"Mas, memang nya toxin dari Count Drac separah itu sampai sampai membuat para Minotaur memangsa serigala?"
Aku bertanya pada Mas Catur setelah mendengar ide gila nya untuk mencari Mbak Andiana di Galvanya, Mas Catur bilang, lebih baik cari ditempat dengan kemungkinan terburuk lebih dulu.
"Sebenarnya, Minotaur not that bad, my friend. But, as we know, Minotaur akan melaporkan kita ke Transylvania jika kita looking for that wolf tanpa alasan yang jelas"
Dmitri menjawab pertanyaanku yang sebenar nya aku tunjukan pada Mas Catur. Aksen londo inggris nya cukup kental. Kalau dia memaksakan berbicara Bahasa Indonesia seperti ini, terdengar jenaka. Dasar, londo gendheng!
Aku menatap Mas Catur yang masih membisu.
"Don't take it too hard. Itu cuma opiniku saja. We're never know how dangerous that minotaur."
Dmitri melanjutkan kata katanya lalu menyesap segelas teh hangat yang dibawakan oleh pelayan keraton saat kita memilih untuk berbincang di kursi taman halaman belakang. Aku belum bisa berkomentar banyak mengingat aku ini masih Vampir Glynder yang newbie. Belum banyak tau. Belum banyak paham. Di keluarga keraton sendiri yang menjadi Vampir Glynder adalah aku dan Budhe Raya. Budhe baru menjadi vampir setelah Mas Catur lahir, beliau bilang beliau ingin melahirkan anaknya dalam keadaan normal sebelum menjadi vampir. Maka nya, itulah kenapa Mas Catur adalah Dhampire. Di darahnya masih mengalir separuh naluri manusia.
"Kalau begitu... Saya akan menghadap Ed Wariso saja. Sendirian. Kalian tak perlu mengikuti. Saya akan bilang keadaan sebenar nya pada Ed Wariso, segala resikonya biar saya tanggung sendiri"
Mas Catur kali ini bersuara, dan berhasil mengagetkanku dan Dmitri. Menghadap tetua Suku Matty? Sendirian? Cah gendheng!
"Bloodyhell! Big NO my Rayen!"
Dmitri hampir saja menyemburkan teh dalam mulutnya. Iris matanya langsung berubah merah.
"If you want to meet your family in law, its okay. But, please, do not going there alone! Here is me and Dimas to help you. That's what family are for"
Kali ini Dmitri mengatakan kata kata bijak itu dengan sedikit lebih tenang.
"Merci, mon frere. Tapi saya benar benar harus melakukan nya sendirian. Tanpa kalian. Saya tidak mau kalian terseret masalah lebih banyak lagi karena saya"
(Merci = terimakasih-french.
Mon frere = my brother-french.)Brak!!
Dmitri terlihat benar benar emosi, dilemparnya cangkir teh kemeja, lalu tangannya menggebrak meja dan menatap tajam Mas Catur masih dengan iris mata nya yang berwarna merah.
"Enough with this bulshit, Rayen. Im with you even if you say you don't need me."
Londo edyaaaannnn iki! Dalam hati aku kesal karena gebrakan tangan Dmitri membuat meja keraton hampir hampir terbelah dua! Koe pikir iki meja punya mbahmu! O asssuuuu!
Dan semua umpatan tersebut hanya bertahan di hati. Tak sampai lidahku mengucapkannya, karena biar gimanapun, Dmitri ini semacam mentorku saat aku baru baru jadi Glynder, dia yang mengajarkan saya mengintrol rasa haus darah.
"Dim, nunsewu yo iki meja jadi rada ambyar. Koncoku saiki wes rodo kenthir. Nanti biar saya ganti mejanya"
Mas Catur menatapku mengabaikan Dmitri yang masih melotot kearahnya.
Aku hanya mengangguk tersenyum, kemudian berdiri menenangkan Dmitri sambil mengusap punggungnya.
"Relax, My Friend, please sit down. Jangan sampai ibu saya tau. Ayolah"
Mas Catur menarik kursi Dmitri untuk didekatkan dengan kursi Mas Catur sekarang duduk, dan menepuk nepuk kursi nya meminta Dmitri duduk.
Perbincangan kami pun sedikit alot. Tanpa kami sadar hari sudah gelap.
Dan keputusan final dari perbincangan kami adalah, aku mengawasi Hutan Apraheim di daerah Utara Celebes (sekarang Sulawesi). Hutan Apraheim sendiri adalah hutan gelap tempat Suku Matty bersarang. Cukup beresiko, tapi setidaknya resiko yang kulakukan merupakan harga yang cukup untuk mengembalikan Mbak Andiana pada Mas Catur mengingat apa yang sudah dilakukan Pakdhe Maven pastilah tidak akan bisa diterima oleh kawanan Suku Matty dan dianggap sebuah penghinaan besar.
Sementara itu Mas Catur dan Dmitri akan diam diam menyusup ke Magica Fortezza tempat klan Valentino tinggal di Italia untuk diam-diam menemui Joseph Valentino, salah satu orang kepercayaan Dmitri dan Mas Catur di pemerintahan Volturian karena kedudukan nya sebagai Duta Kedamaian Vampir. Joseph memiliki kemampuan untuk mengetahui keberadaan banyak makhluk (bahkan, seekor semut kecil sekalipun) hanya dengan menyebutkan nama nya. Walaupun beresiko, mengingat Magica Fortezza banyak dikelilingi ratusan peleton pasukan Hexa untuk berjaga, tapi jika berhasil melewati pengawasan pasukan Hexa, kami bertiga sama sama yakin kalau Joseph akan membantu.
Malam itu aku makan malam dengan mengonsumsi 3 pitcher darah banteng. Darah banteng ini berfungsi menyamarkan bau vampir yang pekat di hidung para serigala, dan bisa bertahan sampai dengan 72 jam atau 3 hari. Sementara itu Mas Catur dan Dmitri berdiskusi tentang strategi mengelabui pasukan Hexa agar sukses melesat langsung kedalam kamar Joseph tanpa membahayakan nyawa mereka.
Demi Gudheg dapur keraton! Rasanya aku ingin mati saja kali ini, kami membahayakan nyawa kami hanya untuk seekor serigala! Eh, bukan, 1,5 ekor! Lha wong si jabang bayi nya belum lahir, kok! Masih setengah toh kalo gitu? Yakan?
Setelah makan malam selesai aku langsung kembali ke kamarku. Aku rebahan, memikirkan apakah aku masih bisa hidup atau tidak. Kalau aku mati, nanti siapa yang akan meneruskan takhta kerajaan ini? Sementara hanya aku anak bapak satu satu nya. Mas Catur? Walah, ndak! Kasian, Mas Catur sudah terlalu banyak beban pikiran.
Pak, nyuwun restu bapak ya pak. Dimas masih pengen hidup pak.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Contre Le Destin
FantasyRayen, Vampir blasteran Bangsawan Volturi dan Keraton Yogyakarta. Yang kemudian jatuh cinta dengan kaum WereWolf, dan takdir menemukannya dengan Stefan dan membuatnya bersahabat dengan pelayan nya, Alfred. Saat Rayen mulai jenuh dengan keabadian nya...