Untuk versi lengkap novel ini bisa dapatkan di google play https://play.google.com/store/books/details?id=g0NNDwAAQBAJ
Atau hubungi 081586080825
Harga ebook 45000 dan cetak 60000, terima kasih!
Prolog
Hujan Pertama
"Mas, aku antarkan makan siang lansung ke kantor ya?"
"Gak usah, Sayang. Mas mau makan dengan klien Mas nanti. Kamu lebih baik istirahat demi kebaikan malaikat kecil kita yang akan segera lahir."
"Tapi Mas—"
"Udah dulu ya, Sayang. Bye."
"Mas? Mas Rayhan?!" Melihat layar handphonenya yang sudah mati, Mia mendesah kecewa. Rasanya Suami tersayangnya belakangan ini sering menghindar darinya, padahal dulu Suaminya itu paling senang jika dia mengantar makan siangnya lansung ke kantor. Namun, apa hanya perasaannya saja sekarang Mas Rayhannya semakin jauh?
Mengelus perutnya yang setiap hari semakin besar karena kandungannya yang sudah mendekati sembilan bulan, Mia terus mencoba untuk berpikir positif. Mungkin hanya perasannya sendiri saja. Dia terlalu banyak berpikir hal-hal aneh belakangan ini.
"Pasti karena aku terlalu gugup. Sebentar lagi kan persalinan pertamaku." Mia mengelus perut besarnya sekali lagi lembut seraya tersenyum.
Walaupun Mas Rayhannya telah melarangnya untuk mengantar makanan siang ini ke kantor, Mia tetap pergi untuk memberikan Suaminya kejutan. Lagipula walau misalnya benar Suaminya akan makan siang dengan Klien, tidak ada salahnya kan seorang Istri mengunjungi Suaminya di kantor?
Dengan nada riang, Mia pun pergi ke kamarnya untuk mencari pakaian terbaiknya agar tak membuat Suaminya malu nanti. Maklum Rayhan Adiwinata Suaminya adalah seorang CEO dari sebuah perusahan kontruksi yang cukup terkenal dan sukses di Indonesia. Jadi Mia harus berpakaian bagus dan rapi jika ingin pergi mengunjungi sang Suami tersayang di kantor.
"Pakai baju apa, ya?" Mata bulat Mia dengan teliti memilih baju yang ada dalam lemari pakaiannya. "Ah, yang ini saja!" Dengan semangat Mia menarik sebuah gaun berwarna pink selutut yang akan terlihat sangat manis jika dipakai olehnya. Mematut dirinya di depan cermin lalu berputar layaknya anak kecil, Mia tersenyum manis menatap pantulan dirinya di cermin. "Mas Rayhan pasti akan suka!"
Setibanya di kantor, Mia segera disambut dengan ramah oleh para pegawai yang bekerja di kantor Suaminya. Memang mereka sudah tak asing lagi dengan sosok wanita bertubuh mungil cantik yang menjabat sebagai Istri Bos mereka tersebut. Mia sangat piawai bergaul.
Dengan langkah bahagia, Mia menaiki lift yang akan mengantarnya ke lantai tiga puluh tempat ruangan Suaminya berada. Sesekali bibir mungil merah muda itu bersenandung sebuah lagu yang dulu pernah sering ia dengarkan sewaktu SMA. Sebuah lagu yang telah mempersatukannya dengan Suaminya Rayhan.
Tak lama akhirnya pintu lift pun terbuka, masih dengan senyum manis tersungging di bibirnya Mia pun berjalan dengan riang layaknya anak kecil menuju ruang kantor sang Suami. "Ray—"
Sebuah pemandangan memilukan tersaji di depannya. Padahal belum sepenuhnya pintu terbuka, tapi itu sudah cukup jelas untuk mata Mia melihat semua perzinahan yang tengah dilakukan Suami yang paling disayanginya dengan sahabat baiknya yang selama ini selalu dia percaya.
Sebuah isakan segera lolos dari bibirnya. Tubuh mungil Mia bergetar saat melihat tangan Suaminya dengan berani menyentuh tubuh wanita lain. Ingin sekali Mia berteriak dan berlari kesana dan menarik rambut sahabat—tidak mantan sahabat baiknya Kyla untuk menjauh dari tubuh Suaminya Rayhan. Tapi tubuhnya terus gemetar, bahkan rasanya seiring waktu tenaganya mulai menghilang. Karena tak kuat lagi, Mia memilih untuk pergi saja dari sana. Bukannya ia tak mau berbuat apa-apa, tapi ia tahu emosi marah bisa berdampak buruk bagi janinnya. Dia harus menenangkan dirinya dulu sekarang. Demi anaknya dan mungkin saja... dengan pikiran tenang ia bisa menemukan sebuah solusi nanti untuk pernikahannya yang sekarang tengah di ambang kehancuran.
Tiba di rumah, Mia bahkan tidak membalas sapaan dari para pelayan di rumahnya seperti biasa, hingga membuat penghuni seisi rumah cemas dengan keadaan Nyonya mereka yang mendadak berubah diam. Tapi Mia tak peduli, rasanya berat walau sekedar mengangkat bibir untuk tersenyum, biar dipaksapun Mia tahu senyumannya itu pasti akan terlihat aneh.
Mengunci kamar dan merebahkan dirinya di atas kasur, Mia akhirnya bisa menangis keras sekencang-kencangnya. Emosi yang sedari ia tahan akhirnya bisa ia keluarkan dengan bebas di tengah kesendirian dan kekosongan kamarnya. Kamar dia dan Rayhan. Aliran air mata tanpa henti membasuh pipi putih chubby milik Mia.
Setelah menangis enam jam dan membuat cemas seisi rumah sejak siang, sorenya Mia keluar dari kamar dengan mata bengkak dan pipi yang memerah. Dia melihat jam yang tengah menunjuk pada angka jam enam sore. Walau lelah, Mia tetap pergi turun menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Itu sudah menjadi kebiasaannnya, jadi meski ia tadi sudah melihat Rayhan Suaminya berzina, dalam hatinya Mia masih tetap berharap ia dapat menyelamatkan pernikahannya.
Tapi Rayhan tak pernah pulang malamnya, membiarkan Mia menunggu dengan dungu sampai jam dua belas malam dengan makanan mewah yang khusus Mia masak untuk ulang tahun pernikahan mereka yang kedua.
Hari itu, detik itu juga, Mia mengepak pakaiannya ke dalam koper dan pergi di tengah malam padahal hujan lebat tengah mengguyur kota.
Buku ini sudah tamat, tolong lanjutkan ke buku keduanya yang tidak kalah seru ini dengan cerita ini. Lihat profilku dan kalian akan temukan lanjutan buku keduanya :)
![](https://img.wattpad.com/cover/134380768-288-k961536.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Future And Revenge ✓ (Time Travel Book I) (Complete)
ChickLitMia Mentari melihat Suaminya Rayhan berhubungan seks dengan sahabat baiknya sendiri Kyla. Dengan kondisi hamil besar di hari naas itu Mia memilih untuk pergi dari rumah, namun di tengah jalan terjadi sebuah kecelakaan dan dia pun meninggal. Tapi tak...