Sikap aneh Yani

65 11 1
                                    

Alisya masih belum mengerti apa yang terjadi pada Yani. Gadis itu terlihat lebih pendiam sejak masuk kelas. Yani memang pendiam tapi ini tidak seperti biasanya. Gadis itu bahkan seperti enggan betatapan dengan Alisya.

Hal itu tentu membuat Alisya tidak tenang. Apa ia berbuat kesalahan? Jika benar,kesalahan apa yang telah di perbuat nya? Gadis itu benar-benar tidak tahu dimana letak kesalahan nya. Alisya menghela napas berat,kedua tangan nya menangkup wajah cantik nya.

Okta yang sedari tadi sibuk dengan buku catatan nya kini menoleh melihat sahabat nya terlihat gelisah. Okta menyentuh pundak Alisya,membuat gadis itu membuka tangan yang menutupi wajah nya.

"Lo kenapa? Kok kayaknya gelisah banget dari tadi? Ada masalah? Cerita aja pasti gue dengerin"kata Okta lembut.

Alisya mendesah "Lo tau nggak gue buat salah apa sama Yani?"

Kening Okta mengkerut mendengar pertanyaan Alisya. "Lah lo merasa buat salah nggak sama Yani?" Okta menjawab pertanyaan Alisya dengan pertanyaan pula, membuat Alisya mendesah frustasi.

"Nah itu dia. Gue gak ngerasa buat salah . Tapi Yani kayak marah gitu. Gue harus gimana Ta!?"kata Alisya,gadis itu menggenggam tangan Okta dan mengguncang nya. Alisya benar-benar bingung, ia tak tahu harus berbuat apa.

Okta membalas genggaman Alisya "Tenang Sya. Siapa tahu itu cuma perasaan lo aja. Lo udah coba tanya langsung sama orangnya belum?" tanya Okta

"Boro-boro tanya dia kenapa, gue nyapa aja dia melengos". Alisya menghela napas berat.

Okta menatap Alisya kasihan. Okta sama bingung nya ia tidak tahu menahu kesalahan apa yang diperbuat Alisya. Gadis itu bertekad akan membantu Alisya menyelesaikan masalahnya. Okta tidak tega melihat wajah Alisya yang sedari tadi terlihat gelisah. Okta tahu Alisya takut persahabatan mereka yang masih terbilang baru rusak karena kesalahan yang tidak Alisya sendiri sadari.

Okta menengok kebelakang, tepat dimana meja Yani berada. Yani tampak sedang sibuk menyalin  catatan ekonomi karena senin kemarin tidak masuk. Okta baru saja bangkit dari duduknya hendak menghampiri meja Yani, tapi setelah mendengar seruan sang ketua kelas membuat Okta mengurungkan niat nya.

"Woy ada bu Lilis! Duduk ketempat masing-masing! " teriak Bara menginterupsi teman-temannya yang masih berjalan kesana kemari.

*****

Setelah bel istirahat berbunyi Alisya segera mengemasi buku-buku dan alat tulisnya. Pak Sapto mengakhiri pelajaran hari ini, beliau mengemasi barang nya kemudian mengucap salam dan keluar dari ruang kelas.

"Kantik yuk laper,cacing gue udah pada hadrohan"ajak Okta pada Alisya.

Alisya terkekeh mendengar ucapan Okta. "Lo tuh emang selalu berlebihan yaa. Hadroh an segala ckck" Alisya berdecak seraya geleng-geleng kepala melihat kealayan sahabat nya.

Okta mengibaskan tangannya "bodo ah buruan yuk keburu antriannya ntar sampe monas". Okta memang selalu berlebihan Alisya berusaha maklum , iyain aja yang penting dia seneng .

Baru saja mereka berdiri Sherly sudah berdiri didepan meja mereka. "Eh Sherly mau kekantin ya? Bareng yuk ntar keburu penuh yang ngantri" ajak Okta. Alisya mengangguk meng'iyakan ucapan Okta, Sherly tersenyum kemudian berucap "Iya tapi nanti dulu gue mau ngomong berdua sama Alisya bisa kan?". Sherly menatap Okta dan Alisya bergantian.

Alis Alisya mengkerut sama halnya dengan Okta "Kok gitu? gue bukan temen lo?  Kok main rahasia-rahasiaan?" ucap Okta dengan nada tersinggung,gadis itu melupakan perutnya yang katanya sedang 'hadrohan'.

Sherly langsung gelagapan takut Okta salah paham dia hanya ingin bicara dari hati ke hati pada Alisya.
"Nggak gitu Ta, lo temen gue kok bahkan sahabat gue. Tapi gue butuh privasi please jangan salah paham" Sherly tampak khawatir.

Alisya merangkul bahu Okta "Kita jadi sahabat kan sejak masuk sini?" tanya Alisya yang langsung diangguki oleh Okta.

"Percaya sama gue nanti gue kasih tau apa yang kita bicarain. Lo nggak usah merasa nggak dianggap ,mungkin Sherly mau ngomong berdua dulu" kata Alisya dengan senyum manis menghiasi bibirnya.

Okta menghela nafas, dia berpikir dia sangat egois karena tidak memberi privasi pada sahabat-sahabat nya. Tidak semua hal harus ia ketahui, mengingat mereka baru saja mengklaim diri mereka sahabat sejak masuk kelas ini begitu juga Alisya yang baru hadir ditengah mereka. Mungkin belum saat nya ia tahu, ia percaya sahabat nya akan memberi tahunya nanti.

"Yaudah sana huss, gue mau makan aja. Yuk Yan" ajak Okta pada Yani yang masih sibuk dengan ponselnya, lebih tepatnya sih pura-pura. Yani sedari tadi mendengarkan percakapan mereka. Ia merasa bersalah dan sangat childish , ia terlalu cemburu pada Alisya. Padahal Yani tau Alisya tidak bermaksud karena gadis itu tidak tahu perasaan nya pada cowok itu.

Yani berdiri dari duduknya setelah mendengar ajakan Okta. Gadis itu tersenyum sedikit canggung dan berjalan mendekati Okta. "Ayo Ta ,gue juga udah keroncongan" jawab Yani . Alisya menatap Yani, tapi Yani buang muka. Dia bukan marah hanya saja merasa malu karena telah marah tidak jelas pada Alisya. Gadis itu akan minta maaf setelah Sherly menceritakan apa penyebab dia marah karena Yani malu untuk menceritakannya sendiri. Okta langsung menggandeng lengan Yani ketika dia mendekat. "Gue duluan bye!" seru Okta berlalu keluar kelas bersama Yani.

Alisya dan Sherly mengangguk mendengar seruan Okta. "Yuk ikut gue. Jangan ngobrol di sini" ujar Sherly. Gadis itu menggandeng tangan Alisya keluar kelas.

Saat mereka sudah berada diluar kelas langkah mereka berhenti ketika Dicky menyapa mereka. "Hai Sya. Hai Sher" sapanya dengan senyum manis yang menawan.

"Hai Dik.." jawab mereka berdua dengan senyuman.

"Eh btw gue nunggu thanks loh" ucapnya menyindir.

Alis Sherly mengkerut, dia menatap Alisya yang terlihat sama bingungnya. Yang disindir tidak peka rupanya. "maksud lo apa sih?" tanya Sherly

Dicky menatap Alisya mengkode. Setelah itu Alisya langsung menepuk jidatnya pelan kemudian meringis.
"Hehe sorry Dik. Abisnya tadi pagi keburu malu jadi langsung kabur. Thanks ya buat tumpangannya"kata Alisya kemudian.

"Wait..lo nebeng in gue pamrih amat minta ucapan makasih segala" tambahnya, Sherly mengangguk setuju.

Dicky tertawa kecil "Nggak pamrih loh. Gue cuma ngingetin biar ngucap makasih kalau diberi bantuan" ucapnya sambil berlalu menuju kantin dengan senyum menyebalkan diwajah tampannya.

"Sama aja lo pamrih!!" jawab Alisya berteriak karena jarak Dicky yang sudah lumayan jauh. Sedangkan Dicky hanya membalas dengan senyuman. Sok ganteng ,tapi sayangnya memang ganteng. Alisya menggerutu sendiri di dalam hatinya.

__________*****__________

Tbc,

See you next chapter 🔜😊
Jangan lupa tekanyaa
⬇👇

BoyFriend Or Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang