Nobody

8 1 0
                                    

"Chill ash, chill." Michael menarik lengan Ashton.

Ashton langsung memberontak ketika mendengar kabar dari Calum bahwa dia sudah di jebak. Ashton tidak marah dengan Calum, melainkan dengan Maddie dan Bryana.

"BUT HOW?..." Ashton duduk. "How can i? How i get chill? Bagaimana gue bisa tenang denger itu semua? Sedangkan gue udah putus sama Cara, dan kalian tau? Gue dan Cara sudah merencanakan pernikahan. Dan sekarang? Gimana gue bisa tenang coba?"

Ashton menarik paksa lengannya dari genggaman Michael dan kembali duduk di kursi. Menarik gusar rambutnya, menggosok wajahnya dengan penuh emosi. Didalam pikirannya hanya ada Cara, dia menyesal, menyesal karna tidak ada kenangan indah saat masih bersama gadis itu.

"Kalian gak tau rasanya kan jadi gue?" Tanya Ashton dengan lirih.

"Ash, selama ini, selama lo pacaran sama Cara, kita jarang banget ngobrol atau sekedar senyum sapa, entah karna kejadian beberapa waktu yang lalu atau hal yang lainnya, jujur memang gue gak bisa ngelupain Cara gitu aja tapi, lo putus dengan gak terduga sama sekali, dan yang pasti itu bukan gue pelakunya." Calum menarik nafas panjangnya untuk melanjutkan kalimat yang akan dia keluarkan.

"Harusnya gue gak deketin Maddie waktu masih SMA, tapi gue gak tau apa akan terjadi hal yang sama kalau gue gak pernah kenal Maddie. Dan mereka berdua sangat berbahaya."

"Denger ash, gue gak minta lo buat cari pengganti Cara, bahkan kepikiran pun gak ada sama sekali, tapi. All i wanna say is, Cara butuh waktu."

Ashton menoleh kearah Calum dengan tatapan bingung, semua yang Ashton dengar dari Calum seperti omong kosong yang tidak ada hentinya.

"Lo gak ngerti, cal."

"Ini bukan sekedar putus cinta." Lanjut Ashton, lalu terdiam kembali, pikirannya kosong dan matanya menatap keluar jendela.

Dan dia mulai menangis saat itu juga saat melihat gadis yang sudah membuatnya uring-uringan di bawah sana tengah sendiri duduk yang juga menatap kearahnya.

Looks like, mereka sedang menatap, each other.

***

Petugas Pos datang dengan setumpuk surat di tangannya, dia mulai mencari salah satu dari surat surat itu sesuai alamat. Dan menaruh nya di tempat kotak surat berwarna putih di sebuah rumah.

Setelah petugas pos itu menyelesaikan tugasnya dan pergi, sang pemilik rumah itu membuka pintunya dan mengambil surat berwarna coklat dan masuk kembali kedalam rumah.

Tak lama ponselnya berdering dengan kencang, hingga kendang telinganya terasa ingin pecah.

"Aku harap kamu segera menandatanginya."

Dia berdiri mematung saat mendengar suara yang sangat ia rindukan, dan sekarang dia sudah menanggung penyesalan yang cukup besar. Apakah dia bisa mengulanginya dari awal? Kurasa tidak.

"Aku harap ini semua belum terlambat." Lirihnya, terdengar suara decakkan dari seberang sana dan tarikkan nafas yang cukup panjang.

"Aku harap juga begitu, aku harap kamu mempunyai pilihan kedua, dan itu yang selalu aku mau dengar darimu, pilihan kedua, apa kamu punya?"

"....... aku sudah mencarinya, tapi maaf aku belum memiliki pilihan kedua."

"Aku tahu kamu memang gak punya hati, tapi kenapa dulu aku bisa jatuh kepada mu, cepat ambil pulpen mu dan tanda tangani kertas itu."

Step By StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang