Ultah

85 14 0
                                    

Happy Reading !:)

"Jadi....gimana kronologis nya anak ganteng tante bisa di gebukin? "  Tante Ratna bertanya dengan menahan senyumnya seraya menatap Alisya dan Dito bergantian.Wanita paruh baya itu sangat penasaran dengan insiden yang menimpa putranya.
Mereka kini sedang berada di meja makan,untuk makan malam bersama.

Alisya yang merasa menjadi pelaku meringis merasa bersalah. Sedangkan Dito acuh tak acuh, sibuk menyantap makan malam nya.

Alisya kesal dengan sikap acuh Dito. Kenapa laki-laki itu tidak mau membantunya menceritakan kronologi kejadian tadi siang. Gadis itu menatap tante Ratna yang menatap mereka penasaran.

Alisya menghela nafas,kemudian gadis itu menceritakan kejadian tadi siang serta menirukan ucapan Dito yang penuh percaya diri.

Setelah mendengar kronologis kejadian nya,tawa tante Ratna pecah.
"Beneran Dito ngomong gitu??"kata tante Ratna setelah tawanya mereda. Alisya manggut-manggut pasti untuk meyakinkan wanita paruh baya itu. "Kok Narsis yaa? Padahal dia tuh gak kaya gitu loh dulu. Orangnya serius terus." lanjutnya. Tante Ratna menatap anak laki-laki nya sambil senyum-senyum.

"Apa sih ma. Liatnya gak usah gitu lah." Wajah Dito memerah,malu.

Tante Ratna dan Alisya saling pandang,kemudian keduanya sama-sama tersenyum geli.

*****

Bel pulang sudah berbunyi ,guru di depan kelas itu langsung beres-beres kemudian pamit keluar setelah mengucapkan salam. Siswa-siswi dikelas itu juga segera merapikan alat tulis dan buku yang berserakan di atas meja mereka.

"Ta itu mereka pada ngapain? " Alisya menunjuk kerumunan siswa-siswi dengan dagunya. Okta yang sedang menutup resleting tas nya menoleh ke arah yang dimaksud Alisya.Di bangku paling belakang siswa-siswi tampak berkerumun sedang merundingkan sesuatu.

Okta mendekatkan diri ke arah Alisya ,setelah memastikan seseorang tidak mendengarkan obrolan mereka. "Hari ini Ardi ultah. Biasalah mau disiram tepung kayaknya." kata Okta berbisik.

Alisya hanya ber'oh' ria. Walaupun Ardi mempunyai mulut pedas tapi teman satu kelas tetap menghargai nya sebagai  bukti solidaritas anak IPS. Ardi juga yang membawa harum kelas IPS karena prestasi nya di olimpiade matematika. Jangan salah, emang anak IPA aja yang jago matematika? 

Sedangkan Ardi tampak biasa saja. Ia tidak tau menahu apa yang akan terjadi pada diri nya. Bahkan ia tidak mencoba mencari tahu sebab keributan di kelasnya.

"Ta lo juga mau ikut-ikutan ?" tanya Alisya

"Mau sih sebenarnya, tapi gue harus buru-buru pulang. Nyokap udah wa tadi."

"Oh.. Kok gue gak di kasih tau yaa soal ini. Apa karena gue anak baru."  Wajah Alisya tampak murung.

Okta langsung menepuk jidatnya,tanda bahwa ia sudah melupakan sesuatu.
"Maaf ya Sya ini salah gue. Mereka yang nyuruh gue ngasih tau lo tapi gue lupa tadi." Wajah Okta mengisyaratkan bahwa ia benar-benar merasa bersalah.

Alisya memeluk lengan sahabat nya itu. "Udah gapapa. Lupa mah biasa lo kan pikun." Setelah mengatakan itu ia langsung tertawa ,dan berlari mendekati kerumunan meninggalkan Okta yang menggerutu kesal.

*****

Alisya menggenggam erat se plastik kecil tepung terigu yang ia sembunyikan di belakang punggung nya. Ia berdiri diambang pintu, masih menunggu teman-temannya yang masih menyiapkan air untuk mengguyur tubuh Ardi. Agar tepung yang mereka tumpahkan melekat ditubuh laki-laki itu.

Didepan kelas sana tampak Ardi sedang ditahan  Anan dan teman-teman nya. Anan tampak mencari seribu alasan agar Ardi tidak bergegas pulang.

"Ayo Sya,kesana airnya udah ada tuh! " kata Sherly yang sudah berdiri disamping nya bersebelahan dengan Yani yang tampak membawa telur.

BoyFriend Or Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang