Kedekatan

11.1K 639 12
                                    

Aliya's POV

"Gue gak suka kerupuk!"

Aku menjerit histeris sambil menjauhi Abel, si iseng itu dijauhi malah tertawa-tawa geli melihatku berteriak-teriak di apartemennya yang luas (dan eksklusif) ini.

Keriuhan itu semakin menjadi saat Abel sengaja memasukkan beberapa kerupuk ke mangkuk bubur di tanganku.

Setengah mati aku bilang gak mau kerupuk itu dicampur ke dalam makananku, tapi Abel malah ngerjain terus. Huh!

"Mana enak makan bubur gak pake kerupuk, Al." senyum mengembang belum pudar dari bibir Abel.

"Bodo, gue gak suka!!"

"Cobain dulu, ini enak."

"Gue gak peduli apa rasanya, gue jijik dengernya. Masa kriuk-kriuk gitu, iih! Please Bel, jangan masukin ke makanan gue lagi." Kupegang erat mangkuk itu dan berjalan meninggalkan Abel sendiri di dapur.

Kalo bukan karna bubur ayam buatan Abel sangat lezat, mungkin udah daritadi kulempar bubur itu ke tempat sampah karna masih ada beberapa serpihan kerupuk didalamnya. Ihh...!

Abel menghampiriku bersama sisa tawanya, mengambil posisi duduk tepat disebelahku. Sudah tidak ada kerupuk lagi di tangannya, syukurlah.

"Gue baru tau lo gak suka kerupuk, dasar bodoh."

"Bodo, bukan vitamin ini kan?" Aku sigap menggeser punggungku ke arah samping, memindahkan beberapa remahan kerupuk ke tissue.

"Justru gue males makan kalo gak ada kerupuk."

"Susah ya hidup lo?? Di perbudak sama kerupuk!"

"Emangnya kerupuk kumpeni!" Abel menatapku jenaka sambil terus tertawa.

Aku tertawa mendengar lawakan Abel yang garing, segaring kerupuknya. Abel masih tersenyum di sisa tawanya.

Ya Tuhan, senyumnya manis banget siiihhh. Dan kenapa bibirnya bisa semerah itu tanpa lipstik?!

Sial, akhir-akhir ini aku ga bisa ngilangin bentuk bibir Abel dari otakku. Bibir atasnya agak tipis dan melengkung sempurna, sementara bibir bawahnya agak tebal, penuh, bener-bener gemesin...... Bibir merah itu,,, Ahhh....

Duh, mikir apa sih gue kejauhan!

Aku menggelengkan kepalaku tanpa sadar. Mencoba membuang pikiran 'kotor'ku terhadap Abel.

Abel menatapku bingung, lalu tertawa pelan. "Abisin makannya, gue ga akan isengin lu lagi, kok."

"Punya lo mana?"

"Di meja makan."

"Ambil, makan bareng gue di sini."

"Gue di meja makan aja ya? Gue.."

"Udah bawa sini aja, lo gak mau makan bareng gue ya?" gerutuku (refleks) manja.

Kulihat Abel menghela nafasnya sesaat, lalu beranjak ke meja makan mengambil makanannya.

Aku tau banget bukannya dia gak mau makan bareng sama aku, dia cuma kurang nyaman kalo makan bukan di tempat yang seharusnya, yaitu meja makan. Dasar nona muda kaya raya!

Beberapa minggu ini aku lumayan sering datang ke Apartemen Abel. Untuk main, ngobrol, nonton dvd, atau sekedar mampir untuk mencicipi masakan yang Abel buat seperti hari ini.

Abel mahir memasak, aku yang tidak terlalu hobi sama yang namanya makan, nafsu makanku jadi lebih besar bila sudah mencicipi masakan Abel.

Sejak perkenalan kami tiga minggu lalu, kami langsung berteman baik. Sangat baik. Padahal awal pertemuan kami dulu sangatlah tidak menjanjikan kalau kami bisa nyambung dan bersahabat. Ya, Abel sudah menjadi sahabatku selain trio kwek-kwek itu. Hehe.

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang