Merindukan Senyuman

8.7K 579 58
                                    

Sore ini kampus Aliya mengadakan pertandingan persahabatan olahraga softball dengan Universitas Nusa Bangsa.

Nanda, Iren, Putri dan Abel udah duduk manis di bangku penonton. Mereka gak mau melewatkan aksi sahabat plus kapten tim Softball kesayangan mereka bertanding.

Sebenarnya Aliya sama sekali gak ngasih tau apa-apa soal pertandingan itu, Nanda yang gak sengaja curi dengar obrolan Aliya dan Riska tiga hari lalu langsung mengajak teman-temannya nonton, termasuk Abel. Jadilah mereka ada disana sore itu.

Penonton mulai riuh, banyak juga anak-anak dari kampus Nusa Bangsa yang mulai berdatangan. Pertandingan hampir dimulai. Anggota dari kedua tim mulai memasuki lapangan, dan memulai pemanasan di pinggir lapangan.

Saat melihat Aliya dan teamnya keluar menuju lapangan, kontan Putri, Nanda, Iren dan Abel bersorak-sorai memberi semangat pada Aliya.

"Aliya! Aliya! Aliya!"  teriak mereka kencang.
Aliya yang melihat kehadiran mereka di bangku penonton langsung kaget setengah mati, posisinya yang jauh membuat Aliya tidak bisa bertanya-tanya mengapa mereka bisa ada di sana.

"Sial, gimana bisa mereka tau aku tanding hari ini?! Dan Abel? Huh! Kenapa sih dia pake ikut-ikut nonton pertandingannya segala! Bikin gue grogi aja!" Aliya terus-terusan menggumam sendirian dengan wajah kesal.

"Hei, Capt! Kenapa jutek gitu?" tanya Riska yang sudah sangat siap sebagai Infielder alias penjaga daerah dalam.

"Ah, engga." Kilah Aliya berbohong.

"Semangat dong, tuh, genk lo nonton loh di kursi paling depan." Tunjuk Riska.

Justru kehadiran mereka cuma bikin gue susah fokus!

Aliya mengeluh dalam hati.

Tentu saja Aliya akan sulit konsentrasi bila ditonton sama Abel. Abel hanya akan membuatnya nervous dan salah tingkah.

Tapi Aliya berusaha mengusir rasa groginya, dia tidak gagal di pertandingan ini.

Pertandingan akan dimulai. Umpire/wasit dari sisi kanan mengajak Aliya dan Nadine selaku captain dari masing-masing kampus untuk mengundi team mana yang akan menjadi batter/pemukul bola lebih dulu.

Keberuntungan ada di tangan Aliya, teamnya berhak memukul bola duluan.

Aliya dan 8 anggota teamnya mengambil posisi masing-masing, Aliya membenarkan posisi topi mnya yang sudah rapi sejak tadi dan memegang stik kebanggaannya, dia bersiap sebagai batter/pemukul bola dan Nadine, sang captain dari Nusa Bangsa yang sudah mengambil posisi sebagai Pitcher/pelempar bola.

Di inning/babak pertama Nadine menggenggam bola dengan tatapan fokus ke arah Aliya yang berjarak beberapa meter di depannya. Nadine bersiap melemparkan bola ke arah temannya yang sudah berjongkok di belakang Aliya sebagai Catcher.

Dalam strike pertama dan kedua Aliya gagal memukul bola, keringatnya sudah membasahi keningnya pertanda Aliya terlalu fokus, dia tidak ingin gagal di inning pertama ini.

Aliya menatap Nadine tajam, tepatnya ke arah bola yang Nadine genggam. Sepersekian detik setelah Nadine melempar, Aliya berhasil melakukan batting/pemukulan dengan ayunan penuh hingga bola keluar jauh melewati daerah outfield/lapangan.

Bola itu melambung dengan selamat tanpa bisa ditangkap penjaga lainnya, tidak satupun penjaga yang dapat mengangkap bola hasil pukulan Aliya yang sangat kuat itu. Aliya berlari kencang melewati base demi base hingga kembali ke home plate. Ya, dia berhasil melakukan home run setelah beberapa kali melakukan sliding/meluncur demi bisa melewati base. Sebagian kaos dan celananya kotor dengan tanah, tapi Aliya menikmati keberhasilannya.

ALIYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang