Kumandang Adzan subuh membangunkan Zulva dari tidurnya.
Ini adalah hari minggu, hari di mana semua anak sekolahan bisa beristirahat, bermalas-malasan, bangun lebih lama dari hari sebelumnya, bahkan banyak yang bilang libur sekolah libur mandi.
Namun, berbeda dengan Zulva.
Bagi Zulva hari minggu adalah hari di mana ia harus tetap melakukan rutinitas seperti biasnya seperti mandi, shalat shubuh, namun kegiatan belajar-mengajar harus di ganti dengan berolahraga di pagi hari untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat.Zulva melihat jam yang tertempel di dinding kamarnya, pukul 05.15.
Zulva segera bangkit dari tempat tidurnya lalu beranjak ke kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi Zulva langsung mendirikan shalat, ia terlihat sangat khusyu ketika melaksanakan shalat shubunya.Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, Zulva langsung turun ke lantai satu untuk mengajak Bik Inah berlari pagi.
"Pagi, Bi," sapa Zulva ketika melihat Bi Inah sedang memasak.
Bi inah yang mendengar sapaan dari majikannya itu lantas segera menghentikan kegiatannya.
"Pagi jugak, Mbak," jawab Bi inah kemudian kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Loh, Bi Inah kok gak siap-siap sih? Bibi gak nemani aku lari pagi?" tanya Zulva kemudian berjalan mendakati Bi Inah.
Biasanya setiap hari minggu Bi Inah memang selalu menemani Zulva untuk berlari pagi. Bahkan, Bi Inah juga menemani Zulva untuk membersihkan taman belakang rumah Zulva.
"Maaf, Mbak Bibi gak bisa nemani Mbak untuk lari pagi, karena Bibi harus menyiapkan makanan untuk sarapan nanti," jawab Bi Inah lembut.
Zulva berdecak kesal, bagaimana tidak?ia telah bersiap-siap untuk melakukan lari pagi, ia juga telah memakai baju kaosnya yang berwarna biru dilengkapi dengan celana langing-nya yang berwarna biru juga. Ia juga tidak lupa memakai handuk kecil yang ia kalungkan di lehernya serta sepatu converse-nya.
"Ih, Bibi mah, biasanya masaknya pas kita dah pulang lari. Ini kenapa enggak?" gerutu Zulva.
Bi Inah hanya tersenyum tanpa melihat majikannya itu bergerutu sendiri.
"Nanti Tuan akan pulang. Tuan nyuruh Bibi untuk masak agar bisa sarapan bareng Mbak," jawab Bi Inah dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya.
Zulva yang mendengar penjelasan Bi Inah, sedikit kaget. Kemuadian ia tersenyum senang karena akhirnya Ayahnya akan pulang setelah hampir sebulan ia dan ayahnya tidak bertemu.
"Beneran Bi? Yaudah deh Bibi masak aja yang enak, biar Zulva lari nya sendiri aja," jawab Zulva kemudian berlari keluar rumah dengan senyum yang terus mengembang di kedua sudut bibirnya.
Bi Inah memandang punggung Zulva dari belakang. Ia senang karena Zulva bisa menghabiskan waktu bersama dengan ayahnya lagi.
Zulva berlari mengelilingi taman yang berada tidak jauh dari kompleks perumahannya dan kini ia sudah berlari tiga kali putaran bahkan keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya.
Zulva melirik ke kanan-kiri untuk mencari tempat beristirahat, kemudaian matanya menangkap sebuah bangku panjang berwarna putih yang berada di bawah pohon besar. Ia berjalan ke arah bangku tersebut.
***
Ryn celingak celinguk mencari seseorang yang tadi mencuri perhatiannya ketika di taman. Namun, ia tidak menemukan orang tersebut.
Bahkan ia sudah mencari ke segala arah tapi hasilnya tetap sama. Ia kehilangan jejak orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terindah Dari Ayah (COMPLETED)✔
ChickLitZulva Arasy gadis cantik berusia 16 tahun harus menerima bahwa ia harus hidup sendiri dengan seorang Asisten Rumah tangga ,dan supir pribadinya. Ibunya yang sudah meninggal sejak ia berusia lima tahun dan Ayahnya yang sibuk bekerja di luar kota, mem...