Sesampainya kembali dirumah, saya dan Alfred membawa semua tas belanjaaan kekamar Stefan kecil.
"Alfred, berapa suhu tubuh anak ini?"
Alfred meninggalkan tas belanjaan diatas meja lalu bergegas ke kasur, menarik termometer yang tadi sempat Alfred kempitkan disela ketiak Stefan.
Sambil melihat ke termometer, mata Alfred memicing
"Gak mungkin.."
Saya yang sedang jongkok menghadap lemari sambil merapikan baju yang baru kami beli tersebut sejenak berhenti, berdiri, lalu berputar menghadap Alfred.
"Apa yang salah, Alfred?"
Masih terdiam memandangi termometer dan Stefan secara bergantian, Alfred tidak menjawabku.
"Alfred?"
Saya bertanya untuk memastikan
Kali ini berhasil, dia menatap saya, masih dengan raut tidak percaya, Alfred menunjukan termometer ditangannya kepada saya.
Saya mengambil termometer tersebut dan melihatnya sendiri, mencari apa yang salah.
Damn.
Suhu anak ini 42derajat Celcius!
Bukan suhu normal.
Dan akhirnya saya paham kebingungan Alfred, anak dengan suhu setinggi ini tapi tidak menggigil sama sekali merupakan suatu keanehan bukan?
Saya dan Alfred pun mendekat. Kami memandangi anak itu.
Tanpa berkata kata, saya perlahan berjalan mendekat kearah kasur. Lalu duduk di sisi pinggir kasur.
Saya coba mengusap jidatnya. Berharap bisa membaca memory yang ada disitu.
(semua vampir bisa membaca memory manusia hanya dengan menyentuh dahinya. Tapi kami tidak bisa membaca memory kaum WereWolf, begitupun kaum kami sendiri)
Nihil.
Saya tidak bisa melihat apapun.
Tidak ada memory yang bisa saya baca.
Dan sepersekian detik kemudian, saya baru menyadari sesuatu.. Rupa nya aroma kayu manis yang tadi saya cium bukan berasal dari noda darah ditubuhnya. Melainkan aroma darah Stefan sendiri..Jadi.. Anak ini serigala?
Masih dengan tangan saya di dahi Stefan, tanpa sadar Stefan membuka mata nya..
"Om.. Lagi ngapain?"
Saya terkaget. Belum sempat mengendalikan keadaan, Alfred ternyata lebih sigap.
"Om ini kerjanya jadi Dokter, makanya Om ini lagi ngecek keadaan kamu"
Saya terbengong-bengong mendengar jawaban spontan Alfred. Dokter? What the??
Lalu bocah ini terbangun duduk, melihat kearah Alfred, dan berkata
"Om geser om, ayah duduk sebelah om sini"
Katanya menatap Alfred sambil menepuk nepuk ruang kosong disebelahku.
Wait.
Ayah?
Alfred?
Tanpa banyak berkata dan bertanya Alfred lalu duduk disebelahku.
Tersenyum pada Stefan dan berkata,
"Kamu sudah dirumah, nak. Jangan takut"
Setelah itu dia mengusap rambut Stefan kecil.
Lalu Stefan memeluk kami berdua.Disitulah awal mula kekeluargaan kita terikat kuat. Kita yang saya maksud adalah kami -saya dan alfred- dan Stefan.
Di detik itu pula -saat stefan memeluk kami-, saya sadar, yang salah dengan Stefan bukan cuma dirinya yang seorang werewolf, tapi ada hal lain.. Tato dipunggungnya, juga perasaan aneh yang saya rasakan saat berada dipelukan bocah kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contre Le Destin
FantasyRayen, Vampir blasteran Bangsawan Volturi dan Keraton Yogyakarta. Yang kemudian jatuh cinta dengan kaum WereWolf, dan takdir menemukannya dengan Stefan dan membuatnya bersahabat dengan pelayan nya, Alfred. Saat Rayen mulai jenuh dengan keabadian nya...