2. Stefan - Intro

44 7 0
                                    

Banyak dongeng bercerita tentang bangsa vampir dan werewolf yang merupakan musuh abadi.
Untuk beberapa alasan saya setuju dengan pernyataan tersebut, tapi untuk beberapa alasan lainnya saya pun menolak keras pernyataan tersebut.
Well, setuju atau tidak setuju, benar atau tidak benar pernyataan tersebut tetap tidak merubah kenyataan bahwa kami hanyalah mitos atau dongeng untuk sebagian manusia dizaman milenium saat ini.
Dan sebagai makhluk yang sudah bertahan hidup ratusan tahun, bahkan saat listrik belum terlihat sebagai sesuatu yang "murah" seperti saat ini, saya sangat memaklumi opini opini masyarakat yang sudah terlanjur mendarah daging turun temurun tentang kaum kami.

Seperti pagi ini,

"Om, udah baca artikel Lem Today kemaren belom?"

Stefan, anak adopsiku -entah yang keberapa- berjalan kearahku sambil menunjukan layar smartphone yang berisi berita entertainment dengan headline besar tertulis;

PERILISAN FILM "VAMPIR KOTA" DIPERKIRAKAN GAGAL TOTAL

Sejenak saya ingin tertawa sekencang kencangnya atas berita tersebut, tapi berhubung ada Stefan dihadapan saya, niat saya pun saya urungkan.

"Kamu ngapain baca berita ginian?"

Tanyaku pada stefan

"Abisan pemeran utama cewek nya itu lho om, si Pevita Pearce, cantik banget. Hahahahaa"

Aku menggelengkan kepalaku berulang kali sambil melihatnya.

"Hari gini, Om, masih aja orang orang percaya sama Vampir"

"Loh kalo mereka emang beneran ada, gimana, Stef?"

"Halah, kalo vampirnya secantik Pevita Pearce sih ya aku ganolak buat percaya keberadaan mereka"

Dalam hati ini aku merasa geli. Stefan sedang berada dipuncak masa pubernya. Sedang berada dititik tertinggi menemukan daya tarik dengan lawan jenis. Dan sedang dalam masa paling 'realistis' nya menghadapi Dunia. Masa dimabuk cinta.. Masa-masa menolak keras takhayul takhayul kolot..

"Kalo Pevita Pearce beneran vampir, terus dia mau jadi pacar kamu, dengan syarat kamu digigit dulu supaya berubah jadi vampir juga, kamu mau?"

Tanyaku pada Stefan.

Dengan santainya Stefan menjawab,

"Wah ya mau, katanya kan kalo digigit vampir bisa hidup abadi. Terus bisa menyempurnakan struktur DNA, siapa yang gak nolak hidup abadi terus ketampananku jadi bertambah berkali kali lipat karena gigitan vampir?"

Lalu stefan duduk disebelahku. Dan menatapku.

"Jangan jangan om vampir ya?"

Hampir saja aku menyemburkan kopi yang sudah saya bikin susah payah pagi ini karena Alfred -asisten rumah tangga kami- sedang izin pulang ke Manado untuk beberapa minggu kedepan.

Saya terdiam sejenak dan kembali menatapnya dengan tajam

"Kalo om vampir, om udah gigit kamu dari kamu umur 7 tahun."

Aku mengucapkan kalimat itu susah payah, berusaha terlihat normal dan wajar.

"Hahahahahahaahahahahahahah mukanya tegang banget sih om! Becanda woyyyy becandaaa elahhhhh! Dasar, bulay om mah!"

Tertohok. Saya menatapnya kembali. Melihatnya tertawa cekikikan.

Setelah merasa semuanya kembali normal, saya bertanya,

"Bulay? Apa itu, Stef?"

Dengan masih menahan geli,
Stefan menjawab

"Bule alaayyy! Hahahahaha"

Contre Le DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang