Milandra | 2

209 27 2
                                    


"Senyuman paling indah adalah senyuman seseorang dalam berjuang melawan air mata"

-Milana Alexandra.

Mobil Angga sudah terparkir rapi di parkiran sekolah. Angga yang akan membuka pintu mobil mengurungkan niatnya saat menyadari sesuatu. Dia menoleh kearah Mila. Angga mendengus saat melihat Mila ternyata sedang melamun.

"Dek.." suara lembut milik Angga terdengar. Mila menoleh kearah Angga. "Kenapa bang?" sambil berusaha tersenyum tipis, sangat tipis.

Tangan Angga naik kepuncak kepala Mila dan mengusapnya lembut.
"Kalo kamu lagi ada masalah, cerita ke abang. Jangan dipendem sendiri. Mila yang abang kenal itu kuat, ceria. Kenapa malah sekarang murung?" Tanya Angga menatap lembut sang adik, tangannya pun tak berhenti mengusap rambut adik yang paling disayangi itu. Tak terasa air mata Mila menetes. Cepat-cepat Mila menghapusnya. Angga yang melihat itu menarik Mila ke dalam pelukannya. Di dalam pelukan Angga, Mila terisak.
"Tetep gak mau cerita sama abang dek?" Sambil mengurai pelukannya. Mila mendongak melihat wajah abangnya. Dipandangnya wajah abangnya itu sebentar lalu kembali kedalam pelukan Angga. Mila menggeleng dalam pelukan Angga sebagai jawaban. "Aku cuma pengen dipeluk abang" lanjut Mila sambil melebarkan senyumnya.

Angga yang mendengar itu hanya tersenyum. Dia tau Mila berbohong, tapi dia juga tidak bisa memaksa adiknya itu untuk cerita masalahnya. "Udah peluknya? Gak mau ke kelas? Dikit lagi bel dek" Angga mengurai pelukannya. Tangannya naik ke pipi Mila mengusap jejak air mata Mila.
Mila mengangguk dan tersenyum.

🍂🍂🍂

"MILAAAA" teriakan itu terdengar dari arah belakang Mila diikuti dengan pelukan yang sangat erat. Mila tersenyum, sangat tau betul siapa orang yang memiliki suara melengking seperti itu.

"Udah dong ray, aku mau liat mading nih" . Orang yang dipanggil ray itu terkekeh pelan. Mila membalikan badan kehadapan Raya, salah satu sahabat Mila. "Kenapa ketawa?" Tanya Mila bingung. "Lo lucu. Marah atau enggak tetep aja suaranya lembut gitu" sambil terkekeh pelan.
"Ya aku kan bukan kamu, Nenek lampir" sekarang Mila mengejek sahabatnya itu.
"Iyaiya gue nenek lampir. Udah ah ayo ke mading. Semoga kita satu kelas" sambil mengamit lengan Mila. Mila hanya pasrah mengikuti Raya.

Untungnya di mading sepi, jadi mereka tidak perlu berdesak-desakan. Mila dan Raya sudah mulai membaca satu persatu nama. "Mila Alexandra XI IPA1" Raya bersuara. "Nama lo paling pertama nih" lanjutnya. Mila menoleh melihat namanya, memang benar nama Mila ada diurutan pertama. "Kamu kelas apa ray?" Tanya Mila. "Nih nama gue 10 baris dibawah lo" tunjuknya sambil nyengir. "Ayudia diatas gue. Yeyy kita satu kelas" lanjutnya sumringah. "Bagus dong, ayo ke kelas. Siapa tau udah ada Ayudia" ajak Mila.

🍂🍂🍂

Mila dan Raya masuk ke dalam kelas. Mila mengedarkan pandangannya , tak sengaja matanya bertemu dengan mata Dio. Mila tersenyum, bukan senyum miring atau apa, tapi senyum manis yang sangat tulus. Setelah itu Mila mengalihkan pandangannya karna Raya sudah menemukan tempat yang akan mereka tempati. Dio terheran-heran melihat senyuman Mila. Perasaan bersalah menyeruak kedalam diri Dio. Gak seharusnya gue nyakitin cewek sebaik lo, Mil. Dio berkata dalam hati.

Tbc..

7 januari 2018
480 kata.

MILANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang