Kejadian di kantin tadi benar-benar membuat Zulva kesal.
Bagaimana tidak? Pria yang tadi pagi mencoba mendekatinya tiba-tiba datang dan mengajaknya untuk berkenalan. Benar-benar pria yang tidak punya malu!Zulva terus berjalan dengan langkah cepat sambil bergerutu sendiri.
"Dasar tidak tahu malu!"
"Menjijikan!"
"Tidak tahu sopan santun!"
Begitulah gerutuan Zulva sedari tadi."Auhhh," Zulva kesakitan ketika ada seseorang yang menarik tangannya dan membuatnya berbalik badan dengan paksa.
"Lo? Lepasin!" hentak Zulva.
Betapa kagetnya ia ketika mengetahui yang menarik tangannya adalah Ryn, cowok tidak tahu malu itu."Nggak!" jawab Ryn santai.
Kemudiam, Ryn berjalan ke arah belakang sekolah dan memaksa Zulva untuk mengikutinya.
Zulva yang tidak bisa melepaskan cengkraman tangan Ryn dari tangannya hanya pasrah ketika pria itu membawanya berjalan ke arah belakang sekolah.
Zulva sama sekali tidak merasa takut seperti tadi pagi. Padahal ini terbilang lebih menakutkan karena Ryn membawanya ke arah belakng sekolah. Seperti yang ia ketahui, belakang sekolah sangat sepi bahkan tidak seperti belakang sekolah-sekolah lain. Malah lebih cocok disebut dengan hutan, karena banyak pohon-pohon besar disana.
Ryn menghentikan langkahnya namun ia masih tetap mencengkram tangan Zulva. Namun, cengkramannya tidak sekeras sebelumnya.
"Ngapai lo bawa gue kesini!" Kesal Zulva. Imenarik tangannya dari cengkraman Ryn,beruntungnya saat itu Ryn sedang melamun jadi dengan mudah Zulva melepaskan tangannya dari tangan Ryn.
Ryn tidak menjawab, ia malah duduk di bangku panjang yang berada di samping kirinya.
"Duduk!" perintah Ryn. Kemudian menepuk bagian bangku yang berada disebelah kanannya agar diduduki oleh Zulva.
"Ngapai lo nyuruh gue duduk! Jangan macam-macam lo ya!" sahut Zulva dengan tatapan intens menatap Ryn.
"Gak ada untungnya gue macam-macam sama lo! Punya lo kecil, gak enak," jawab Ryn dengan senyum ledekan.
Zulva tidak mengerti maksud perkataan Ryn. Pria itu memang benar-benar aneh.
Ryn melihat wajah Zulva yang seperti orang kebingungan hanya tersenyum geli.
"Gak usah lo pikiri. Cewek polos kayak lo gak bakal ngerti!" seru Ryn."Cepat duduk!" perintah Ryn lagi.
kemudian ia menarik tangan kiri Zulva agar segera duduk di sebelahnya.Sontak Zulva terkejut, dengan sangat terpaksa ia duduk disebelah Ryn.
Untuk beberapa menit suasana hening.Mereka berdua tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing sambil menatap pepohonan besar yang ada didepan mereka.
"Gue mau kita temenan" Ryn mulai memecahkan keheningan diantara mereka berdua namun, tatapannya masih tetap sama.
Zulva yang mendengar perkataan Ryn, hanya mengerutkan dahinya bingung. Ia tidak mengerti dengan pria yang ada disampingnya ini.
"Gak usah melamun!" lanjut Ryn yang berhasil menyadarkan lamunan Zulva.
"Apa-apaan lo! Gue gak mau berteman sama cowok gak jelas kayak lo!" jawab Zulva dengan nada tidak suka.
Ryn hanya tersenyum simpul. Ia sama sekali tidak merasa kesal atau marah.
"Lo seharusnya beruntung karena gue mau ngajak lo jadi teman gue!" sahut Ryn dengan sombongnya.
"Idihh PD amat lo. Gue lebih beruntung kalau gak temenan sama lo!" jawab Zulva kemudian mengambil ancang untuk pergi dari tempat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terindah Dari Ayah (COMPLETED)✔
ChickLitZulva Arasy gadis cantik berusia 16 tahun harus menerima bahwa ia harus hidup sendiri dengan seorang Asisten Rumah tangga ,dan supir pribadinya. Ibunya yang sudah meninggal sejak ia berusia lima tahun dan Ayahnya yang sibuk bekerja di luar kota, mem...