Ten [Bukan Rayyen kalo ga tengil]

219 17 5
                                    

"Aku mau nya kamu. Kalo kamu maunya dia ya aku mau nya tetep kamu. Egois? Memang."

***

Michika pov

Rayyen aku ga mau pulang, aku mau temenin kamu di sini.

Saat kami sedang bernincang-bincang, salah satu polisi datang menghampiri kami.

"Selamat Malam."

"Malam Pak" sahut semuanya berbarengan

"Terbukti dari hasil selidikan kami, ternyata saudara Rayyen tidak bersalah, ia hanya kebetulan berada di tempat tawuran tetapi tidak terlibat karena ada saksi mata yang melihat bahwa saudara Rayyen dan Maulana tidak ikut campur dengan temannya yang lain yang terlibat tawuran. Jadi saudara Rayyen dan Maulana terbebas sekarang." Jelas polisi kepada kami semua.

Tangis ku sekarang berubah bukan tangis kesedihan melainkan tangis kebahagiaan. Tuhan... Terimakasih

Aku, Rayyen, Ayah Rayyen, Maulana, dan Anshor mulai berjalan meninggalkan polsek.

"Malam ini aku yang bawa motor kamu ya, biar kamu di bonceng ayah." Pinta ku pada Rayyen

"Ga usah Chik, aku aja yang bawa aku gapapa."

"Rayy tapi kam--" belum sempat membantah Rayyen sudah menutup mulut aku dengan telapak tangannya.

"Kamu ikut aku ya aku yang bonceng, Ga usah bawel, mau aku cemplungin ke kali?" Rayyen tertawa geli, sedangkan aku hanya mengerucutkan bibir ku sebal. Memang polsek ini deket sama kali, tega banget dia mau cemplungin aku ke kali emang nya aku buntelan sampah.

Kami semua mulai meninggalkan polsek, saat di pertigaan Jalan Meruya Ilir kami berpencar aku dan Rayyen lurus menuju Jalan Meruya Selatan sedangkan Anshor, Maulana, dan Ayah Rayyen belok  menyusuri Jalan Meruya Ilir.

Sebenarnya Ayah Rayyen ingin ikut Rayyen untuk mengantarkan aku pulang, tetapi Rayyen membantah ia tidak ingin merepotkan Ayahnya, Rayyen bukan lah anak kecik ia bisa jaga diri lagi pula rumah aku dan Rayyen tidak jauh jauh banget. Begitu yang dikatakan Rayyen tadi saat ayahnya meminta untuk ikut Rayyen mengantar aku pulang.

---

Author

Malam ini tepat pukul 11 malam, jalanan sudah sepi hanya Michika dan Rayyen yang melintas di jalan tersebut. Terlihat dari matanya sepertinya Michika mengantuk matanya sudah sayup tanpa sadar Michika mendaratkan kepalanya di atas pundak Rayyen, Rayyen yang menyadari itu langsung mencari tangan Michika dan menariknya kedalam pelukan.

"Dasar kebo piyek, peluk ya biar ga terbang," ucap nya seperti berbisik namun ada nada tertawa kecil terlontar dari mulut Rayyen.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Michika, Michika terus tertidur dengan kedua tangan memeluk pinggang Rayyen dari belakang. Tak terasa sudah sampai di depan rumah Michika, Rayyen memarkirkan motornya dan dengan wajah bingung bagaimana ia menurunkan gadisnya, Rayyen ga tega jika membangunkan gadisnya yang masih tertidur pulas.

Ternyata tanpa di bangunkan, gadis itu sudah terbangun dari tidurnya dengan perlahan membuka kedua bola matanya.

"Eh udah sampe, aku tadi tidur ya?"

"Iya tidur mana ngorok lagi gede banget diliatin orang tau sepanjang jalan," Rayyen berbohong sengaja ingin kerjain Michika.

Michika membulatkan matanya kaget tak percaya, rasa malu dengan wajah memerah.

Bara SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang