Zulva terbangun dari tidurnya. Ia merasa ada orang yang mengelus kepalanya dengan lembut.
Perlahan Zulva membuka kedua matanya.
"Ehh, Bik Ina. Ada apa Bik?" tanyanya. Zulva langsung mengganti posisinya menjadi duduk bersila."Itu Mba, di luar ada teman, Mba," jawab Bik Ina
Zulva yang mendengar jawaban Bik Ina langsung melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya dan ternyata sudah jam 11. 25. Ia baru ingat bahwa Kanya akan ke rumahnya. Dan, ia sangat yakin pasti orang yang di maksud Bik Ina adalah Kanya.
Zulva langsung meminta Bik Ina untuk turun dan menyuruh Kanya agar langsung ke kamar Zulva.
Sementara Zulva, segera mengganti seragamnya yang masih ia pakai. Jika Kanya melihatnya memakai seragam sekolah untuk tidur, Kanya pasti mengejek Zulva sambil tertawa. Dan Zulva sangat benci ketika ada orang yang mengejeknya.
"Zulvaaa, lo kok gak keluar-keluar sih, gue dah nunggui lo setengah jam tau gak," Kanya langsung masuk ke kamar Zulva tanpa mengetok pintu terlebih dahulu dan ia mulai menggerutu tidak jelas.
Sedangkan Zulva terkejut. Ia belum selesai mangancing bajunya, dan enak Kanya langsung nyelonong masuk tanpa minta izin terlebih dahulu.
"Lo tuh apaan sih, Nya. Masuk bukannya ketok pintu dulu malah main nyelonong aja. Gak sopan tahu gak," gerutu Zulva sambil mengancing bajunya. Ia duduk di tempat tidur menatap tajam Kanya.
"Hehe, sorry lo sih bikin gue kesel," nyengir Kanya sambil berjalan ke arah tempat tidur Zulva dan lansung melemparkan tubuhnya di sana.
Zulva yang melihat ulah sahabanya itu hanya bisa menggeleng-geleng kepala.
Zulva sangat tahu sifat Kanya, karena mereka berdua telah bersahabat dua tahun lamanya. Di mulai sejak Zulva pindah ke Jakarta, di karenakan Ayahnya yang harus pindah tugas."Nya, lo gak jadi ngajak Dinda?" tanya Zulva karena sadar bahwa Kanya hanya datang seorang diri
"Tadi gue dah ngajak dia. Tapi katanya dia gak bisa karena Ayahnya sakit. Lo kan tahu ayah Dinda udah tua banget,"
Dinda adalah sahabat Zulva setelah Kanya. Dinda tinggal bersama Ayahnya sedangkan Ibu Dinda pergi entah kemana karena Ayah Dinda bangkrut satu tahun yang lalu.
Dan sekarang Dinda tinggal bersama Ayahnya di sebuah rumah yang dibilang sangat sederhana.
"Oh, kasihan ya, Dinda," Mendadak Zulva langsung iba dengan Dinda. karena Dinda harus merawat ayahnya seorang diri.
"Nya, kita kerumah Dinda, yuk," ajak Zulva
Kanya yang mendengar ajakan sahabatnya itu langsung mengganti posisinya menjadi duduk.
Ia menatap Zulva takjub seolah apa yang barusan di katakan Zulva adalah suatu Mukzijat. Sebenarnya wajar Kanya bersikap seperti itu, karena biasanya kalau ia mengajak Zulva ke luar, pasti Zulva gak pernah mau.
Dan hari ini Zulva mengajak Kanya untuk pergi? Bukankah ini suatu keajaiban?"Va, gue gak salah dengar, kan? Lo ngajak gue keluar?" tanya Kanya dengan wajah selidik.
Zulva yang melihat raut wajah sahabatnya itu langsung melemparkan boneka beruang yang ada disebelah kirinya.
"Muka lo gak usah sok nyelidiki gue. Gue bukan maling," kesal Zulva
"Yaa, gue aneh aja denger lo ngomong gitu. Lo gak kesambet, kan?" Tanya Kanya sambil memundurkan badannya agar sedikit menjauh dari Zulva.
Zulva melihat Kanya menjauh darinya mendadak jadi kesal. Dan, Zulva jadi berniat untuk mengerjai sahabatnya itu.
Tiba-tiba Zulva bernyanyi dengan suara yang sangat lembut sambil mendekati Kanya.
Kanya yang melihat tingkah Zulva bertambah aneh mulai ketakutan lalu Kanya langsung berteriak memanggil Bik Ina sambil belari ke luar kamar.
Zulva yang melihat sahabatnya itu lari terbirit-birit langsung tertawa sambil menahan perutnya yang terasa sakit.
"Sorry, Nya, gue ngerjai lo. Abis lo nyebelin," Zulva berbicara pada dirinya sendiri.
Tidak lama kumandang Adzan berbunyi. Memanggil seluruh umat muslim untuk mendirikan shalat Dzuhur. Tanpa menunggu lama, Zulva langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan langsung mendirikan shalat.
"Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullah hi wabarakatu."
Zulva telah selesai shalat. Ia membuka mungkenahnya dan Menyimpan sajadahnya.
"Gila lo, Va. Sumpah gue tadi deg deg ser tahu gak ngeliat lo nyanyi gitu, malah muka lo serem banget lagi," gerutu Kanya yang sedang bersandar di bibir tempat tidur Zulva.
Mendengar suara sahabatnya itu mendadak Zulva kaget karena ia tidak menyadari ada Kanya di kamarnya.
"Astaghfirullah. Lo bikin gue kaget aja deh, Nya. Sejak kapan lo disitu?" Tanya Zulva lalu berjalan ke arah Kanya.
Kanya yang melihat wajah Zulva ketika sedang terkejut langsung tertawa. Ia merasa geli dengan ekspresi Zulva dan ini baru kedua kalinya Kanya melihat ekspresi Zulva selama dua tahun mereka berteman.
Kerena biasnya Zulva selalu memasang wajah datar dan cuek ya terkecuali dengan Kanya dan Dinda.
"Gak usah ketawa gak ada yang lucu," gerutu Zulva ketika melihat Kanya terus tertawa mengejeknya.
"Abiss muka lo lucu banget,"
"B aja." jawab Zulva singkat.
Zulva sangat kesal ketika di ejek seperti ini. Karena menurutnya ini adalah hal yang sangat memalukan, tapi untungnya sekarang hanya ada Zulva Dan Kanya jadi Zulva tidak terlalu mearasa malu.
"Oya, jadi gak kerumah Dinda?" tanya Kanya.
"Iya jadi tapi kita makan dulu ya gue laper. Lo dah makan?"
"Hehe lo tahu aja gue belum makan," nyengir Kanya. Karena kebetulan ia memang belum makan siang.
Setelahnya, mereka berdua turun kebawah untuk langsung menyantap makanan yang telah disiapkan oleh Bik Ina.
[]
Jangan lupa tinggalkan jejak:)
![](https://img.wattpad.com/cover/134003962-288-k299422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terindah Dari Ayah (COMPLETED)✔
Romanzi rosa / ChickLitZulva Arasy gadis cantik berusia 16 tahun harus menerima bahwa ia harus hidup sendiri dengan seorang Asisten Rumah tangga ,dan supir pribadinya. Ibunya yang sudah meninggal sejak ia berusia lima tahun dan Ayahnya yang sibuk bekerja di luar kota, mem...