Peringatan - 1

4.5K 250 7
                                    

TERLAHIR INDIGO

BAGIAN DUA

PERINGATAN

👀👀👀

1

Semilir angin malam membuat anak rambutku yang mulai memanjang bergoyang-goyang, menutupi kening serta mataku.

Tetesan air hujan berlomba-lomba untuk jatuh ke tanah, hawa dingin dari hujan membuat bulu kudukku berdiri. Hal itu tidak luput dari pandangan El.

El meraih kedua tanganku membuat pensil yang kupegang jatuh, lalu Ia menggenggam kedua tanganku seolah-olah sedang menyalurkan kehangatannya. Kemudian Ia melepas perlahan genggaman tangannya.

Aku tersenyum kecil menatapnya, Ia pun juga tersenyum kepadaku. Aku mengambil pensil dan melanjutkan mengerjakan beberapa soal latihan untuk ulangan matematika.

"Sorry, jadi ngerepotin." Ia meminta maaf seolah-olah Ia telah melakukan kesalahan dengan memintaku untuk mengajarinya matematika, aku tersenyum tipis dan bergeleng pelan.

Setengah jam kemudian, aku dan El berhasil menyelesaikan soal latihan ulangan matematika. Aku memasukkan buku catatan serta buku tugas ke dalam tas kecilku.

"Apakah kau akan pulang?" El menahan pergerakanku dengan menyentuh pelan lenganku, "maksudku, apakah kau akan pulang sekarang?"

Aku sedikit terkejut mendengar El bertanya seperti itu, aku terkekeh pelan sambil menegakkan badanku.

"Jika kau meminta kepadaku untuk pulang nanti, maka aku akan memenuhi permintaanmu."

"Kalau begitu, aku memintamu untuk pulang nanti saja," El mencomot kacang almond dan memakannya, "sebab aku masih ingin bersamamu."

Jantungku terasa diangkat dari tempatnya, meninggalkan jejak debaran yang begitu kuat.

Silakan sebut aku sebagai cewek baperan, itu berarti aku masih memiliki hati. Lagipula, siapa yang tidak menyukai cowok semanis El? Walaupun sifatnya yang terkadang childish dan menyebalkan.

Aku mengerjapkan kedua mataku, berusaha untuk kembali ke alam sadar. Namun, debaran itu masih terasa begitu kuat di dada. Aku mencengkeram erat ujung kaosku, berusaha menetralkan debaran itu.

Aku menghela nafas panjang, kutatap mata El, "baiklah."

Aku dapat melihat kedua ujung bibir El terangkat, menciptakan sebuah senyum manis. Sesaat aku terpana melihatnya, sama seperti saat melihatnya pertama kali masuk ke kelasku.

"Kita ke ruang tamu saja, ya?" El menggosok kedua telapak tangannya, "hawanya sangat dingin, sepertinya hujan akan semakin deras."

Aku dan El masuk ke dalam rumah El, kami duduk di sofa ruang tamu El dan mengobrol, sesekali kami menertawakan sesuatu yang lucu.

"Alya, ternyata kau belum pulang, ya?"

Tawaku berhenti, aku mendongakkan kepala dan melihat tante Elena alias mama El berdiri di depanku.

"Ah, iya. Menunggu hujan reda." Jawabku canggung.

"Mom, aku lapar." El merengek manja sambil menepuk-nepuk perutnya, "aku ingin makan, apakah mom sudah memasak makan malam?"

"Sudah, ayo kita makan malam bersama!"

Tante Elena mengacak pelan rambut El sambil tersenyum.

👀

Terlahir IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang