Aliya hancur, tidak ada lagi yang bisa diperbuatnya. Dia harus meninggalkan Indra yang hanya membuat hidupnya makin frustasi. Bukan karena perlakuan kasarnya, bukan karena cowok itu terlalu possesif padanya, tapi karena Aliya tidak pernah bisa mencintainya. Benar yang Abel bilang, percuma saja mempertahankan Indra, hubungannya tak akan lancar karena tidak dari hati.
Yang lebih membuat Aliya sakit adalah karena Abel sudah memandangnya lemah, lemah karena membiarkan dirinya sendiri tersiksa dengan memaksakan diri mencintai orang lain, dan egois karena tidak mah mendengarkan apa yang Abel bilang sejak dulu.
Apa lagi yang bisa Aliya lakukan? Mencintai seorang gadis tapi malah disakiti, namun menjalani dengan laki-laki yang mencintainya pun malah membuatnya makin tersiksa.
Aliya seperti kehilangan arah, hatinya kosong dan hampa. Kini dia hanya mampu terpaku dalam kesedihannya, tidak ingin berbuat apa-apa karena takut salah langkah lagi.
Hari-harinya semakin muram, wajahnya tak lagi sanggup menampakkan senyuman. Yang ada hanya kepedihan.
Seandainya ada satu hal yang bisa membuatnya bertahan, bangkit dari keterpurukan ini. Sayangnya tidak ada yang bisa dilakukannya lagi.
Sementara ditempat lain, Abel hanya bisa meratapi kesedihannya, ketidakmampuannya untuk mendapatkan Aliya kembali.
Gadis keras kepala itu pasti tak akan mau mendengarkannya lagi, bahkan mungkin Aliya sudah muak melihatnya.
Abel tahu Aliya terlalu kecewa padanya. Abel tahu Aliya terluka.
Rumah Aliya
Hanya Reno yang mau mendengarkan segala keluh kesah Abel. Padahal kalau saja Abel tahu, Reno sudah bosan menyemangati Abel. Karena yang Abel perbuat hanya terus menyesali perbuatannya dan mengutuk dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Aliya.
Sikap Abel hanya membuat Reno gerah, percuma membangkitkan gairah orang yang sudah patah hati, dan hal itu membuat Reno berinisiatif untuk menemui Aliya.
Sayangnya sudah tiga hari Reno tidak bisa menemukan Aliya di kampus, Aliya seperti hilang ditelan bumi. Iren bilang Aliya sakit, tapi Aliya tak mau dijenguk. Iren, Nanda dan Putri sulit sekali berkomunikasi dengan Aliya.
Akhirnya dengan tekad yang sudah terlalu nekat, siang itu juga Reno menghampiri Aliya kerumahnya.
Dari depan pagar, Reno memandangi rumah Aliya dengan galau, rumah itu tampak sepi tapi Reno yakin Aliya ada di dalamnya. Dia bergegas turun dari motornya dan melangkah masuk melewati pagar yang tidak terkunci. Dengan hati-hati Reno mengetuk pintu.
Aliya sendiri yang membukakan pintu untuknya. Reno terperangah, keadaan Aliya baik-baik saja, sama sekali tidak terihat seperti sedang sakit seperti yang Iren bilang.
Aliya tidak kalah terkejut, kehadiran Reno benar-benar di luar dugaannya.
Reno tampak mengamati Aliya dengan seksama. Wajahnya memang agak pucat, tapi gerakannya tidak seperti sedang sakit.
Tapi saat Reno menatap matanya, memerhatikan lingkaran hitam dibawahnya, Reno tau apa yang membuat Aliya sakit. Pasti hatinya yang sedang tersiksa, membuatnya terlihat seperti mayat hidup.
Reno hanya bisa menebak-nebak sudah berapa hari Aliya tidak tidur.
"Reno? Lo tau rumah gue dari mana?" tanya Aliya bingung ketika melihat Reno berdiri tegap diambang pintu dengan wajah kaku. Sesungguhnya Aliya masih malu pada Reno atas kejadian kemarin.
"Iren yang kasih tau.. Emm, gak apa-apa, kan?"
Aliya terdiam, entah harus menjawab apa.
"Ada perlu apa... Sama gue?" tanyanya rikuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIYA
Fanfiction(GxG story) Aliya dan Abel saling mencintai tapi sama-sama menutup perasaannya masing-masing karena takut kehilangan jika harus jujur. Yang satunya berjuang. Dan yang satunya lagi sibuk bermain dengan pemikiranya sendiri. Akankah mereka bisa menyat...