7. Catur & Andiana - 2

29 4 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, Budhe Raya memilih untuk sementara tinggal di Keraton. Budhe marah besar pada pakdhe, karena biar bagaimanapun, jabang bayi yang dikandung Mbak Andiana adalah anak dari Mas Catur, cucu mereka. Pakdhe tetap tidak terima.
Kepergian budhe pun tanpa penahanan dari pakdhe. Namun, aku tau, dari matanya, pakdhe menyiratkan banyak kesedihan dan berharap budhe untuk tetap tinggal di Le Grand Palais.
Mbak Andiana, yang saat itu masih berwujud serigala, dibawa oleh pasukan Hexa ketempat yang sama sekali kami tidak tau keberadaannya.

Tapi aku paham, kemungkinan nya cuma dua. Antara dikembalikan ke Keluarga Matty, atau diasingkan ke Galvanya, hutan gelap tempat Minotaur liar pemakan serigala tinggal. Tapi, mengingat keadaan Mbak Andiana yang sedang hamil-dan hamil anak Mas catur yang notabene putra mahkota Volturi- kemungkinan besar para pasukan Hexa membawa Mbak Andiana pulang ke keluarganya.

Aku dan Dmitri memutuskan untuk menemani Mas Catur.

Sebelum diasingkan, Mas Catur meminta Reynold, asisten turun temurun keluarga Volts yang berasal dari Manado, Indonesia, untuk ikut dengannya. Dia bilang itu permintaan terakhirnya pada ayahnya. Dan pakdhe pun mengabulkan permohonannya.

"Reynold akan datang ke Yogya menemuimu 3 minggu lagi. Nanti jemput dia di pelabuhan"

Hanya itu kata kata terakhir pakdhe pada Mas Catur sebelum Mas Catur benar benar diasingkan.

Saat aku dan Dmitri menghampiri Mas Catur yang masih terduduk lemas, kami melihat kesedihan mendalam di raut wajahnya. Air mata nya pun tidak bisa berhenti mengalir.

"Mama meninggalkan papa karena saya. Andiana dibawa ketempat yang kami tidak berhak tau juga karena saya"

Begitu katanya saat itu. Penuh penyesalan. Penuh luka.

Dan setelah itu, Mas Catur menangis semalaman dihadapan aku dan Dmitri. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain menemani nya dalam diam.

-

"Maafkan aku ibu"

Kata Mas Catur dengan bahasa perancis sambil sungkem di pangkuan Budhe dengan linangan airmata.

(Kamu tau sungkem? Itu lho, saat orangtua duduk dan kamu seperti bersujud dipaha nya. Biasa nya dilakukan untuk memohon restu atau meminta maaf. Di Indonesia sendiri ritual sungkem biasa rutin dilakukan saat lebaran)

"Tak apa, nak. Ibu mengerti. Sudahlah, jangan kamu tangisi. Garis takdir yang mutlak tetap tidak bisa kita lawan"

Budhe pun menjawabnya masih dengan bahasa perancis.

*
Fyi, awalnya aku gakbisa paham dengan bahasa perancis mereka ini. Tapi, toh, setelah ratusan tahun hidup menjadi vampir akhir nya aku mudheng juga. Berhubung 4 Klan besar dari vampir ini berasal dari 4 negara berbeda, maka sudah dapat dipastikan, kami, para vampir, pasti bisa berbahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Perancis, juga bahasa Itali.

Tapi kangmas Catur ini beda, mungkin karena dia berdarah bangsawan, juga sering berkelana keliling dunia, dia bisa hampir seluruh bahasa di dunia. Termasuk bahasa jawa.

Lha, wong ibu e wong keraton kok!
*

Lalu Mas Catur berdiri. Begitupun Budhe.

Mereka berpelukan erat sekali.

"Nyuwun pangapunten, bu. Sedoyo meniko kalebatan dalem"

(Maafkan aku, bu. Semua terjadi karena kesalahanku)

Contre Le DestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang