Protective vs Jealous

9.4K 545 21
                                    

Aliya akan mulai kuliah lagi hari ini, dia semangat sekali sampai tak sadar datang ke kampus terlalu pagi, padahal kuliah baru dimulai satu jam lagi.

Dia menghirup udara sejuk di taman kampus dengan perasaan bahagia. Sudah dua minggu dia tergeletak di kamar dan hampir mati karena bosan. Walaupun tangan kanannya masih sakit dan belum bisa digunakan dengan baik, Aliya tetap semangat untuk kembali kuliah.

Sambil menunggu jadwal kelasnya, Aliya mengeluarkan salah satu koleksi komik detective'nya, barang permbunuh bosan yang selalu setia ada didalam tasnya. Aliya memang paling tak tahan menunggu. Dan komik adalah senjatanya.

Aliya mencari tempat nyaman untuk duduk, dia membacanya di sebuah bangku taman di samping deretan tanaman hias dekat kolam air mancur, rasanya damai sekali. Tidak aamapi lima menit Aliya sudah mulai serius dengan komiknya.

Ditengah-tengah keasikannya membaca, tiba-tiba Aliya terganggu dengan omongan dan siulan cowok-cowok yang ada disekitarnya.

Aliya menatap mereka kesal, entah apa yang mereka ributkan. Lalu dia berusaha konsentrasi lagi kearah komiknya.

Tapi tidak sampai satu menit muncul lagi suara berisik dari gerombolan anak-anak cowok yang melintas didepannya yang heboh sekali sambil menunjuk-nunjuk sesuatu di kejauhan.

Aliya jadi penasaran, apa sih mereka lihat hingga jadi riuh sekali seperti cewek-cewek yang lagi heboh ngegosip saja.

Aliya langsung mengalihkan pandangannya kearah si pembuat heboh itu. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat objek keriuhan cowok-cowok itu ternyata adalah Abel.

Pantas saja mereka riuh seperti kucing rebutan tulang ikan, Abel sedang memberikan pemandangan gratis yang sangat menggiurkan pada mereka.

Dari kejauhan Aliya melihat Abel tampil sangat seksi mengenakan kaos ketat berwarna putih dengan tulisan GIRL warna ungu yang cukup besar ditengahnya, dan (beraninya dia!) memadu padankannya dengan rok jins setengah paha yang membuat mata cowok-cowok jelalatan disekitar kampusnya jelalatan kegirangan.

Pagi ini Abel juga membiarkan rambut panjangnya tergerai dan beterbangan tertiup angin, kacamata hitam yang (masih) dipakainya membuatnya terlihat seperti model catwalk yang salah tempat untuk memamerkan outfit nya.

Semua orang seperti terhipnotis dengan kehadiran gadis itu, bukan hanya cowok-cowok, Aliya juga melihat beberapa gerombolan cewek sedang menggunjingkan Abel. Aliya tau sekali, walau iri, mereka sedang mencemooh Abel, bukan memujinya.

Aliya sendiri sampai tak berkedip melihat penampilan Abel saat ini. Dan dia masih akan tetap melongo kalau saja Abel tidak menegurnya. 

"Hai, Al." sapa Abel sambil mengecup kedua pipi Aliya dengan akrab.

Abel memandangi Aliya sambil tersenyum manis sekali. Wajahnya sangat ceria pagi ini.

Jelas saja, Abel sedang bahagia karena Aliya sudah membaik sehingga mulai aktif kuliah lagi. Abel jadi tidak kesepian lagi di kampus, yah walaupun saat Aliya tidak bisa ngampus Abel tetap rutin mampir kerumah Aliya.

Aliya menjadi penyemangat tersendiri untuk Abel, dimanapun dan kapanpun.

Tapi Abel heran karena pagi ini Aliya menyambutknya dengan malas-malasan, bahkan Aliya terlihat jutek padanya.

"Kenapa?" Abel melepaskan kacamata hitamnya, lalu duduk disamping Aliya dan menyentuh kening Aliya dengan punggung tangannya untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.

"Masih lemes banget, yah? Kan udah gue tawarin buat berangkat bareng, malah gak mau. Bandel sih!"

"Gak kok, gak lemes." sahut Aliya sambil mencoba untuk tersenyum, walaupun kecut.

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang