Budayakan vote sebelum membaca dan comment setelah selesai membaca:")
________________________________________"Va, lo kenapa?" Tanya Ryn pada Zulva
Ryn dan Zulva telah berada di suatu taman yang berada di pusat kota.
Tadi, setelah Ryn menerima pesan dari Zulva yang berisi tentang alamat rumahnya, Ryn segera meluncur ke alamat tersebut dengan mengendarai mobil miliknya.Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuknya tiba di halaman rumah Zulva.
Setelah tiba disana ia tak perlu masuk ataupun mengetuk pintu, karena wanita itu telah berada di depan pagar dalam keadaan yang terbilang kacau."Va," panggil Ryn lagi namun lebih lembut
Zulva, tetap sama tidak menjawab. Zulva hanya diam sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Ryn membuang nafas perlahan, ia mencoba mengerti Zulva. Gadis itu memerlukan waktu untuk memenangkan diri.
Setelah 10 menit mereka diam di tempat duduk masing-masing akhirnya Zulva mengeluarkan suara yang hanya sebuah dehaman.
Ryn yang sedari tadi hanya menatap ke depan, kini mengalihkan pandangannya ke arah Zulva.
Ia menatap Zulva dengan seksama berharap bahwa Zulva menjelaskan semuanya kepada Ryn.
"Gue sama bokap berantam," jelas Zulva seolah mengetahui apa yang di pikirkan oleh Ryn.
"Trus?" Tanya Ryn lagi
Zulva menjawab pertanyaan Ryn dengan gelengan seolah tidak mau melanjukan untuk bercerita.
Sementara Ryn mencoba bersabar dengan Zulva. Ia memikirkan cara bagaimana ia bisa membuat Zulva tersenyum, ia tidak berniat mendengar cerita Zulva, bukanya ia tidak mau menganggapi Zulva atau memberinya beberapa kalimat agar Zulva tenang tapi ia hanya tidak mau ikut campur dalam urusan keluarga karena baginya itu adalah sebuah privasi.
Mata Ryn menangkap seorang penjual sate di pinggir taman, penjual sate tersebut sedang duduk di sebuah bangku dekat dengan gerobak satenya. Ia terlihat sangat lelah namun masih ada beberapa tusuk sate belum terjual.
Seolah sebuah lampu muncul di atas kepala Ryn, dengan sigap ia menarik tangan Zulva agar wanita itu mengikutinya.Zulva hanya diam di tempat tidak mau beranjak dari tempat duduknya. Namun setelah melihat raut wajah Ryn yang terlihat memelas akhirnya ia mengangguk lalu berjalan mengikuti Ryn dari belakang.
"Rambutnya di rapikan," perintah Ryn, karena ia melihat rambut Zulva acak-acakan. Ia meminta itu agar Zulva tidak merasa malu karena penampilannya yang terbilang acak-acakan.
Zulva hanya mengangguk kemuadian menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Ryn terawa melihatnya, menurut Ryn apa yang di lakukan Zulva sama sekali tidak berpengaruh pada rambutnya malahan terlihat semakin berantakan.
Ryn menggeleng-geleng kepala tangannya terulur untuk ke kepala Zulva dengan lembut ia menyisir rambut Zulva menggunakan jari-jarinya.
"Jangan bantah," ucap Ryn ketika mencoba Zulva memundurkan badannya.
Sementara Zulva hanya diam tidak berani bergerak. Kini keduanya tengah berhadapan dan Zulva merasa jantungnya berdetak lebih kecang tidak seperti biasanya. Ia mencoba untuk menetralkan-nya ia pikir jantungnya berdetak lebih cepat karena baru pertama kali ia berhadapan dengan seorang pria selain ayahnya lalu ia memilih untuk bersikap biasa saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Terindah Dari Ayah (COMPLETED)✔
ChickLitZulva Arasy gadis cantik berusia 16 tahun harus menerima bahwa ia harus hidup sendiri dengan seorang Asisten Rumah tangga ,dan supir pribadinya. Ibunya yang sudah meninggal sejak ia berusia lima tahun dan Ayahnya yang sibuk bekerja di luar kota, mem...