Mia menutup telinganya saat Rayhan terus memanggil namanya. Pemuda yang terlihat polos dengan senyum manis itu terus menganggunya. Rasanya Mia ingin berteriak pada Rayhan untuk berhenti dan pergi. Tapi apa daya, jika sedikit saja dia berbuat kasar pada Rayhan meskipun pemuda itu yang salah, pasti Mia yang akan dihujat oleh teman sekelasnya yang lain.
Mengapa begitu? Tentu karena pesona sang murid baik milik Rayhan. Tidak ada yang pernah berani membentak Rayhan ataupun memarahinya. Dengan senyum manis, wajah tampan dan sikap ramahnya, Rayhan begitu disayangi oleh guru dan murid lainnya di sekolah.
Mia berdecih. Dulu dia juga sempat jatuh pada pesona Rayhan, tanpa tahu itu hanya topeng semata. Betapa jijik Mia sekarang, bahkan melihat senyuman yang pernah ia kagumi itu, rasanya Mia ingin merobeknya. Terdengar sadis memang, tapi itulah isi pikiran dan hati Mia saat ini.
Karena tak tahan lagi, Mia berniat untuk pergi. Tapi tangannya tiba-tiba ditahan Rayhan.
"Mi, mau kemana? Sebentar lagi Kyla datang. Kita sudah berjanji untuk ke kantin bersama kan?" Dengan masih tersenyum manis Rayhan terus membujuk Mia.
Mi. Itu adalah panggilan khusus yang selalu dipakai Rayhan untuknya. Dulu Mia pikir dia istimewa, bahkan lebih dari Kyla di mata Rayhan. Namun, nyatanya mungkin itu cuma tipuan dari pikirannya saja yang sengaja dibuat oleh mereka.
Tidak mau membuat masalah, Mia mencoba untuk menolak halus tapi tetap tak berhasil. Rayhan begitu pantang menyerah. Berusaha tetap menahan emosinya, Mia berupaya mencari alasan yang dapat diterima Rayhan. "Rayhan, maaf aku tak bisa pergi. Entah kenapa perutku sakit sejak tadi."
Ekpresi Rayhan berubah, dia terlihat khawatir. Tapi sayangnya Mia tahu itu palsu, mustahil Rayhan peduli dengannya saat ini, di masa depan pun ketika ia mengandung buah hati mereka Rayhan malah mengkhianatinya dan membiarkan mereka mati.
"Baiklah, aku mengerti. Apa kau ingin sekalian kuantar ke UKS, Mi?"
"Tidak usah," Mia menggeleng.
Rayhan mengangguk, lalu ia pun berdiri dan meninggalkan Mia begitu saja.
Melihat punggung pemuda yang pernah ia cintai itu pergi untuk menemui perempuan lain, masih terasa sakit bagi Mia. Meski dia menolak, sekeping hatinya ternyata tetap menyimpan rasa bagi Rayhan.
Tak ingin berlarut dalam perasaan yang dibencinya, Mia memilih untuk keluar dari kelas dan pergi menuju taman belakang sekolah. Taman itu begitu sepi dan cocok untuk Mia menenangkan diri.
Dalam satu hari, begitu banyak peristiwa yang Mia alami. Melihat sang Suami berzina dengan sahabatnya, dia mati bahkan dengan anaknya dan sekarang kelahiran kembali ke masa lalu. Mia benar-benar lelah dan perlu waktu sendiri untuk berpikir.
Tiba di taman Mia duduk di salah satu bangku, matanya terpejam menikmati kesunyiannya. Namun tak berapa lama ketenangannya terusik, sontak Mia membuka mata saat telinganya menangkap sebuah alunan musik sendu dari biola yang terdengar dari balik pohon tak jauh darinya.
Mia tahu siapa yang memainkannya. Philip Lund, pemuda itu begitu fokus memainkan biolanya. Mata coklat tajam yang biasa memandang rendah orang lain kini terpejam dan terlihat tenang. Wajahnya yang selalu galak sekarang sangat lembut.
Tak ingin menganggu, Mia pun berniat pergi. Walau ia menyukai musiknya, tapi Mia takut kena marah sang pemainnya. Saat ia berusaha mundur, tak sengaja kakinya menginjak ranting kering.
"Sial," Mia mengumpat pelan dan akan segera lari. Tapi sayang sebelah tangannya tiba-tiba dicekal hingga ia tak bisa bergerak.
"Sedang apa kau di sini?" Cekalan di tangan Mia mengencang. "Jawab aku! Apa kau tidak mempunyai mulut gadis manja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Future And Revenge ✓ (Time Travel Book I) (Complete)
Chick-LitMia Mentari melihat Suaminya Rayhan berhubungan seks dengan sahabat baiknya sendiri Kyla. Dengan kondisi hamil besar di hari naas itu Mia memilih untuk pergi dari rumah, namun di tengah jalan terjadi sebuah kecelakaan dan dia pun meninggal. Tapi tak...