I Hate You

6.6K 404 5
                                    

Aliya berjalan menuju lapangan sofball, langkahnya ragu-ragu saat hampir sampai, dari kejauhan tampak teman-temannya sedang berlatih dengan semangat.

Dengan sedih Aliya memandangi tangannya yang masih belum pulih dan belum diperbolehkan untuk bermain softball berama mereka.

Stres yang berlebihan membuat Aliya butuh hiburan. Dia bukan tipe perempuan yang suka nongkrong ditempat-tempat seperti mall atau café untuk menghilangkan rasa penatnya, jadi sore itu sepulang kuliah Aliya berniat menemui teman-teman tim softballnya di lapangan.

Teman-teman satu teamnya tidak tahu menahu mengenai masalah pribadinya, jadi tidak akan membuatnya bosan dan mudah emosional dengan berbagai pertanyaan dan sikap-sikap seperti yang Nanda, Iren dan Putri lakukan.

"Hai, Al!" sapa Riska riang, senang melihat kedatangan kaptennya. Dia duduk disamping Aliya yang sudah mengambil posisi duduk di pinggiran lapangan, dengan wajah ceria.

"Seru ya latiannya?" Aliya mendesah sambil menatap iri pada teman-temannya yang sedang latihan ditengah lapangan.

"Gitu deh. Tangan lo gimana? Kayaknya semakin membaik nih. Kapan latian lagi?" hati-hati Riska memegang lengan kanan Aliya.

Aliya tertawa lemah. "Beberapa minggu lagi mungkin, Dokter masih ngelarang gue ngelakuin aktifitas yang berat-berat."

"Ya udah, lo jaga kesehatan yang bener, yah? Biar bisa ikutan latian lagi. Gak seru kalo Kaptennya gak ada." Riska memberi semangat.

"Makanya Doain gue terus dong."

"Iya dong! Lagian gue juga bete sama Claudia." Tampak sekali Riska tidak suka menyebut nama itu.

"Claudia, kenapa sama dia?"

"Dia tuh cari muka banget di depan Kak Jenni, ihh, sebel banget gue ngeliatnya!"

"Cari muka gimana sih? Buat apa??"

"Ya cari celah buat gantiin posisi lo lah, Al. Dia tuh yakin banget Kak Jenni gak bakal ngasih lo di posisi Kapten lagi, karena dia pikir lo gak akan mampu bermain sebagus yang dulu. Apalagi tangan lo lagi kayak gini."

"Hah? Masa?"

"Lo gak tau kan tiap latian dia selalu berasa jadi yang paling jago. Padahal kalo mau dibandingin sama lo, permainannya gak ada apa-apanya!"

"Jadi ngeri gue, haha!" Aliya tertawa geli.

"Iih, kok lo ketawa sih, Al? Emang lo gak bete apa dengernya??"

Aliya menatap teman baiknya itu dengan tatapan penuh arti.

"Riska, kita tau kan Kak Jenni kayak apa? Dia gak mungkin main gantiin posisi kita, kalo dia yakin kita masih baik di posisi itu. Jadi kalo nanti si Claudia bener-bener jadi pengganti gue, ya itu berarti dia lebih baik dan pantes jadi Kapten."

"Terus lo rela gitu posisi lo di gantiin sama dia?"

"Gak selamanya kita ada diatas kan Ris? Kalo nanti kita udah semester akhir juga kita gak akan sempet mikirin Softball, apalagi kalo kuliah udah kelar? Jadi sekarang, nikmatin aja permainan dan pertandingan yang ada, gak usah dijadiin beban."

Aliya mengucapkan kalimatnya sambil menatap ke tengah lapangan dengan penuh kerinduan.

"Iya juga sih.. Ahh, tapi tetep aja gue gak rela posisi lo di gantiin, apalagi sama dia!"

"Emang dasar fans sejati gue!" Aliya mengacak-acak rambut Riska yang terikat rapi.

"Ihh, apaan sih lo, norak!" Riska ikutan ketawa bersama Aliya.

Ahh, indahnya masih bisa tertawa lepas seperti ini. Ternyata masih ada yang memperhatikan dan menganggapnya istimewa.

Aliya mulai bisa melupakan sedikit keluhan hatinya.


Sudah seminggu ini Aliya jadi semakin rajin datang ke lapangan, hampir setiap hari, hanya sekadar untuk melihat teman-temannya latihan.

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang