kata-kata itu populer. Zyx pernah mendengar sebelumnya. Bagaimana wujud surga dan cara menuju ke sana? Ia penasaran. "Di mana letak surga?"
"Jauh di angkasa sana," jawab Tiara bersemangat, matanya berbinar terang.
Pak Sajid angkat bicara. "Surga adalah kebahagiaan hakiki, ketentraman nyata dan keabadian sesungguhnya. Di dalamnya tidak ada lagi rasa dengki, yang ada hanya ketentraman. Semua hidup berkasih-kasihan. Tempat itu hanya teruntuk bagi makhluk-makhluk yang diridhai Allah, bertakwa dan beriman kepada-Nya."

KAMU SEDANG MEMBACA
KAOLIN: Mencintai Jalan Kehidupan
Fiksi UmumBaginya, kehidupan dunia merupakan perjalanan yang perkaranya terus berganti. Kecuali, ada sebuah masa yang abadi. Namun, ia masih bingung akan pilihan-pilihan kepala kecilnya. Banyak lakon kejam telah dihadapinya. Sekuat apapun, ia manusia yang sam...