Melihat Stefan Kecil pingsan, tuan panik dan berusaha mengangkat tubuh Stefan. Belum berhasil mengangkat Stefan, tangan tuan berhenti meraba punggung Stefan..
"Alfred, seperti nya anak ini demam"
Setelah berkata seperti itu, tangan tuan berhenti meraba punggung Stefan, aku dengan sigap menyalakan keran bath up kemudian aku membiarkan tuan memandikan Stefan yang masih dalam keadaan pingsan. Dengan lembut tuan membersihkan noda darah disekujur tubuh Stefan, dari raut wajahnya, aku tau, tuan sedang menahan haus darah, dan itu tidaklah mudah.
"Tuan, kalau tuan tidak keberatan biar saya yang memandikannya"
Tanpa berhenti membersihkan noda darah Stefan, tuan berkata,
"Tak apa Alfred. Saya sudah terbiasa, kamu tenang saja, saya tidak akan menghisap darah anak ini, lagipula, aroma darah anak ini kurang menggugah selera saya"
Aku hanya mengangguk dan menunggu di belakang tuan sampai tuan selesai melakukan kegiatan nya, setelah selesai memandikan Stefan, tuan membungkus tubuh Stefan kecil dengan handuk dan langsung menggendongnya, membawa Stefan kecil ke salah satu kamar dirumah ini yang kosong (kamar tersebut terletak dibagian depan kanan rumah besar ini kalau dilihat dari sisi dalam rumah. Rumah ini masih berkonsep rumah belanda, dengan halaman yang luas kalau dilihat dari luar rumah ini berbentuk letter U dengan kamar tuan disisi ujung huruf U yang kiri dan kamar Stefan yang terletak diujung huruf U yang kanan. Jendela kamar tuan dan kamar Stefan sama sama menghadap keluar rumah. Teras rumah terdapat diantara tembok kamar Tuan dan Stefan dari sisi luar. Begitupun dengan pintu masuknya, walaupun ada pintu masuk dari garasi).
Sampai dikamar, tuan meminta saya untuk cek suhu badan Stefan kecil saat itu."Alfred, tolong ambilkan termometer dikotak P3K yang ada dikamar saya"
"Baik tuan" jawabku saat itu yang langsung meninggalkan tuan dengan Stefan.
Setelah mendapati apa yang tuan perintahkan, aku langsung kembali kekamar Stefan dan mendapati tuan yang sedang termenung menatap Stefan.
"Tuan.. Apa ada sesuatu yang perlu saya bantu?"
Tanyaku hati hati. Karena memang tidak biasa nya tuan seperti ini.
Masih terdiam, perlahan tuan menatapku dan berkata
"Alfred.. Ada yang salah dengan anak ini"
"Ada apa tuan? Apa yang salah?"
"Bau darah yang tadi ada di baju dan tubuhnya, aroma nya sangat kuat, seperti aroma kayu manis"
Aku terdiam. Aroma kayu manis berarti werewolf.
"Maksud tuan, apakah anak ini habis diserang serigala?"
Hening sejenak,
Lalu tuan menjawab,
"Yang aku takutkan begitu, Alfred. Kamu segeralah cek suhu badan anak ini. Pakaikan baju saya yang ada di lemari kamar ini. Kalau sudah, kamu segera bersiap, temani saya ke toko baju, kita harus beli banyak pakaian untuk anak ini."
"Baik tuan, tapi, sementara kita pergi, siapa yang akan menemani anak ini?"
Tanyaku pada tuan sambil membuka termometer, mengeluarkan nya dari tempatnya, lalu aku kempitkan pada ketiak Stefan.
Tuan berpikir sejenak
"Panggil saja Siti kesini untuk temani bocah ini sementara kita pergi, gak usah khawatir, nanti setelah kita pulang saya bisa manipulasi lagi ingatan Siti seperti biasa saya lakukan"
"Baik tuan"
*
Siti yang tuan maksud adalah pekerja dirumah ini yang bertugas memasak. Bukan memasak untuk tuan, tetapi untuk pekerja runah tangga kami-termasuk aku-dan para petani teh.
Karena kekayaan tuan yang berlimpah, beliau memiliki 3 hektar kebun teh di kawasan ini. Sekitar 25 orang petani teh dipuncak adalah pekerja beliau, beberapa diantaranya sudah lebih dari 10 tahun bertani untuk tuan.
Dari semua karyawan tuan, rata rata hanya pekerja yang bekerja dirumah saja yang pernah bertemu dengan tuan.
Salah satu nya Siti, yang sudah 5 tahun terakhir menjadi koki rumah ini.
Pekerja yang bekerja dirumah adalah Siti, Mang Ujang yang bertugas membersihkan kebun dan nyapu ngepel bagian luar rumah (itupun jarang masuk rumah, paling hanya duduk diteras aja ngopi sama aku. Fyi aja, mang Ujang ini sedikit takut sama tuan, menurut mang ujang tuan ini susah senyum. Padahal bukan susah senyum, tuan itu orang nya pemalu, sebener nya tuan malu bertemu orang baru, ditambah tuan jarang keluar rumah), ada juga mbok iyem, seorang tunarungu yang bertugas nyapu dan ngepel bagian dalam rumah, lalu si kembar bela dan billy. Bela bertugas mencuci piring, billy bertugas mengantarkan makanan yang dimasak Neng Siti ke kebun teh untuk makan para petani karyawan tuan.
Untuk tugas menyuci baju sendiri saya dan tuan bergantian mencuci baju kami. Awalnya saya berkeras menjadikan ini pekerjaan saya, tapi kemudia tuan berkata,"Saya ini bukan semata majikanmu, Alfred, saya juga adik, abang, paman, ponakan, serta cucumu nanti. Biarkan kita berbagi tugas. Toh, kita hidup dibawah atap yang sama sampai batas waktu yang saya sendiri tidak tahu berapa lama"
Itulah tuanku, tuan vampir yang rendah hati.
Sebagai Vampir, tuan bisa bergerak sangat cepat. Beliau pernah berlari dari rumah kami di Kawasan Puncak, Bogor, menuju Bandung hanya dalam waktu 10 menit! Beliau juga bisa membaca pikiranmu. Tapi pergerakan yang cepat dan kemampuan membaca pikiran adalah skill biasa untuk kaum vampir. Bakat khusus beliau sebagai Vampir bangsawan adalah Menghapus Ingatan dan memanipulasi ingatan semua makhluk (yang saya maksud semua makhluk adalah manusia, kaum sesama Vampir-nya, bahkan kaum WereWolf sekalipun!).
-
Aku mesukan kunci mobil pada kontak, lalu mulai menstaternya, dan mesin mobil pun menyala.
Sementara itu tuan sudah duduk manis di kursi penumpang tepat disebelah saya.
"Kita kemana tuan?"
"Ambil arah bogor aja. Didekat taman safari banyak toko toko baju"
"Baik tuan"
Dan kemudi pun saya arahkan sesuai perintah tuan.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Contre Le Destin
FantasyRayen, Vampir blasteran Bangsawan Volturi dan Keraton Yogyakarta. Yang kemudian jatuh cinta dengan kaum WereWolf, dan takdir menemukannya dengan Stefan dan membuatnya bersahabat dengan pelayan nya, Alfred. Saat Rayen mulai jenuh dengan keabadian nya...