9 - [Playboy]

3.3K 183 10
                                    

Pagi ini Rasyifa dibuat kewalahan oleh berita jika Aisyah tidak masuk kelasnya, begitupun dengan Ari yang frustrasi gara-gara seharian full tidak bisa menemui Aisyah.

"Sebenernya Lo sakit apa sih, akhir-akhir ini kenapa Lo suka banget pingsan Syah?" Tanya Syifa, ia sungguh tidak bisa fokus dengan materi yang sedang disampaikan gurunya itu.

Saat ini pikiran hanya tertuju dengan Sahabatnya itu. Ia ingin cepat-cepat segara pulang dan melihat keadaan Sahabat yang berada dirumah sakit.
Rasyifa tau karena Ari,dan Ari mendapat kabar itu dari orangtuanya Aisyah.

Akhirnya Syifa bernafas lega saat mendengar bel pulang yang baru saja berdering.
Dengan gerakan cepat dan gesit, Syifa keluar menuju kelas Azka.

"Azka cepat kita kekelasnya Ari." Teriak Syifa dari luar kelas Azka. Azka dengan gerakan cepat berjalan kearah Rasyifa dan menuju kelasnya Ari.

Skip perjalanan

"Lo bisa cepet dikit gak sih kalo nyetir?" Bentak Ari yang sudah kalap dengan Azka, karna Azka sangat lelet menyetir mobil saat itu.

Syifa mendengus sebal saat melihat tingkah Ari merasa heran kenapa saat ada kemarin Ari menjauh dari Aisyah.

"Lo bisa tenang dan sabar gak sih Ri? Azka juga lagi jalan! Lo gak usah berlebihan kayak gitu. Gue juga sama panik tapi gue ngontrol diri." Ari hanya mendengus kesal saat mendengar ucapan Rasyifa.

Ari sedikit menetralkan nafasnya saat itu dan mengusap wajah kasar.

"Okeh sorry, gue lagi stres berat!" Jawabnya. Rasyifa hanya berdehem sebagai Jawaban.

Tak lama mereka pun akhirnya sampai diarea rumah sakit yang Aisyah tempati.

"Pasien bernama Aisyah Aqilah diruang berapa?" Tanya Ari dengan rusuh.

"VVIP, ruang 23" Ari melongos pergi saat itu Azka dan Syifa berjalan dibelakang Ari.

"Aisyah!" Teriak Ari setelah berada diruang rawat Aisyah.

Mamah Aisyah berada disana sedang menjaga anaknya yang terbujur kaku diranjang.

"Bun, gimana keadaan Aisyah?" Tanya Ari. Mamah Aisyah bukannya menjawab malahan menangis saat itu.

"Dia kritis Ri. Dari tadi malem Aisyah belum sadar setelah diperiksa dokter." Ari mendekati ranjang Aisyah dan memegang tangan Aisyah dari samping, mencoba menyalurkan kekuatan kepada Aisyah.

Azka dan Syifa termenung melihat keadaan Aisyah, merasa kasian terhadap Ari.

"Sabar Tan." Ucap Syifa mencoba menenangkan dan memberikan kekuatan untuk mamah Aisyah.

Mamah Aisyah Menggaguk dan memeluk tubuh Rasyifa.

"Sorry Syah... Karna gue kemarin udah ngacangin Lo, jauhin Lo. kemarin gue gak ada maksud apa-apa atau pun marah sama Lo, kemarin itu gue cuma iseng buat jauhin Lo, Azka dan Syifa. sekali lagi sorry." Ari memegang erat tangan Aisyah yang pucat, Saat itu Aisyah sedang diinfus dan hidungnya diberi bantuan selang.

"Asal Lo tau Syah! Ternyata hidup gue hampa tanpa Lo, Lo seakan nyawa gue Syah, dan gue rasa jika gue tanpa Lo gue gak ada artinya." Ari berucap sembari mengeluarkan air matanya. Ari perlahan mengecup puncak kepala Aisyah dengan lembut.

Mamah Aisyah semakin sedih dibuatnya, sedari tadi ia belum makan, dan papahnya Aisyah pun masih sibuk dikantornya.

"Tan, kalo boleh tau Aisyah sakit apa?" Tanya Azka,mamah Aisyah menatap Azka dengan tatapan kosongnya.

"Maafkan tante,tante gak bisa beri tau kalian sekarang ada saatnya kalian tau penyakit Aisyah." Rasyifa sempet bingung dengan perkataan mamah Aisyah tapi ia hanya mengiyakan, mungkin ini kebaikan untuk Aisyah juga pikirnya.

"Tan udah makan?" Tanya Syifa,mamahnya Aisyah menggeleng

"Kenapa? Harusnya Tante makan biar sehat buat jagain Aisyah." Mamah Aisyah masih bergeleng dengan keras.

"Tante gak nafsu." Tetapi Azka dan Syifa tidak berhenti untuk membujuk mamah Aisyah.

Akhirnya mereka pun berhasil dan mengajak mamah Aisyah ketempat penjual nasi yang tak jauh dari sana.

Azka dan Syifa pun bermaksud untuk memberikan waktu berdua untuk Ari saat itu.

Tak lama Ari mengoceh didepan Aisyah, tangan Aisyah pun bergerak dan mulai membuka matanya perlahan, ia merasa berat dengan bagaian perutnya ternyata seseorang sedang tidur disana.

"Ar..ri..ii?" Panggil Aisyah, Aisyah mencoba memegang rambut Ari.

Ari pun terbangun dengan muka yang penuh dengan buliran air mata. Aisyah tersenyum saat itu meski itu senyuman tipisnya.

"Lo udah sadar Syah?" Ari kini telah bangun dan duduk dengan tenang di kursi samping ranjang Aisyah.

"Syah maafin gue soal kemarin." Aisyah hanya mengangguk.senyumannya masih melekat dibibirnya walaupun wajahnya telah pucat pasi.

"Yang lain mana Ri?" Kini Aisyah telah berbicara normal walau dengan suara pelan.

"Cari makan mungkin, Lo kenapa syah? Sampai bisa masuk rumah sakit lagi?" Aisyah menggeleng.

"Gak tau Ri, tapi gue rasa gue gak sakit kok gue keliatan baik-baik ajah kan." Ari megeleng keras. Tangannya masih memegang tangan Aisyah.

"Lo sakit syah,Lo pucet. Sorry gue gak bawa makanan buat Lo saking buru-buru kesini gue sampe lupa sama buah-buahan hehe." Aisyah sedikit terhibur dengan candaan kecil Ari.

"Tapi gue ngerasa gak sakit Ri. Tadi gue di izinin gak?" Ari menggangguk.

"Tadi malem sama kemarin Lo kenapa Ri?"

"Sorry,kemarin gue malahan bersikap sok jauhin Lo, tadi malem gue nonton sama salsa Syah. Sorry banget gue gak ada niatan buat bikin Lo khawatir dan sakit kayak gini."Aisyah terkekeh geli dengan ekspresi Ari yang terlihat panik dan merasa bersalah.

"Okeh gue maafin, lain kali Lo jangan kayak gitu lagi." Ari menggangguk lalu tersenyum manis.

"Kebahagiaan ku ternyata sederhana hanya sekedar melihat senyummu dan itu membuat aku merasa lebih baik"
-Aisyahaqilahh

**

TBC...

Playboy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang