Pedas tapi manis

28 3 0
                                    

Hati-hati ada typo😂

Happy reading❤❤

Bulu mata lentik itu begerak-gerak pelan mencoba membuka mata dan menyesuaikan cahaya yang masuk retinanya.

"Shhh....." Alisya meringis dan memejamkan matanya kembali karena merasa kepalanya berdenyut nyeri. Alisya mencoba mengingat apa yang telah terjadi kenapa ia bisa ada di ruang UKS.

Matanya langsung terbuka kembali ketika merasakan seseorang memijit pelan kepalanya.
"Ardi...." gumam Alisya melihat seseorang yang memijit kepalanya dengan raut datar.

Alisya tersenyum, berfikir Ardi yang pasti membawanya kemari saat ia pingsan di lapangan bola voli tadi.

Ardi langsung menghentikan pijatannya saat melihat Alisya tersenyum. Cowok itu tidak berkata apa-apa langsung duduk di kursi sebelah ranjang seraya memainkan ponselnya.

"Makasih ya Ar, lo pasti yang bawa gue ke UKS kan." ucap Alisya sok tahu.

"Tapi sorry aja ya, bukan gue yang bawa lo kesini."

"Masa? Trus siapa?" tanya Alisya penasaran. Ia kira karena Ardi yang menemaninya maka cowok itu yang membawanya kemari.

"Lo jalan sendiri," jawabnya cuek.

"Hah? Nggak mungkin lah gue tuh pingsan bukan tidur mana mungkin ngelindur," jawabnya tak percaya. Ya jelas lah mana mungkin ia percaya karena dalam keadaan tidur sekalipun Alisya tidak pernah ngelindur sambil jalan.

Cowok itu tak menanggapi masih sibuk dengan ponselnya.
"Ardi...jawab woy." kesalnya karena diacuhkan.

"Dicky." ujarnya singkat.

"Hah maksudnya?" tanya Alisya gagal paham.

"Huh lo tuh goblok apa gimana sih, lo tanya udah dijawab malah bingung!" jawabnya sinis.

Alisya langsung terdiam, gadis itu tersentak oleh ucapan sinis yang Ardi lontarkan hatinya tersentil tapi ia langsung cepat-cepat menormalkan raut wajahnya. Ardi memang begitu suka sekali berkata sinis dan tajam Alisya mencoba mengerti itu.

"O-oh gue kirain elo."

Sebenarnya Ardi ingin sekali ia yang menyelamatkan Alisya tapi dia kalah cepat oleh Dicky.
"Gue? Idih ogah banget," jawabnya berkebalikan dengan apa yang diinginkannya.
"Lagian lo tuh ya, cuma kena bola gitu doang aja pingsan, alay. Lagian lo tuh nggak bisa sok-sokan main segala." lanjutnya mencibir gadis didepannya tidak peduli bahwa gadis itu baru sadar dari pingsannya.

"Gue tadi belum sarapan, siang juga belum sempet ke kantin langsung ikut main aja, gue juga nggak mau main tapi Sherly maksa karena anggota kurang." jawabnya pelan, kepalanya menunduk entahlah rasanya ia ingin menangis mendengar ucapan sinis cowok di depannya. Dianya yang terlalu baperan atau kata-kata Ardi yang terlalu nyelekit?

Tatapan cowok itu melunak melihat Alisya menunduk dalam, ia jadi merasa bersalah sudah berkata sinis. Ardi membuka ranselnya , mengeluarkan sebungkus roti dari dalamnya dan menyodorkannya.
"Nih makan dulu, buat ganjel perut lo, abis itu nanti isi perut lo dikantin."

Alisya yang menunduk langsung mendongak mendengar ucapan Ardi.
Gadis itu menerima dengan senang hati, ia tahu meski mulut Ardi setajam silet tapi hatinya tidak demikian, ia masih perduli dengan orang lain.

"Makasih."

Alisya langsung membuka bungkusnya dan memakannya setelah berdoa.

Ardi bangkit dari duduknya menuju dispenser yang tak jauh dari mereka. Setelah mengisi air dalam gelas Ardi menghampiri Alisya dan memberikannya.
"Makasih. " ucapanya sekali lagi yang dijawab anggukan oleh Ardi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BoyFriend Or Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang