Twelve [kamu suka dia?]

179 16 24
                                    

"Percayalah ada sepasang mata cemburu yang sedang memerhatikan diri mu ketika sedang bersama dia."

***

Seperti yang di ceritakan Rayyen pada Michika saat jam istirahat tadi, bahwa ada anak baru di kelasnya bernama Putri Syafarina ia pindahan dari palembang, nanggung sekali memang pindah pada akhir tahun ini dikit lagi mau berlibur padahal.

Putri Syavarina memiliki wajah yang terbilang cantik dan memakai hijab yang menjadikan gadis itu terlihat semakin cantik, banyak murid SMA Candra Mulia mengagumi Putri termasuk beberapa teman sekelasnya.

Panasnya mentari di luar ruang kelas, tetapi dinginnya di dalam ruang kelas membuat Rayyen terasa mengantuk, apalagi sekarang jamnya pelajaran Sejarah siang siang gini di pelajaran Sejarah rasanya mau kabur saja, malas sekali kalau harus mengungkit masa lalu.

Yang sudah berlalu biar saja lah pak berlalu.

Rayyen merebahkan kepalanya di atas meja dengan tangan yang berlipat, pria itu semakin lama semakin memejamkan matanya tertidur pulas.

Pak Jumaidi yang cukup terbilang killer namun tetap saja ada sedikit darah humor yang mengalir di tubuhnya, misalnya saat ia mengeluarkan kata-kata jawa dari mulutnya yang membuat murid tertawa, ia mulai menyadari kalau satu muridnya yang duduk di bangku urutan 3 di pojok tembok itu sedang tertidur.

"Anshor bangunkan teman mu itu,"

Anshor pun membangunkan Rayyen, tetapi Rayyen tidak merespon apa-apa sampai detiknya Pak Jumaidi yang bertindak.

"Rayyen,"

Tidak ada respond dari Rayyen.

"RAYYEN!" Pak Jumaidi mulai mengeraskan suaranya.

Masih tidak ada Respond.

"RAYYEN IZA NOVENDRA !" Pak Jumaidi semakin mengeraskan suaranya dan berhasil membuat Rayyen terbangun.

"Rayyen bawa keluar tas kamu,"

Rayyen hanya terdiam bingung menatap Pak Jumaidi.

"Rayyen dengar kata saya? Bawa keluar tas kamu sekarang !"

Rayyen membawa tasnya keluar kelas dan kembali masuk ke dalam kelas, Pak Jumaidi dan teman sekelasnya bingung dengan tingkah Rayyen.

"Ngapain kamu masuk lagi ?"

"Tadi bapak kan suruh saya keluarin tas saya, itu udah di luar pak." Rayyen menunjuk tasnya yang terduduk di depan pintu kelas dengan menampangkan raut wajah sama sekali tidak merasa bersalah.

"Loohhh wong edan kamu ini, bocah sableng !"

"Lohhh bapak yang sableng," Rayyen menggelengkan kepalanya dan hendak berjalan menuju tempat duduknya kembali. Semua murid tertawa dengan tingkah Rayyen yang seperti itu.

"RAYYEN KELUAR ! GA USAH IKUT PELAJARAN SAYA SELAMA SEMINGGU !"

"Alhamdulillah pak," Rayyen menyengir melihatkan sederet gigi putihnya.

"KELUAR !" Semua murid terdiam kaget dengan gertakan Pak Jumaidi, tapi tidak dengan Rayyen.

"SIAP BAPAK !" Rayyen memberi hormat kepada Pak Jumaidi lalu berjalan meninggalkan kelas sambil bersiul. Dasar kaya orang ga punya dosa udah di bentak masih aja ga ada takutnya.

"Kalian jangan mencontoh Rayyen, bocah gendeng !"

"Iya pak..." Semua murid menahan ketawanya.

"Mari kita lanjutkan pelajaran kita,"

Bara SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang